Saturday, December 20, 2008

Keraton Solo




Kali ini ada waktu yang cukup untuk menjelajah kota Solo dan akhirnya kami bisa melihat suasana kraton Solo.

Goa Tabuhan dan Goa Gong




Lokasi ini dapat ditempuh melalui rute dari Solo - Wonogiri - menuju Pacitan, atau dari Jogya - Wonosari - Wonogiri - Pacitan.
Goa Tabuhan, cukup unik karena stalagmit dan stalagtitnya dapat di tabuh (dipukul) dan menghasilkan bunyi seperti musik karawitan.
Kita bisa menikmati 5 lagu yang disajikan oleh seniman setempat dengan memukul stalagmit dan stalagitnya. Untuk menikmati 5 lagu, kita dikenakan tarif sekitar 70 ribu rupiah.

Sedangkan Goa Gong, kita bisa menikmati pemandangan yang menakjubkan karena hiasan kristal di stalagtit dan stalagmit, dan salah satu lokasi kalau dipukul (meskipun hanya pakai tangan) akan keluar bunyi mirip Gong. Indah buangettt.

Sunset di Candi Ratu Boko




Lokasi ini dekat dengan kawasan Candi Prambanan, dan sekarang sudah bisa dituju dengan kendaraan sampai di atas bukit.
Betapa bersyukur bisa menyaksikan semburat jingga mentari senja di kawasan Candi Ratu Boko. Luar Biasa indahnya.

Curug Putri dekat Situ Lembang




Friday, November 07, 2008

Musium Sangiran




Liburan dan belajar, kali ini mengunjungi situs nenek moyang "pithecantropus erectus" di musium sangiran.
Di musium ini terdapat berbagai koleksi mulai fosil manusia, hewan, tumbuhan, batuan. Dan nggak lengkap kalau tidak sampai ke lokasi ditemukannya fosil.....di tengah kebun jati yang kering kerontang.....

Thursday, November 06, 2008

Fajar di Jebres - Solo




Moment yang indah, bisa kita nikmati dengan bangun pagi dan sabar menunggu sang surya menyapa di pagi hari.
Kebetulan ketika di Solo dapat penginepan di Jebres dan balkon menghadap ke timur, maka meskipun kurang tidur, dibelain untuk tetap bangun pagi menyambut indahnya mentari.

BROMO




Pemandangan yang sangat menakjubkan ketika melihat semburat fajar di pagi hari. Menikmati guncangan jeep ketika mengarungi pasir di bromo, juga mengatur nafas ketika mendaki tangga di bromo....... tidak akan terlupakan.

Situ Cangkuang




Apabila melakukan perjalanan dari Bandung ke Garut, cobalah singgah ke situ cangkuang, karena tempat ini juga ada candi dan kampung Pulo.
Suasana sangat teduh dan tenang......

Hongkong




Saturday, November 01, 2008

Tawangmangu




Libur Lebaran 2008 yang lalu, kunjungan wisata lebih banyak menikmati keindahan alam, dan Tawangmangu menjadi salah satu tujuan kami karena sudah lama keinginan untuk mengunjungi tempat ini.
Lumayan untuk olahraga karena harus menuruni tangga hingga di bawah Air Terjun (Curug Sewu) susana yang cukup sejuk,
Olahraga pagi ketika harus menaiki jalan bertangga hingga tempat parkir membuat keringat bercucuran meskipun udara cukup sejuk.

Tuesday, October 28, 2008

SULIT UNTUK “MENDENGARKAN”

Pernahkan anda perhatikan, kebanyakan orang lebih senang berbicara dari pada mendengarkan.  Dengan mudahnya bercerita sesuatu dari ”a” sampai ”Z”, dan bagi yang mendengarkan juga tak kalah antusiasnya untuk menimpali atau beralih menjadi pembicara.

 

Memang kalau dirasakan, posisi sebagai orang yang mendengarkan terasa sulit karena harus lebih banyak bersikap ”menerima informasi”, dan harus dapat memahami apa sebenarnya yang menjadi titik pokok pembicaraan sehingga terjalin komunikasi yang efektif.

Biasanya seseorang yang mampu mendengarkan dengan baik, juga menjadi pembicara yang baik, karena dia memahami, dengan siapa dia berbicara, gaya dan penyampaian apa yang cocok, serta pokok pokok apa yang paling tepat dibicarakan.

 

Harus kita akui, sangat sulit untuk menjadi pendengar yang baik dan sekaligus menjadi pembicara yang baik.

