Wednesday, December 14, 2005

Hujan

Ketika musim kemarau panjang berakhir…..,
Ditandai dengan datangnya awan hitam, semua orang akan memanjatkan syukur, karena kekeringan, panas terik, juga bencana kebakaran akan segera berakhir.
Titik-titik air yang turun dari langit seakan menghilangkan rasa gerah, haus dan akan menyejukkan hati di bumi ini.
Gerimis kecil diakhir musim kemarau akan menjadi berita yang besar ditempat yang mengalami kekeringan.
Gerimis secara pasti akan menjadi hujan yang membuat semua orang akan bersuka cita.
Hujan adalah anugerah bagi semua orang, untuk orang yang benar juga bagi orang yang salah.

Menginjak di akhir tahun, hampir seluruh daerah mengalami hujan yang cukup deras, terkadang dari pagi sampai esok harinya masih terjadi hujan dan seolah matahari enggan memancarkan sinarnya terhalang awan gelap.

Petani bersuka cita menyambut hujan untuk memulai masa tanam yang baru, tanah yang kering kerontang menjadi gembur dan mulai kelihatan hijau karena rumput telah tumbuh.
Di sisi lain, mulai banyak orang yang mengeluh karena hujan, karena harus siap mengungsi bila hujan besar akan terjadi banjir, jalanan macet karena lampu lalulintas tidak berfungsi, juga genangan air ada dimana-mana.
Sementara ada juga orang-orang yang tidak ambil pusing dengan hujan, karena tidak terpengaruh dengan hujan.

Hujan bagi sebagian orang identik dengan penderitaan, karena ancaman banjir dan longsor. Tidak sepenuhnya penderitaan itu sebagai akibat dari perilaku mereka, tetapi lebih banyak disebabkan oleh orang lain yang terlalu rakus secara duniawi karena penebangan hutan liar untuk memperoleh keuntungan yang besar, atau memanfaatkan lahan dengan tidak benar, seperti pembangunan perumahan, villa di tempat yang semestinya hanya diperuntukan sebagai tangkapan hujan.

Kemacetan dijalan raya karena banjir, yang lebih diakibatkan tidak tersedianya saluran pembuangan di kota, saluran/ got yang tertutup bangunan, dan yang menyedihkan lagi.... upaya untuk penyerapan anggaran dengan membuat saluran/ got dimusim hujan (membangun saluran air di musim hujan, sebenarnya suatu pekerjaan yang tidak masuk akal, tapi setiap tahun selalu terjadi), jalan menjadi sempit karena separuh badan jalan ditutup, dibongkar untuk dibuat saluran.
Mengapa tidak memperbaiki dan membuat saluran dimusim kemarau?
Betapa runyamnya perencanaan pembangunan saluran yang tidak memperhatikan waktunya, dan biasanya kualitasnya juga sepadan dengan perencanaanya. Sangat menyedihkan.

Terlebih lagi bila hujan sudah mulai mengguyur di pagi buta, sementara lokasi kerja atau tempat sekolah jauh dari rumah, dan rute yang harus dijalani selalu banjir dan macet, sungguh menjadikan hari itu menjadi kurang menyenangkan,

Lengkaplah sudah, kegalauan, kegelisahan, kekhawatiran dan penderitaan yang harus dihadapi oleh banyak orang karena hujan.
Kejadian ini selalu berulang setiap tahun, sementara untuk bisa mengembalikan alam seperti semula, sangat sulit untuk dilaksanakan, terlebih lagi bila tujuan untuk menumpuk materi sudah bermaharajalela maka keseimbangan alam menjadi sekedar angan-angan.

Tidak lagi bisa dinikmati jatuhnya rintik hujan yang membasahi bumi, baik tumbuhan, binatang juga manusia menjadi gelisah ketika hujan tercurah.

Lirik lagu anak-anak akan bisa berubah ” Tik tik tik bunyi hujan diatas genting, airnya turun tidak terkira, cobalah tengok daun dan ranting, pohon dan kebuh basah semua” menjadi kota dan desa banjir semua.
Pohon dan kebun sudah tidak ada, alam sudah rusak dan menyebabkan banjir dimana-mana.

Bisakah kita semua membantu mengurangi banjir?
Ya, pasti ! antara lain, jangan buang sampah disaluran air, jangan membangun dibantaran sungai, membuat sumur resapan, jangan membangun rumah atau beli rumah dilereng bukit dan banyak lagi yang bisa dimulai dari diri kita.

Sedia payung sebelum hujan, karena sekarang musim hujan
dan jangan lupa bersyukurlah semasih ada hujan yang turun karena hujan itu berkah.

Bandung, 15 Desember 2005

Sunday, December 11, 2005

MENENGOK KE MASA DEPAN

Ritual tahunan, selalu terjadi ketika mulai mendekati akhir tahun.

Detik, bergulir ke menit,
Menit berjalan ke jam,
Jam melompat ke hari,
Hari berlari ke bulan dan ....
mencapai ke penghujung tahun.
Waktu berulang secara teratur
dari awal tahun ke akhir tahun
semua sama dan tidak ada yang berubah.

Bagi banyak orang, mendekati akhir tahun digunakan untuk introspesksi diri sebagai bekal untuk menyongsong tahun yang baru.
Apa saja yang telah kita lakukan selama tahun ini, dan apa saja yang telah dicapai hingga akhir tahun?

Sudahkah kita mampu membagi waktu dengan adil, untuk pekerjaan, untuk keluarga dan untuk ibadah?
Sudahkah kita mampu untuk memanfaatkan rejeki yang kita terima dengan benar?
Sudahkah kita selalu mensyukuri atas nikmat yang kita terima?
Sudahkah kita mampu memenuhi target yang dibebankan perusahaan?
Atau mungkin kita bercermin kepada kegagalan-kegagalan yang telah terjadi, sehingga lebih paham akan kekurangan-kekurangan kita?

Masing-masing dari kita mempunyai pandangan yang berbeda mengenai sejarah yang kita lalui sepanjang tahun ini.
Jika kita selalu berpikir positif, maka yang ada dalam benak kita adalah rasa syukur atas apa yang telah kita jalani.
Sebaliknya bila selalu berpikir negatif, maka kekecewaan akan terpendam dalam hati kita.

Keberhasilan yang kita capai maupun kegagalan yang kita terima, sudah lewat dan biarlah itu menjadi sejarah, dan tidak perlu lagi kita bawa kemasa depan, karena tidak akan pernah terulang lagi.

Meniti dipenghujung tahun, ibarat mengupas tuntas keberadaan kita, sisi hidup kita, yang orang lain mungkin tidak pernah tahu, hanya diri kita yang tahu. Apakah hasil instrospeksi diri ini akan kita manfaatkan sebagai bekal menyongsong tahun baru?
Hampir semua orang akan menjawab : ya, karena akan dapat dipakai sebagai awal pijakan untuk meloncat ke tahun berikutnya yang penuh dengan ketidakpastian.

Apakah yang akan terjadi ditahun mendatang?
Apakah kita akan dapat melalui tahun mendatang ?
Apakah kita akan memetik keberhasilan ditahun mendatang?
Apakah karir kita akan lebih baik ditahun mendatang?
Tidak ada jawaban yang 100% mampu menjawab secara tepat.

Namun diatas ketidakpastian dan kabut kehidupan yang harus kita tembus di tahun yang akan datang, pasti ada satu pengharapan. Pengharapan untuk memasuki tahun yang baru, menjalani dan melalui tahun depan dengan harapan lebih baik dari tahun ini.

Pengharapan itu bukan berpijak pada keyakinan diri atas kemampuan kita selama ini, tapi keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Kasih akan senantiasa menolong dan membimbing kepada setiap umatNya yang selalu bersandar kepadaNya.
Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan.

Tengoklah pengharapan dimasa yang akan datang, bahwa kedamaian dan sukacita selalu dijanjikan dan ditepati oleh Tuhan Yang Maha Kasih, kepada siapapun yang selalu berserah kepadaNya.

Meniti waktu dipenghujung tahun.....
mengajak kita untuk menatap kemasa depan
masa depan yang penuh ketidakpastian.
Ketidakpastian akan membuat orang ragu,
Keraguan akan membuat orang takut
Ketakutan akan membuat orang tidak bertindak.

Tataplah masa depan dengan penuh pengharapan
Karena pengharapan akan membuat orang menjadi teguh
Keteguhan akan membakar semangat
Semangat akan membuat kita berani melangkah....
Melangkah dengan pasti berbekal tuntunan Ilahi.

Bandung, 12 Desember 2005

HANYA MENYENANGKAN HATINYA ....

Nyanyian kanak-kanak sewaktu saya masih kecil dan hingga sekarang yang selalu membekas dalam hati adalah syair lagu :
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia
Pada saat saya kecil, hanya sekedar menyanyi dan belum memahami akan arti dari kata-kata tersebut. Namun setelah beranjak dewasa, saya sangat kagum kepada pencipta lagi ini, betapa dalam makna yang tersirat dari lagu ini tentang kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya.

Siapakah yang mampu memelihara dengan tulus, sehingga seorang anak dapat tumbuh berkembang dengan baik? Siapakah yang mampu membimbing dan mengarahkan dalam menjalani tantanganan hidup ini? Siapakah yang selalu menanti kala kita pulang kerumah semasa masih remaja? Siapakah yang selalu memeluk dengan penuh kasih kala kita sakit? Hanya seorang ibu yang mampu untuk berbuat itu semua.

Sepanjang hidupnya, ibu selalu bersedia berkorban untuk anak-anaknya hingga mampu untuk hidup mandiri. Bahkan ketika anak sudah dewasa dan berkeluarga, ibu akan selalu setia mengunjunginya terlebih lagi setelah ada cucu yang dikasihinya.
Apapun yang ibu miliki seperti waktu, tenaga, perasaan, bahkan juga materi, akan diberikan kepada anaknya agar anaknya bisa hidup damai dan bahagia. Itulah cita-cita luhur setiap ibu yang berharap bahwa anak-anaknya akan dapat hidup dengan damai dan berguna bagi sesamanya.