 

Ada beberapa hal yang sangat mengganggu ketika harus menjadi pendengar, karena proses mendengarkan menjadi tidak efektif apabila :

 

1.              Seperti air yang mengalir dari satu pipa ke pipa lain tanpa ada yang tersisa.

Kejadian seperti ini sering kali dirasakan, ketika si pendengar sudah bersikap apriori terhadap pembicara, atau memang tidak menginginkan untuk mendengar sehingga apapun informasi yang disampaikan tidak akan ada yang tersisa dibenaknya.

 

2.              Seperti seseorang yang memegang saringan tepat dibawah pipa yang yang mengalirkan air.

Selama pembicaraan itu berlangsung, sipendengar hanya akan dapat menerima informasi yang dibutuhkan, seperti layaknya saringan selama informasi berguna akan diterima. Sebaliknya bila tidak berguna baginya meskipun berguna bagi orang banyak tetapi dia tidak suka, informasi tersebut tidak akan diterima.

 

3.              Selalu menilai siapa yang bicara

Perhatikan,  ketika ada suatu ceramah, biasanya akan ditanya terlebih dahulu, siapa yang akan jadi pembicaranya? Cenderung menilai ”sipembicara” bukan pada apa yang dibicarakan atau isi pembicaraan. Terlebih lagi apabila pendengar sudah memiliki persepsi yang buruk pada pembicara, akan mengakibatkan sebaik apapun isinya, niscaya tidak akan didengarkan.

 

4.              Tidak konsentrasi pada saat mendengarkan

Coba anda perhatikan, ketika anda sedang lapor kepada boss anda, apakah dia menghentikan aktivitasnya ketika anda bicara atau menyuruh anda bicara sambil mengerjakan aktivitas lainnya?

Atau mungkin anda sebagai seorang boss, terlalu sibuk dengan tugas sehingga ketika bawahan anda berbicara anda tetap melakukan aktivitas lain?

 

5.             Sering memotong pembicaraan.

Ketika seseorang merasa lebih tahu, dan kurang memiliki rasa toleransi yang tinggi, biasanya akan sering memotong pembicaraan orang lain karena apa yang akan disampaikan dia merasa sudah memahami.  Hal ini juga dapat berakibat fatal karena tidak sepenuhnya orang akan mengetahui apa yang sebenarnya ada dalam pikiran orang yang sedang berbicara.   

 

Apabila hal-hal tersebut masih terjadi pada diri kita, akan sangat merugikan kita sendiri, terlebih lagi dalam kehidupan keluarga. Seorang ayah biasanya ”merasa  serba tahu” sehingga ketika istri atau anak akan bicara cenderung ragu atau bahkan malas karena sebelum keinginannya disampaikan, yang terjadi sebaliknya harus mendengarkan ”petuah” yang sebenarnya salah sasaran.

Mungkin juga keengganan anak kita berbicara secara terbuka, lebih disebabkan karena ”keangkuhan” orang tua yang merasa lebih berpengalaman, yang sebenarnya pemahamannya sudah ketinggalan jaman.

 

Atau mungkin di tempat kerja,  informasi yang lengkap belum diperoleh tapi keburu mengambil kesimpulan, karena atasan merasa serba tahu.

 

Marilah kita coba untuk menjadi pendengar yang baik, meskipun sulit untuk melakukannya, dengan cara : menghormati orang yang berbicara, dengarkan dengan empati dan jangan berpersepsi terlebih dahulu, serta biarkan pembicara menyelesaikan pokok pikiran yang disampaikan  dengan tidak memotong pembicaraan. Karena apabila kita bisa melakukan hal itu maka orang akan lebih senang berbicara dengan kita.

Semoga !

 

Bandung,   17  Mei  2005

 

 

 

PURWADI SISWANA

KRITIK ITU INDAH BILA…..

Ketika masa pemerintahan pak SBY belum genap 100 hari, hampir setiap hari di media massa menulis atau mengulas tentang kinerja pemerintah, dengan nada minor! Para ahli ngomong tentang bidangnya, bahwa pemerintah dinilai gagal dengan program2nya. Bolehkah hal ini dianggap sebagai kritik?

 

Atau mungkin ketika seseorang memperoleh kepercayaan atau tanggung jawab yang lebih besar. Dalam kurun waktu yang belum lama, sudah muncul komentar tentang ketidak berhasilannya, sehingga dianggap orang tersebut tidak becus, tidak mampu atau kurang ini, kurang itu.

Bolehkah hal ini dianggap sebagai kritik?

 

Memang, bahwa setiap manusia tidak sempurna, karena banyak kekurangan yang dimilikinya. Kekurangan tersebut terkadang dipahami dan dimengerti oleh masing-masing pribadi, tetapi terkadang orang lain yang lebih tahu tentang kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.

 

Berbagai tanggapan yang muncul bagi penerima kritik, mulai dari mengucap terima kasih atas kritik yang diterimanya, atau cuek bebek atas kritik yang ditujukan atau mungkin sumpah serapah yang keluar ketika kritik itu dirasakan menyakitkan hatinya.

 

Disisi lain kritik itu muncul oleh orang yang merasa tidak puas akan keadaan ini dan lebih dari itu ada perasaan iri atas keberhasilan orang lain, sehingga kritikan yang muncul lebih tendensius, memojokkan sehingga dapat menimbulkan opini yang negative bagi penerima kritik.

Atau mungkin adanya sifat “suka asal ngomong”, serasa mulutnya gatal kalau tidak mengkritik orang, hal ini tentunya tidak akan membawa kebaikan bagi kedua belah pihak.

 

Namun bukan suatu hal yang mustahil, munculnya suatu kritik itu dilandasi dengan rasa kasih kepada sesama, rasa sedih karena terjadinya “sesuatu” yang akan berdampak negative bagi rekan ataupun kita semua.  Dengan didorong rasa inilah, biasanya kritik itu akan sangat berguna bagi penerima maupun pengkritik, akan saling menguatkan akan saling membangun demi kebaikan semuanya.

 

Pada awalnya, ketika kritik itu disampaikan akan membuat penerima kritik kaget, sedikit terusik dan tidak nyaman. Tetapi ketika kritik itu dilandasi rasa kasih, data yang akurat dan mengarah pada hal yang positif dan disampaikan pada waktu serta tempat yang tepat, maka akan membuat nyaman bagi penerima kritik.

 

Mungkin dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hal tersebut, baik ditempat kerja, di masyarakat maupun dikeluarga.

Kadang kita mengkritik seseorang, dilain kesempatan kita dikritik oleh orang lain. Merupakan hal yang biasa dalam berinteraksi dengan orang lain.

 

Marilah kita mulai dari diri kita sendiri, untuk memandang suatu persoalan pada sudut pandang yang benar, obyektif dan dilandasi rasa kasih sehingga ketika kita mengkritik seseorang, maka yang terucap adalah kritik yang mampu meningkatkan kebaikan bagi semua orang.

 

Sebaliknya ketika menerima kritik,  berpandangan positif saja kepada orang yang mengkritik, siapapun orangnya karena mungkin kritik tersebut memang benar dan bermanfaat bagi kebaikan kita.  Smoga!

 

 

Bandung, 12 Mei  2005

 

 

 

PURWADI SISWANA

CEMAS AKAN HARI ESOK

Ada pepatah di masyarakat Jawa “Wong urip iku nggowo rejekine dewe-dewe” terjemahan secara umumnya adalah bahwa setiap orang memiliki rejekinya masing-masing.

Sehingga sering juga terdengar istilah “narimo ing pandum”,  istilahnya pasrah akan apa yang diterimanya.

Namun dengan berjalannya waktu, dimana pola kehidupan sudah sangat berubah,  pepatah tersebut semakin tidak terdengar lagi.  Lebih banyak keluh kesah yang muncul dibandingkan ucapan syukur.

 

Sangatlah wajar, dengan pola kehidupan yang serba cepat, serba instant dan menurunnya nilai-nilai kehidupan yang hakiki, membuat banyak orang berlomba dan berebut rejeki dengan berbagai cara, bahkan menghalalkan semua cara. Seakan lupa bahwa rejeki untuk tiap orang sudah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Kondisi seperti ini sangatlah nyata dalam kehidupan masyarakat kota, yang didalamnya berbaur semua manusia dengan latar belakang yang sangat berbeda, namun mereka menghadapi satu kenyataan yang sama, yaitu ketidak pastian akan masa depan.

Issue rasionalisasi, PHK massal, keterbatasan lapangan kerja, inflasi dan meningkatnya biaya hidup akan semakin menghimpit setiap orang, belum lagi kekerasan, manipulasi dan korupsi seakan menjadi lengkaplah penderitaan manusia.

 

Bila hal ini juga menjadi pemikiran kita sehari-hari, maka yang muncul adalah rasa cemas dalam menghadapi hari esok. Cobalah untuk keluar dari rutinitas, luangkan waktu sejenak untuk terbebas dari lingkaran tersebut. 