Apakah ibu mengaharapkan balasan dari anak-anaknya? Tentu tidak !
Seperti syair lagu diatas, dang ibu ”bagai sang surya menyinari dunia”, seperti matahari yang setia terbit dari timur, memberikan terang, kehangatan, panas yang selalu dinantikan oleh semua mahluk hidup.
Begitu setianya ibu kepada anak-anaknya, selalu tercurah kasih sayang, perhatian dan segala keperluan anaknya, tanpa mengharap balas jasa.

Ketika anak-anak menginjak masa remaja, kemudian dewasa. Sikap memberontak mulai muncul karena menghadapi masa puber, merasa sudah mampu untuk melakukan sesuatu tanpa harus minta bantuan kepada ibu. Terlebih lagi adanya kesenjangan baik pendidikan maupun lingkungan yang sudah berbeda dengan masa lalu, membuat pandangan anak-anak banyak berseberangan dengan pandangan ibu.
Memang tidak sepenuhnya anak-anak keliru, karena jaman yang sudah berubah, namun akan lebih baik bila perbedaan pandangan menjadi pembuat jarak antara ibu dengan anak.

Ketika sudah dewasa dan secara ekonomi mapan, banyak pandangan yang lebih bersifat materialistis mengenai bagaimana mengasihi ibu. Karena alasan sibuk, maka lebih banyak orang hanya mengirim uang secara teratur dalam jumlah yang lebih dari cukup dengan anggapan ibu akan senang bila memperoleh kiriman uang. Sementara jarang sekali mengunjungi ibunya secara khusus, atau mengajak ibunya untuk bersama dirumahnya.
Mungkin yang ada dalam benak anak itu adalah bila mengirim uang maka akan dapat membalas budi ibunya, karena secara materi anaknya memang sangat mencukupi.
Berapapun materi yang diberikan kepada ibunya, tidak mungkin untuk membalas kebaikannya.
Adakah yang bisa mengitung secara materi mengenai pengorbanan seorang ibu, mulai dari masa mengandung, melahirkan, memelihara ketika masih bayi, bangun malam hari hingga pagi untuk menyusui, mengganti popok yang basah, kemudian ketika mulai belajar jalan, mulai sekolah hingga menghantar sampai ke pelaminan untuk siap membentuk keluarga yang baru.
Jelas tidak akan mungkin kita membalas kebaikan ibu, apalagi bila dihitung secara materi.

Apa yang mungkin kita lakukan untuk ibu?
Hanya dengan menyenangkan hati ibu, maka ibu akan merasa bahagia terhadap perilaku anaknya.
Sikap patuh, senyuman yang tulus, menemani berbicara atau bercerita, menjenguk ibu secara khusus seperti masa lebaran atau natal atau hari-hari istimewa lainnya bagi ibu.
Perhatian-perhatian kecil yang menyenangkan, seperti misalnya makanan kecil kesukaan ibu, syal, sapu tangan, tas atau sandal yang harganya juga tidaklah mahal, tetapi hal itu disukai oleh ibu.
Atau mungkin mengajak jalan-jalan bersama, ketempat yang disukai ibu. Semua itu bila dibandingkan dengan kiriman uang yang besar setiap bulan, mungkin tidak ada artinya, namun bila ditinjau dari sudut non materi, hal ini akan berdampak besar bagi ibu karena akan mampu menyenangkan hatinya.
Hanya sebatas menyenangkan hati ibu, yang bisa kita lakukan selaku anak-anaknya, karena untuk membalas kebaikannya kita tidak akan pernah mampu melakukannya, dan perlu diingat ibu seperti matahari yang tidak pernah berharap ada balas budi.

Apabila saat ini, pembaca masih diberi kesempatan untuk menyenangkan hati ibu, lakukanlah sekarang karena ketika ibu sudah pulang ke pangkuanNYa, kita tidak lagi memiliki kesempatan untuk menyenangkan hatinya.

Ibu, aku kangen pelukanmu
Ibu, aku kangen belaianmu
Ibu, aku kangen usapan tanganmu dikepalaku
Ingin kutumpahkan tangis dan rinduku dipangkuanmu.

Bandung, 12 Desember 2005

Wednesday, December 07, 2005

Negeri 1001 Slogan

Ketika masih kanak-kanak, sering saya dengar juga saya baca tentang dongeng seribu satu malam. Diantaranya cerita mengenai Aladin dan lampu wasiatnya, atau tentang cerita Abunawas.
Cerita itu sangat menarik dan sangat membekas dalam ingatan saya sampai sekarang. Kebaikan vs keburukan, Kejujuran vs kebohongan, kepandaian vs kebodohan dan semuanya jelas serba hitam dan putih.
Tanyakan kepada anak-anak kita tentang dongeng negeri 1001 malam, dijamin mereka tidak akan tahu karena sudah terlalu asyik dengan tayangan film anak-anak ditelevisi, juga permainan game yang sangat menarik. Namun dari segi pendidikan boleh dikatakan tayangan tersebut tidak sepenuhnya mendidik anak-anak kita.

Ketika kita dewasa, mulai jaman kuda gigit besi, masa pembangunan, masa reformasi hingga saat ini, hampir setiap hari selalu mendengar, membaca atau bahkan mengucapkan slogan atau jargon untuk maksud tertentu.
Slogan atau jargon sebenarnya merupakan alat untuk mempermudah atau memperlancar suatu proses aktivitas dan pencapaian tujuan yang diharapkan mudah dimengerti oleh banyak orang dan diharapkan dapat melaksanakan sesuai dengan tujuan slogan tersebut.
Namun pada kenyataan, slogan hanya terpasang dan tujuan tidak pernah tercapai. Menyedihkan.

Benarkah negeri ini adalah negeri 1001 slogan?
Hitunglah berapa banyak hari peringatan nasional, sebanyak itu pula slogan selalu terpasang dan dikumandangkan sesuai dengan temanya.
Hitunglah berapa banyak program pemerintah dari pusat hingga sampai daerah, maka sebanyak program tersebut slogan yang dimunculkan.
Hitunglah berapa kali ganti presiden, berapa kali ganti kabinet, maka sebanyak pergantian itu pula slogan akan berganti.
Hitunglah berapa kali proses pemilihan umum, berapa partai yang ikut, maka sebanyak kontestan disetiap pemilu akan meluncurkan slogan yang indah dan sangat sedikit yang terealisir.

Berbagai slogan telah diluncurkan.... dan biasanya diawali kata ”Dengan ......” sebagai contoh:
”Dengan semangat ......”
”Dengan program .....”
”Dengan pengamalan..................”
”Dengan Gerakan ......”
Saya tidak tahu, apakah slogan-slogan itu sudah menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang benar atau tidak.
Namun seingat saya ketika mulai belajar menulis, atau membuat kalimat rasanya belum pernah diajari menulis kata yang diawali kata ”dengan ....” Lha payahnya, kalau kaidahnya sudah salah... apalagi pelaksanaannya.

Tentunya masih ingat ketika diluncurkan program Gerakan Disiplin Nasional (GDN), banyak kader yang dipilih untuk membantu program tersebut. Slogan ”Dengan GDN kita wujudkan ........”, bergema dari Sabang sampai Merauke.
Para kader memakai jaket oranye dan tertulis GDN banyak bertebaran dimana-mana, membantu menertibkan pedagang kaki lima, pedagang asongan, pengemudi angkotan kota.
Tetapi adakah kader GDN yang membantu untuk menertibkan perilaku para aparat pemerintah, orang-orang yang memiliki kekuasaan, membantu tertib administrasi, tertib aturan, tertib hukum, tertib pajak, tertib anggaran.
Sama sekali tidak menyentuh hal yang hakiki, programnya berjalan dengan sukses, beli seragam GDN namun hasilnya lebih memberatkan rakyat kecil yang diuber-uber kader GDN.

Atau mungkin masih ingat slogan ”Dengan program wajib belajar .....”, diharapkan semua anak-anak usia sekolah dapat memperoleh pendidikan gratis....(katanya...). Program berjalan, dana pendidikan sudah turun, tapi nggak tahu turun sampai dimana.....
Jumlahkah yang menjadi tujuan atau kualitaskah yang diharapkan? Nyatanya sekarang banyak anak putus sekolah, dan kualitaspun tidak seperti yang diharapkan.

Masih banyak terjadi bahwa satu slogan meluncur dan belum jelas hasilnya, kemudian sudah meluncur slogan lainnya.

Apakah kita juga termasuk orang yang suka meluncurkan slogan?
Jika kita ambil bagian dalam meluncurkan slogan, tanyakan adakah dampak positif dari slogan tersebut.
Jika kita tidak pernah membuat slogan, lebih baik kita melakukan kegiatan nyata yang membawa dampak positif bagi negeri ini, meskipun sangat kecil dan dimulai dari diri sendiri, akan lebih bermanfaat dari pada 1001 slogan yang tidak jelas hasilnya.

Salam dari anak negeri 1001 slogan.

Tuesday, December 06, 2005

OLAHRAGA

Hidup sehat, bagi sebagian orang sudah menjadi gaya hidup karena kesehatan menjadi hal yang sangat penting bagi setiap orang agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa ada hambatan karena masalah kesehatan.
Berbagai upaya dilakukan oleh banyak orang antara lain, dengan program hidup sehat, pengaturan pola makanan, dan tentu saja harus didukung dengan olah raga yang teratur.

Di sisi lain, banyak pula orang yang tidak sempat melakukan olah raga karena tuntutan kesibukan sehari-hari, harus berangkat kantor pagi hari dan pulang malam hari. Selain itu juga keterbatasan fasilitas olah raga diberbagai tempat karena ruang terbuka atau taman yang dulunya biasa digunakan untuk olah raga sudah lenyap, tergantikan dengan mal dan bangunan lainnya.

Berubahnya pola hidup jaman sekarang yang serba nyaman, seperti tersedianya sarana angkutan, kendaraan pribadi, lift dan eskalator, semuanya membuat berkurangnya aktivitas phisik seseorang. Di sisi lain, pola makan juga menjadi tidak baik, ketika harus dihadapkan pada pilihan makanan fast food yang bergizi buruk.