 

Lihatlah alam disekitar kita. Begitu sempurna kehidupan semesta, sinar matahari yang menyinari orang yang benar juga orang yang salah, hujan yang jatuh menetes kebumi untuk menyejukkan orang yang benar dan orang yang salah.  Semua orang mendapatkan rahmatNya.

 

Tengoklah dan amati pada sekuntum bunga liar yang terhimpit dalam semak belukar, seakan menyesakkan dan menyedihkan, tapi bunga itu tetap tumbuh dan mekar dengan indahnya tanpa mencemaskan hidupnya.

 

Atau lihatlah irama terbang burung pipit yang kecil dan lemah ketika bersyukur menyambut datangnya petang.

Serta kicauan dipagi hari menyambut mentari yang menghangatkan dan memberi tahu datangnya harapan baru untuk menikmati rejeki, seolah nyanyian suci memudji Sang Penciptanya.

Burung yang kecil dan lemah, tidak pernah menaman, tapi Tuhan selalu menyediakan makanan untuknya.

 

Haruskah kita mencemaskan hari esok?

Bagaimana rejeki kita? Karir? Keluarga? Atau apapun yang menjadi keinginan kita dan cita-cita kita?

Serahkanlah segala kecemasan kita pada Dia Yang Maha Kasih, dan mohon ampun atas salah dan dosa kita yang sering mengandalkan kemampuan sendiri.

 

Belajarlah pada bunga liar dan burung pipit, yang  selalu bersyukur dan berpengharapan kepada Sang Pencipta.

 

Ucapkan syukur dalam kehidupan sehari-hari, dan menaruh harapan pada Sang Pencipta akan membuat hidup ini tenang, damai dan tenteram tanpa diliputi kecemasan.

 

 

Bandung,   9   Mei   2005

 

 

 

PURWADI SISWANA

Dekat Sumber Hidup

Ibarat sebuah pohon yang berasal dari biji kecil, secara perlahan dan pasti akan tumbuh dan berkembang. Akar akan terus tumbuh dan menancap kuat di bumi, sementara dahan dan ranting tumbuh menjulang tinggi menggapai langit.

 

Ketika pohon tersebut masih kecil, akan selalu terlindungi oleh pohon disekitarnya yang lebih tinggi, baik dari panas matahari, hujan dan angin besar yang mampu merobohkan. Semuanya aman dan nyaman.

 

Namun ketika sudah tumbuh besar melebihi tinggi pohon disekitarnya, maka terpaan panas, angin, hujan bahkan badai akan dihadapi sendiri. Semakin hari semakin kencang terpaan angin maka pohon tersebut akan memperoleh “pelajaran” untuk tetap tumbuh dan berkembang dengan segala konsekuensi yang dihadapi.

 

Semakin kuat akar menancap dan mampu menyerap sari-sari makanan, maka pohon akan tetap tumbuh kuat dan terpaan angina, hujan, panas merupakan bagian sehari-hari yang harus dihadapi. Semakin tinggi semakin banyak goncangan, namun pohon tidak akan tumbang bahkan kan tumbuh dengan baik.

 

Demikian juga dengan kita, tiada tempat yang aman dan nyaman kecuali dalam dekapan ibunda. Mulai merangkak, tertatih-tatih berjalan, terus bisa lari. Semula aman dan nyaman bila dekat dengan ibunda.

Seiring dengan perjalanan waktu, kita tumbuh dan berkembang, mulai mengerti dan memahami akan angin kehidupan, panas dan ganasnya badai kehidupan.

 

Semakin dewasa maka cobaan, tantangan, hambatan semakin banyak yang harus kita hadapi. Bukan lagi belaian angin semilir tapi topan dan badai menerpa kehidupan kita. Semakin tinggi tanggungjawab yang harus dipikul, maka semakin besar pula angin, hujan dan panas yang akan menimpa kita.

 

Banyak pohon yang tinggi dan mudah roboh ketika diterpa angin yang cukup kencang, karena ternyata akar tunjangnya tidak tumbuh secara sempurna sehingga tidak memiliki daya cengkeram yang kuat. Mungkin juga karena tumbuhnya di tanah yang kering, gersang dan tandus, sehingga kebutuhan untuk memperoleh sari makanan tidak mencukupi. Akhirnya akarpun tidak tumbuh dengan sempurna.

 

 

Lihatlah disekeliling kita, dan perhatikan pohon beringin yang besar, yang mampu memberikan keteduhan biasanya hidup dekat sumber mata air. Atau lihatlah pohon-pohon yang besar, biasanya hidup dekat dengan sungai yang mengalir.