Apabila pola hidup seperti itu tidak diimbangi dengan olah raga, maka akan muncul banyak masalah kesehatan, mulai dari kolesterol, asam urat dan merembet yang lebih berat lagi seperti tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes …., dan masih berderet kenis penyakit yang bisa muncul.

Olahraga, bisa dilakukan diberbagai tempat dan situasi, bisa murah bisa sangat mahal, bisa sebentar bisa sangat lama. Tinggal kita memilih sesuai dengan kondisi yang sesuai, baik dari segi waktu, sarana maupun biaya.


Banyak orang yang ingin berolahraga, tapi hanya sedikit yang melakukannya. Sebenarnya masalah berolahraga itu terkait dengan “hati dan kaki” . Keinginan berolahraga ada, tetapi tidak pernah dilakukan karena tidak mau melangkahkan kaki, sehingga olahraga hanya menjadi angan-angan saja. Juga sebaliknya, ketika keinginan kaki untuk memulai olahraga tetapi ditidak didukung dengan hati, secara fisik memang berolah raga tapi dengan hati yang tertekan tidak akan memberikan hasil yang maksimal. Sebagai contoh, ketika rekan sekerja banyak yang hoby golf, sementara kita tidak atau belum bisa menikmati, maka ketika selesai bermain golf yang diperoleh rasa capex, dan tidak ada suasana hati yang senang karena terpaksa. Atau karena teman sekerja banyak yang ke fitness, rasanya nggak gaul kalau tidak bergabung di fitness, padahal kita sangat senang jogging ditempat terbuka.

Hati dan kaki, menjadi modal untuk memulai olah raga, dimanapun dan kapanpun bisa dilakukan.
Jika anda terlalu sibuk, dan banyak menghabiskan waktu untuk perjalanan pergi-pulang kantor, cobalah untuk berjalan kaki lewat tangga, jangan menggunakan lift.
Jika anda punya waktu disore hari karena menghindari macet, kunjungilah fitness center, atau berolah raga dilingkungan kantor.
Jika anda harus mengantar anak sekolah pagi hari, sementara jam masuk kantor masih lama, anda bisa jalan kaki atau joging di lingkungan kantor setelah mengantar anak sekolah.
Jika anda memiliki banyak waktu, dan juga ingin membangun relasi, anda bisa memilih menjadi member di sport center atau oalah raga lainnya.
Jika anak-anak mengajak renang di akhir pekan, anda bisa bergabung berenang bersama dan menikmati keceriaaan keluarga.

Jadi, lakukanlah olahraga secara teratur dengan berbagai pilihan yang sesuai dengan keinginan anda, dan tentunya lakukan olahraga dengan hati dan kaki, sehingga diperoleh badan yang sehat dan hati yang senang.

Semoga kita bisa berolah raga secara teratur.

Monday, December 05, 2005

Siapkah menghadapi perubahan ?

Dalam kehidupan manusia, selalu ada perubahan dan perubahan itu terjadi sejalan dengan bergeraknya waktu.
Perubahan yang dihadapi bisa berdampak langsung dan fatal, namun juga mungkin berdampak positif bagi yang siap untuk menghadapi perubahan.
Sering orang berpandangan yang berbeda mengenai dampak perubahan. Ada yang khawatir dan cemas, ada yang masa bodoh, ada pula yang "nrimo ing pandun" karena segala sesuatu sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Hadapi perubahan dengan kesiapan yang benar sambil senantiasa pasarah kepada Yang Maha Kuasa, karena Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik bagi umatNya bila senantiasa bersandar pada Nya, bukan pada kemauan diri sendiri.

Perubahan akan selalu terjadi, dan kita harus menghadapinya

Thursday, December 01, 2005

BELAJAR PADA SEMUT ??


Alam yang diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta, begitu indah, nyaman, teratur dan sempurna.
Namun banyak manusia yang tidak pernah merasakan begitu indahnya alam ini, karena terbenam dalam berbagai kesibukan sehari-hari, bahkan tidak pernah mensyukuri keindahan yang ada dialam ini.
Ketika panas menerpa di siang hari, yang ada keluh kesah mengapa hari ini terasa begitu panas? Ketika turun hujan, banyak orang mengeluh mengapa harus hujan?.
Panas dan hujan diturunkan untuk maksud yang baik bagi alam ini, bagi semua orang tak terkecuali untuk orang yang baik maupun orang yang jahat.
Panas dan hujan pasti memberikan manfaat, tinggal bagaimana kita mau memahami dan belajar dari alam ini.

Banyak hal yang terjadi dialam ini yang sebenarnya memberikan kesempatan bagi semua orang untuk memahami, menghayati dan belajar dari alam.
Namun kepekaan itu semakin pudar, sehingga yang banyak terjadi adalah ”mengakali” alam ini untuk dijadikan sarana tujuan hidupnya. Hutan ditebang, tanah digali, mata air dikuasai demi untuk kepuasan duniawi. Ibarat seorang yang merasa kehausan, dihilangkan kehausan itu dengan segelas air laut, sehingga menambah rasa haus lagi. Itulah kehidupan jaman ini.