Diwaktu kekeringan melanda, pohon tersebut tetap memperoleh sumber makanan yang berlimpah. Akar tumbuh dengan sempurna,  dahan dan ranting berkembang sehat, daun hijau segar dan berbuah lebat pada musimnya.

 

Bagaimana dengan kita, apakah dekat dengan sumber hidup kita?

Sebesar apapun kita, sekuat apapun kita, pasti akan tumbang! Dalam menghadapi tantangan, cobaan dan badai kehidupan! Apalah manusia kalau hanya mengandalkan dirinya sendiri?

 

Belajarlah pada pohon beringin yang selalu dekat dengan mata air, atau pohon yang besar yang hidupnya dekat dengan sungai yang mengalir.

 

Kekuatan kita bukan pada fisik, bukan pada kepandaian, bukan pada kekayaan bukan pula pada jabatan. Tapi kekuatan kita selalu ada ketika kita lemah dan meminta kekuatan pada Sumber Hidup kita.

Ketika menghadapi cobaan,  Sumber Hidup akan menguatkan kita, dan ketika berhasil ingatlah bahwa buah keberhasilan karena Sumber Hidup bukan hasil kita.

 

Semoga senantiasa kita dekat dengan Sumber Hidup.

 

 

 

Bandung,  6 Mei 2005

 

 

 

PURWADI  SISWANA

ADAKAH WAKTU UNTUK KELUARGAMU ?

Ritme kehidupan seseorang, dicerminkan dengan pola kehidupan sehari-hari. Mulai pagi hari hingga malam hari, berbagai aktivitas yang dilakukan mulai dari keperluan pribadi, dinas, keluarga, teman dan saudara.

Berapa jam waktu kita habis untuk mengerjakan tugas kita? Berangkat pagi pukul 06.30 pulang larut malam pukul 21.00 bahkan sampai pagi dikantor,  belum lagi ada tugas lembur di hari Sabtu terkadang Minggu untuk menyelesaikan pekerjaan karena  harus siap tayang hari Senin.

Satu minggu ? Atau hal ini berlangsung atau satu bulan ?

Atau setengah tahun ? atau satu tahun ? tapi lebih banyak orang yang mengalami hal ini bertahun-tahun.

 

Apa yang diperoleh dengan menghabiskan waktu selama masa kerja sebanyak ini ? Uang, Jabatan atau karir yang terus meningkat ?  Jawabannya  100% Ya !

Banyak orang menjadi SIBUK untuk mengejar hal-hal tersebut, sehingga waktu yang diberikan Tuhan selama 24 jam terasa kurang.

 

Ketika anak2 berangkat sekolah pagi hari, orang tua masih tidur lelap karena pulang tengah malam. Sebaliknya ketika pulang anak2 sudah lelap tidur dengan 1001 mimpi yang indah.

Rumah hanya menjadi tempat penginapan, tidak ada cakap, tidak ada canda, tidak ada tawa, tidak ada kasih, semua berlalu dengan keSIBUKannya masing-masing.

 

Terus apa yang diberikan orang tua kepada anaknya selain materi ? 

 

Ada 1  kata yang paling manjur untuk menjawab 1001 permasalahan dan alasan yaitu SIBUK.

Kalau kita merasa SIBUK maka kita akan kelihangan banyak waktu dan kehilangan kesempatan yang sangat indah bagi keluarga.

 

Secara jujur :

Sempatkah kita memandikan anak kita yang terkecil ?

Sempatkah kita sarapan pagi bersama?

Sempatkah kita mengantar anak berangkat sekolah?

Sempatkah kita makan malam bersama sekeluarga dirumah?

Sempatkah kita menemani anak mengerjakan tugas?

Sempatkah kita bercanda dengan anak dirumah?

Sempatkah kita mengantar anak2 ke toko buku?

Sempatkah kita beribadah bersama sekelurga?

Sempatkah kita menghadiri pertemuan orang tua murid?

Sempatkah kita mengambil rapor kenaikan kelas?

Sempatkah kita menikmati akhir minggu bersama?

 

Jika  anda belum sempat melakukan hal-hal kecil itu, lakukan sekarang!

Karena kesempatan itu indah dan sangat bermakna bagi anak dan istrimu, tunjukkan kasih, perhatian dan belaian buat mereka, bukan uang semata dan harta benda lainnya.

 

Pekerjaan, tugas tidak akan pernah habis.... semakin dicari semakin bertambah dan akhirnya terjebak pada kesibukan yang melupakan anak dan istri.

 

Jika kita hanya mengejar uang dan jabatan, maka sebenarnya sia-sialah upaya kita kalau tidak pernah memiliki waktu untuk keluarga.

 

 

 

Bandung,    Februari  2005

 

 

 

 

PURWADI SISWANA

BELAJARLAH PADA PETANI

Mungkin bagi banyak orang, apalagi jaman sekarang keahlian seorang petani sudah bukan menjadi impian atau cita2. (karena memang ceritanya selalu menyedihkan; sangat menyedihkan)

Bahkan tidak pernah terpikir kalau kita sedang makan nasi, bahwa yang kita nikmati merupakan hasil karya petani.

 

Dalam kehidupan nyata (dimasyarakat, di kantor), sebenarnya proses kehidupan, karier semua sudah ada jalannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menikmati serta mensyukuri.

 

Sering terjadi, seseorang memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar pada suatu hal, dan dianggap oleh lingkungannya dia layak untuk dipromosikan, ternyata orang lain yang justru tidak pernah berkontribusi ternyata menduduki jabatan itu. Atau mungkin terjadi seseorang sudah dicalonkan dengan probabilitas lebih dari 90% akan jadi, ternyata orang lain lagi yang jadi.

Kondisi ini jelas akan sangat tidak kondusif, dari sudut pandang banyak orang, mungkin juga anda sewaktu membaca ini. Sangat tidak adil ketika seseorang memegang sendok untuk disuapkan ke mulut, ternyata disambar oleh orang lain, sangat keterlaluan !! (mungkin bisa dianalogikan semacam ini)

 

Namun apabila semua itu dipandang dari lubuk hati yang jernih, tentunya akan berbeda sama sekali.

 

Belajarlah pada petani, mungkin akan banyak orang berpendapat mana mungkin belajar dari petani.

 

Ketika sawah sudah selesai di panen, biasanya petani akan membiarkan sawahnya untuk tidak diolah, dibiarkan untuk tumbuh perdu dan rerumputan, dibiarkan tanah itu untuk bernafas.

 

Kemudian ketika musim hujan tiba, mulailah aktivitas membajak sawah yang dilakukan oleh ahlinya, dengan tekun dan rajin setiap jengkal tanah akan dicangkul dan dibajak tanpa tersisa. Ia lakukan semua ini dengan tulus dan tidak terpikirkan siapa yang akan menanam padi.

Bila semua jengkal dan sudut sawah sudah dibajak, maka dengan tulus ia menyerahkan kembali sawah kepada pemiliknya dan memperoleh upah.

 

Orang lain datang, dengan membawa benih untuk ditanam ditempat yang sama secara teratur batang-demi batang bibit padi di tanamkan dalam sawah yang berlumpur, berirama, teratur dan indah. Dari pagi hingga menjelang petang ia akan menanam semua benih padi hingga memenuhi sawah yang sudah di bajak, lalu ia serahkan kembali sawah kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Ketika bibit mulai tumbuh,  akan ada orang lain yang mulai membersihkan sawah, untuk memelihara bibit padi dengan membuang perdu atau rumput yang akan mengganggu tumbuhnya bibit padi. Ia akan taburkan pupuk untuk menyuburkan bibit, hingga setiap hari tumbuh.

Ia lakukan tugasnya setiap hari dengan tulus hingga bibit berubah menjadi pokok-pokok padi yang mulai berbunga dan berbuah, lalu ia serahkan kembali sawah dan pokok padi yang bulirnya mulai isi dan menguning kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Ketika musim panen tiba, burung beterbangan di sekitar sawah untuk ikut menikmati hasil sawah tersebut untuk beberapa butir padi. Dan datanglah beramai-ramai para pemetik padi untuk memanen sawah tersebut. Dilakukannya dengan tulus dan hati-hati agar tidak banyak padi yang tercecer pada saat dipanen. Lalu mereka menyerahkan padi yang dipanen kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini untuk diterapkan dalam kehidupan nyata kita :

1.                  Jalankan peran kita masing-masing dengan tulus karena kita akan menerima upah yang sepadan dengan usaha kita.

2.                  Lakukan dengan tulus dan syukurilah karena peran itu yang terbaik buat kita.

3.                  Jangan pikirkan kapan saya akan menuai hasilnya tapi pikirkan kapan tugas tersebut harus dapat kita selesaikan.