Alam bukan lagi menjadi sahabat, sehingga banyak hal kecil yang terabaikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya semut, seolah tidak bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Masih sempatkah anda melihat semut beriringan di dahan atau di pagar rumah?
Atau mungkin sudah terlalu lama tidak pernah melihat semut beriringan? Atau mungkin merasa marah ketika melihat semut beriringan dihalaman rumah dan langsung menyemprotkan insektisida?

Bila anda telah lupa karena tidak pernah melihatnya, cobalah sekali waktu tengok halaman rumah, teliti pagar rumah atau pohon disekitar rumah.
Bila ada semut beriringan, amatilah dengan seksama, dengan hari jernih bukan membunuhnya.

Apa yang dapat anda pelajari dari semut binatang kecil yang lemah ?

Semut selalu berjalan teratur dijalurnya, tidak seperti manusia yang sering melanggar jalur untuk hidupnya.
Semut selalu beriringan dan memberi jarak bagi yang lain, ada rasa teposliro, tidak seperti manusia saat ini yang sering menginjak atau melukai lainnya untuk keberhasilannya.
Semut selalu menyapa yang ditemuinya, tidak seperti manusia yang menyapa karena melihat ”wajah”, kepada siapa yang layak untuk disapa, dan membuang muka bila tidak menginginkannya.
Semut selalu rukun dengan sesamanya, namun kebencian dan pertengkaran selalu ada dalam kehidupan manusia.
Semut selalu bekerja keras, menghimpun makanan sedikit demi sedikit dengan teratur, tidak seperti jaman sekarang, manusia banyak mengambil jalan pintas untuk menumpuk kekayaannya, dengan berbagai cara.
Semut selalu bergotong royong ketika harus memindahkan beban yang berat, seia sekata ”berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”, tidak seperti jaman sekarang, biar orang lain bekerja, kita menikmati hasilnya.
Semut selalu mengerti kapan harus bekerja, dimusim panas semut mengumpulkan makanannya, untuk menyambut musim hujan. Namun di jaman ini waktu seakan habis untuk bekerja, tanpa mengenal siang malam.

Betapa indahnya keteraturan, sapaan, kerukunan, kerja keras, gotong royong dan mampu memahami dan memanfaatkan waktu secara tepat seperti layaknya kehidupan semut dalam alam ini.

Janganlah merasa malu untuk belajar pada semut, karena belajar pada semut akan membuat anda lebih bijaksana.

Semoga

HOME SWEET HOME ???

Kebanyakan orang ketika memulai meniti hidupnya dalam rumah tangganya, akan memiliki impian masing-masing dan dalam jangka menengah kebutuhan pokoknya akan diupayakan. Sandang, pangan dan papan menjadi tujuan awal sehingga dalam mengarungi kehidupan berumah tangga akan dapat menikmati rumah sendiri, bukan di rumah pondok mertua.
Berbagai upaya dilakukan dengan kerja keras, berhemat dan komitmen bersama untuk menggapai impian memiliki rumah sendiri, meskipun harus mengangsur melalui KPR. Sebuah impian yang indah, rumah sendiri yang nyaman, enak dan damai untuk bercengkerama dengan keluarga, meskipun dalam ukuran rumah sederhana namun seluruh penghuninya merasa nyaman ketika berada dirumah, bahkan merupakan tempat yang paling nyaman dibanding hotel berbintang sekalipun. Impian yang sederhana……home sweet home.

Seirama dengan berjalannya waktu, maka anggota keluarga bertambah dan anak-anak menjadi semakin besar menginjak remaja, karir orang tua juga melesat cepat karena memang memiliki dedikasi tinggi dan mampu untuk mengimbangi perubahan jaman. Secara ekonomi sangat mapan, rumah juga sudah bertambah, kendaraan juga tersedia, tabungan juga ada.
Sepintas orang luar melihat bahwa keluarga tersebut berhasil (karena parameter keberhasilan saat ini lebih diukur dari sifat keduniawian saja).
Orang lain melihat bahwa rumahnya sangat indah, megah, nyaman dan asri karena penataan taman dan bunga-bunga yang bertebaran.
Namun apakah benar hal itu ? apaklah rumah yang megah itu masih sama dengan impiannya ? Home sweet home?

Sebagai seorang bisnisman yang berhasil, hampir setiap hari pulang larut malam, dan berangkat pada pagi hari. Demikian pula sang istri sangat sibuk dengan berbagai kegiatan, sehingga hampir semua kegiatan rumah tangga telah diserahkan kepada pembantunya.
Makan siang, hampir pasti tidak pernah dilakukan bersama, demikian pula makan malam sulit untuk dilaksanakan karena kesibukan orang tua juga anak-anak yang sudah terbiasa dengan kehidupan café.
Ngobrol bareng, merupakan barang langka dirumah itu, apalagi canda dan tawa bersama sudah tidak pernah terdengar lagi.
Bertatapmuka setiap hari mungkin juga sulit untuk dilakukan bagi anggota keluarga.
Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing, terlebih lagi dukungan sarana yang sangat memadai, ada telepon, HP untuk masing-masing, kendaraan dan sopir yang selalu tersedia menyebabkan hilangnya “sentuhan antar anggota keluarga”.
Rumah yang megah bagaikan istana, lebih berfungsi sebagai hotel part time, datang larut malam, pagi sudah pergi. Akhir pekan keluar kota untuk liburan dengan tujuan masing-masing,. Rumah yang megah …. kosong tanpa penghuni di akhir pekan.
Impian home sweet home yang telah tercapai diawal….., namun tidak pernah dipelihara akhirnya tinggal kenangan.