4.                  Jangan ingini peran yang memang bukan hak kita.

 

Diatas semuanya itu..... harusnya kita bersyukur untuk apa yang telah kita terima hari ini, karena itulah nikmat hidup. Dan ingatlah... peran kita dapat berubah setiap saat, mungkin saat ini jadi tukang cangkul sawah, besok jadi pemetik padi atau sebaliknya, karena rejeki itu datangnya dari Yang Maha Pengasih.  Bila rejeki dicari, dikejar dengan sekuat kemampuanpun tidak akan dapat kalau memang bukan rejeki kita, sebaliknya meskipun dihalangi, dipersulit oleh orang banyak, tapi kalau memang itu rejeki kita, pasti Tuhan Yang Maha Pengasih akan memberikan rejeki itu tepat dan indah pada waktunya

 

Belajarlah pada petani supaya kita lebih bijaksana dalam melakukan dan mensyukuri peran kita masing-masing.

 

 

Bandung,    1  Februari 2005

 

 

 

 

PURWADI  SISWANA

Mulai menulis lagi

"MULAI MENULIS LAGI....."

Ketika usia anak mulai menginjak "BALITA"
Orang tua akan mengajarkan berbagai hal baru bagi anak itu
Mulai cara makan, berpakaian, berbicara dan mulai menulis
Berawal dari coretan yang tidak berbentuk hingga akhirnya membentuk angka satu berjejer seperti pagar yang tidak teratur...
sangat bebas dan natural.... meski dengan banyak upaya untuk itu

Ketika meningkat mulai masuk taman kanak-kanak, kegiatan "menulis" menjadi kegiatan pokok, terlebih lagi apabila dilengkapi dengan pensil yang berwarna-warni.
Semangat untuk "menulis" ditumpahkan dimana-mana.
Kertas, papan tulis, meja bahkan dinding rumahpun kan menjadi sarana untuk "menulis" dan melukis......
Biarkan dinding itu kotor oleh coretan dan tulisan ... karena akan tertanam dalam dirinya.

Namun ketika mulai remaja, kegiatan "menulis" itu menjadi jarang dilakukan, kecuali ketika harus "menulis" tugas ataupun mengerjakan PR.
Menulis menjadi bagian yang menjemukan dan sulit bagi banyak anak. Bahkan ketika harus mengumpulkan tugas "mengarang", akan gelisah karena sulitnya merangkai kata dan arti.

Banyak mahasiswa yang tertunda menyelesaikan kuliahnya hanya gara-gara "menulis" untuk Tugas Akhirnya. Secara tidak langsung hal ini juga mencerminkan adanya "kemiskinan" dalam hal menulis dibanding dengan "ngomong".
Lebih mudah untuk "ngomong" dari pada "menulis"

Ketika mulai bekerja, banyak pula yang menghadapi kendala ketika harus "menulis" laporan, apalagi dihadapkan pada jadwal waktu yang ketat. Hal ini akan menambah intensitas stress bila laporan tersebut sangat terkait dengan kinerjanya.......

Mungkin (kalau tidak salah) budaya membaca dan "menulis" masih merupakan "kemiskinan" di negeri ini. Siapa yang akan mengubah negeri tercinta ini menjadi negara yang "kaya" akan tulisan?
Jawabannya sangat mudah: mulai dari diri kita.

Itulah yang menjadi motivasi saya untuk mulai "menulis" di sini.

Bandung, 29 Nopember 2005


"Menulis itu, mudah dan indah"

Friday, October 24, 2008

Pemandangan Jalur Cijapati




Setiap mudik lebaran, kemacetan panjang selalu terjadi di daerah nagrek, dan sedikit sekali orang yang melalui jalur alternatif melalui Cijapati karena kondisi jalan yang cukup rawan karena turunan & tanjakan yang tajam.
Sudah beberapa kali saya melalui jalur ini, dan sebenarnya pemandangan sangat indah.

Borobudur




Mungkin sudah lebih dari 10 x saya mengunjungi candi terbesar dan termegah. Kali ini saya tidak naik ke puncak candi, tetapi menikmati relief di dasar candi dan sudut sudutnya, sementara anak2 berlomba sampai ke puncak candi. keheningan menjelang senja namapk di setiap sudut borobudur.

Wednesday, October 22, 2008

Monday, August 04, 2008

Kalianda Resort Pagi Hari




Liburan anak sekolah, balik lagi ke kalianda resot untuk menikmati suasana yang nyaman

Monday, May 12, 2008

Ngarai Sihanok & Gua Jepang




Di pagi yang cerah, betapa bersyukurnya dapat menyaksikan keindahan ngarai Sihanok juga menynelusuri goa Jepang hingga tembus jalan raya.
Kebetulan penjaga goa pernah merantau di Bandung sehingga kami diantar menyususi tiap sudut goa Jepang hingga tembus ke jalan raya.