Apakah pembaca juga mengalami hal yang sama dengan tulisan diatas?
Jika pembaca mengalami hal serupa di atas, bersyukurlah…….. karena dengan membaca tulisan ini anda diingatkan untuk menggapai impian home sweet home yang telah melayang jauh.
Bersyukurlah masih ada kesempatan untuk memperbaiki suasana hotel part time menjadi istana seutuhnya bagi seluruh anggota keluarga.
Sehari hanya 24 Jam saja, berapa lama waktu yang tersisa untuk menikmati istanamu bersama anak istrimu?

JIka pembaca masih merasakan suasana home sweet home, bersyukurlah dan ingatlah agar suasana itu tetap dipelihara.

Nikmati istanamu dengan makan malam bersama,
nikmati dengan ngobrol malam hari dengan secangkir teh atau kopi,
nikmati dengan canda dan tawa di sore hari,
nikmati dengan doa dan sembahyang bersama keluarga.

Ada sapa, canda, senyum, peluk manja, kasih sayang dan damai dalam istanamu.
Home sweet home bukan sebatas impian bila anda mau mewujudkan.
Semoga

SENYUMAN


Mulailah dengan senyuman ketika kita bangun pada pagi hari, karena senyuman itu akan mengawal kita sepanjang hari baik di rumah, dijalan, dikantor dan kembali kerumah lagi. Mengapa ??
Ketika kita membuka mata dipagi hari, senyumlah dan bersyukurlah bahwa Tuhan memberikan kesempatan kita untuk menikmati hari yang baru dan mengisinya dengan penuh rasa syukur.
Sediakan waktu khusus untuk menyapa Tuhanmu dengan senyuman dan ucapan syukur, mohon padaNya untuk mengiringi setiap langkah kita agar sepanjang hari yang akan kita lewati menjadi lebih baik dibandingkan hari kemarin.
Ucapkan salam dengan senyuman kepada anak, istri, suami dan orang tua ketika pertama kali bertemu dipagi hari. Senyuman itu akan membuat suasana pagi menjadi lebih riang dan damai, dan hal ini akan mengiringi sepanjang waktu yang kita lewati hari ini.

Namun yang sering terjadi, pada pagi hari suasana yang serba tergesa-gesa karena takut macet. Sehingga sering terdengar teriakan untuk cepat bangun pagi, cepat mandi, cepat ganti pakaian, cepat sarapan dan cepat berangkat.
Tanpa sapaan sayang dan senyuman....... akan berdampak besar pada perilaku kita semenjak kaki melangkah keluar rumah.
Bagi yang punya kendaraan, akan segera memacu kendaraan secepat mungkin agar segera sampai ditempat tujuan, tidak ada rasa sabar dalam mengemudi kendaraan, saling serobot dan saling berpacu, bahkan mungkin akan keluar umpatan bukan senyuman.
Bagi yang belum punya kendaraan, akan segera mencari angkutan atau bis, dengan berebut, bahkan harus dengan sedikit mendorong agar dapat naik tanpa memperhatikan calon penumpang lainnya yang sudah berumur, atau anak-anak.
Dan mungkin ketika terlambat naik karena diserobot calon penumpang lainnya, atau mungkin kena sikut atau terinjak, akan mudah naik pitam.
Itulah gambaran yang sering terjadi dipagi hari, lebih banyak terjadi umpatan dari pada senyuman, karena tidak diawali dengan senyuman.

Ketika sudah sampai dikantor atau tempat kerja, cobalah sapa setiap orang yang berjumpa dengan anda, tanpa harus membeda-bedakan kedudukan atau jabatan. Bila sapa dan senyuman disampaikan kepada siapapun di tempat kerja, akan membuat hubungan kita menjadi lebih baik, dan bagi diri sendiri ketika mengawali kerja dengan penuh suka cita akan berdampak positif sepanjang hari.

Namun yang sering terjadi, semua berlalu begitusaja seperti layaknya mesin otomatis, masuk kantor, pencet tombol lift, masuk, diam tanpa ada sapa dan senyuman karena semua merasa tergesa-gesa. Sehingga tercipta suasana kaku dan kesepian ditengah keramaian.


Dalam berbagai hal kehidupan sehari-hari, senyuman akan memberikan manfaat yang sangat dahsyat !,
Ketika menghadapi seseorang yang sedang marah dan kalut, senyuman akan dapat meredupkan amarah seseorang.
Ketika bertemu dengan orang yang sedang berkeluh kesah, dengarkanlah dengan seksama dan beri senyuman yang tulus, akan mampu menyejukkan hatinya.
Ketika menghadapi orang yang melakukan kesalahan, hadapilah dengan senyuman bukan amarah, karena akan mengurangi beban yang ditanggungnya.
Ketika harus bertemu orang banyak dan tidak ada yang kenal, senyuman akan dapat mencairkan susana kekakuan.
Ketika setiap hari anda memberikan senyuman kepada siapapun yang anda temui, akan dapat membangun rasa persaudaraan yang lebih baik.

Dan terlebih dari itu...... ketika anda memberikan senyuman secara tulus, otot-otot muka anda akan terlatih dengan baik, sehingga tidak mudah keriput dimakan usia, lebih cerah, segar dan menarik secara alami. Orang lainpun akan lebih senang ketika bertemu dengan anda dan senyuman yang tulus itu akan merambat dengan pasti mempengaruhi orang lain untuk tersenyum.

Seandainya setiap hari, diawali dengan senyum, dan setiap orang bisa tersenyum, akan terciptalah dunia yang penuh dengan damai, canda dan tawa.
Betapa dahsyatnya senyuman tulus itu !
Semoga setiap hari ada senyum diantara kita.

UCAPKAN "TERIMA KASIH"

Ketika kita masih kanak-kanak, seringkali orang tua kita mengajari untuk dapat menyampaikan kata “Terima Kasih” kepada siapapun yang memberi atau menolong kita. Dan ketika kita sudah menjadi orang tua, hal itu juga kita ajarkan kepada anak kita.

Namun dengan bergesernya pola tata kehidupan yang sering bersifat ”transaksional” dan mengarah materialistis, cenderung mengakibatkan terasa mahalnya ungkapan ”terima kasih” yang disampaikan secara tulus. Bahkan akan terasa janggal ketika harus mengucapkan terima kasih kepada orang lain yang lebih rendah strata sosialnya. Mengapa harus berterima kasih kalau itu memang sudah kewajibannya? Atau mungkin gengsinya akan turun kalau harus mengucap terima kasih? Hal seperti ini sudah menjadi hal yang biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana dengan kehidupan dikeluarga kita? Masihkah ucapan itu terdengar setiap hari, antara orang tuan dengan anak, suami dengan istri dan sebaliknya?
Atau mungkin ucapan ”terima kasih” juga sudah menjadi kata-kata yang asing dalam keluarga karena semua berjalan secara otomatis, tenggelam dalam kesibukan masing-masing.

Perhatikan dalam kehidupan sehari-hari di kantor, seolah-olah seorang bawahan kerjanya hanya untuk ” disuruh mengerjakan tugas, kemudian kalau tidak selesai dimarahi oleh boss”. Sebaliknya boss hanya menyuruh dan memarahi bawahannya. Hal ini menguatkan bahwa pola transaksional masih sangat melekat dalam kehidupan sehari-hari, dan ucapan terima kasih menjadi kata yang tabu bagi atasan atas keberhasilan bawahannya.

Sering juga terjadi, ketika seseorang akan keluar dari tempat parkir, kemudian ketika akan berlalu datang petugas parkir yang langsung meminta uang parkir, yang muncul dalam benaknya adalah ”enak saja kok minta uang parkir” sehingga muncul rasa tidak rela memberikan uang parkir, rasa kesal dan cemberut.
Memberi uang parkir dengan rasa marah, dan tidak mengucapkan terima kasih, kelihatannya sah-sah saja. Namun bila kita berpikir lebih jernih siapa yang menjagai mobil ketika ditinggal diparkiran? Siapa yang akan membantu parkir atau keluar parkir?
Kemarahan dan rasa tidak rela memberi uang parkir tidak memberikan manfaat baginya, sebaliknya bila mampu memaafkan dan ucapkan terima kasih akan membawa dampak yang baik bagi emosi kita.




Pada awal berkeluarga, ucapan terima kasih menjadi menu utama sehari-hari, bahkan terasa mesra karena diucapkan dengan kata ”terima kasih, sayang”

Kesibukan, tantangan kehidupan, beban keluarga, tuntutan pekerjaan dan bertambah besarnya anak-anak, maka secara lambat laun dan pasti..... ucapan terima kasih menjadi kata yang sangat mahal, sehingga jarang diucapkan dalam kehidupan berkeluarga.
Orang tua tidak perlu mengucapkan terima kasih ketika anak-anak pulang tepat waktu dan rajin dalam belajar, karena itu sudah kewajibannya.
Anak-anak tidak perlu mengucap terima kasih kepada orang tuanya ketika segala keperluan dan perhatian diberikan orang tua, karena itu sudah kewajibannya.
Jika masing-masing bersifat transaksional maka ucapan terima kasih akan dapat hilang di kamus perbendaharaan kata keluarga tersebut.

Akankah kata terima kasih menjadi sesuatu yang antik dan tidak pernah diucapkan lagi baik dalam keluarga, kantor dan kehidupan sehari-hari?

Marilah, kita mulai dari diri kita dahulu, ucapkan terima kasih kepada siapun yang membantu kita, terlebih pada orang tua, anak, istri atau suami agar hidup kita menjadi lebih bermakna.

Terima kasih, kepada yang tidak membaca maupun mau membaca tulisan ini.