Padang, Bukit Tinggi, D Maninjau, Lembah Harau, D Singkarak, Solok, D Dibawah & Diatas

Beruntung  postingan terkait dengan Padang, Bukit Tinggi sudah kami peroleh sehingga sangat membantu kami untuk merencanakan liburan tsb

Liburan ke Padang sebenarnya sudah kami rencanakan di awal April 2008, namun karena suatu hal baru terlaksana pada tanggal 3 s/d 5 Mei 2008.

.

Penerbangan dari Jkt ke Padang sangat nyaman karena cuaca sangat bagus, sesuai jadwal kami mendarat di Padang dengan mulus. Dari Bandara, kami singgah di RM Baselo Bandara untuk makan siang dengan menu utama ikan nila bakar,  dan  gulai sayur singkong,  pakis dan gule nangka, untuk minuman saya pilih juice pinang karena rasa penasaran mengenai manfaat juice pinang ini.

 

Di Padang  rencana hanya mengunjungi Pantai Tekuk Bayur, Malinkundang dan Pantai Padang & Jembatan Siti Nurbaya?

  • Teluk Bayur via By Pass untuk mengindari kepadatan lalulintan di kota padang.

Sengaja teman yang mengantar kami tidak masuk komplek pelabuhan tetapi arah keluar kota untuk melihat pemandangan teluk bayur, sekaligus bercanda dan memberi kacang pada monyet-monyet liar sepanjang jalan di pinggir pantai teluk bayur.

 

  • Pantai Malinkundang cukup terpencil karena harus mendaki bukit, namun usaha tersebut sangat sepadang dengan pemandangan yang sangat bagus dari puncak bukit kea rah pantainya.

 

  • Jembatan Siti Nurbaya.

Pemandangan dari atas jembatan Siti Nurbaya, sangat indah dank arena cuca sangat cerah dan masih banyak tersisa bangunan kuno yang cukup artistik.

 

  • Pantai Padang.

Pantai Padang berada persis di samping jalan raya, cukup ramai di sore hari namun masih terasa panasnya, sehingga kami hanya singgah sebentar. Penjual telur penyu banyak berderet di sepanjang pantai, dan para penjual bias melayani makan di tempat

 

Sekitar pukul 17.30 kami meninggalkan Padang menuju Bukit Tinggi  dan cuaca masih sangat cerah. Kami merencanakan makan malam di SMS (Sate Mak Syukur) Padang Panjang. Pukul 19.00 kami sampai di SMS dan suasana sangat rame sehingga perlu waktu untuk menunggu meja yang kosong. Untuk rasa, sudah banyak yang review mengenai SMS.

 

Sampai di Bukit Tinggi, cek in di penginapan dekat Ngarai Sihanok, hari itu penginapan full book namun kami sangat beruntung karena jauh hari sudah booking.

 

 

 

 

Bukit Tinggi, 4 Mei 2008

 

Pukul 06.00, saya sudah keluar penginapan, sementara anak2 dan istri masih lelap tidur karena memang terasa enak kalau suasana dingin masih males2 di tempat tidur.

Ternyata udara pagi sangat segar & dingin   dan matahari bersinar terang, dan ternyata lokasi penginapan sangat dekat dengan lokasi wisata panorama Ngarai Sihanok dan Lobang Jepang.

Sangat menakjubkan, betapa indahnya panorama pagi hari di Ngarai Sihanok, langsung saya telepon anak2 & istri untuk bangun dan menuju ke lokasi Wisata.

Beruntung sekali kami, dapat bertemu penjaga lobang jepang dan seorang pemandu wisata, sehingga pagi itu setelah foto-foto dengan background Ngarai Sihanok, kami bisa langsung masuk ke lobang jepang.

Kami sekeluarga sangat antusias untuk mengikuti pemandu wisata hingga sampai ke ujung lobang yang mengarah ke Ngarai Sihanok, sangat indah pemandangan dari lobang Jepang.

Setelah tembus ke jalan besar, kami mendaki tangga yang cukup tinggi menuju gardu pandang Ngarai Sihanok. Lumayan sebagai pengganti olahraga pagi karena banyak keringat bercucuran.

 

Setelah sarapan pagi, kami menuju ke Jam Gadang dan sekitarnya (Pasar Atas, Museum dan jempatan Limpapeh) 

 

Sekitar Pk. 10.00,kami meluncur menuju Danau Maninjau.

Sepanjang perjalanan cuaca sangat bagus dan kami berhenti di lokasi Embun Pagi untuk menikmati indahnya panorama Danau Maninjau dari atas bukit.

 

Ketika mulai menuruni jalan menuju Danau Maninjau, kami sempat risau kalau ada yang mabuk karena hasur melewati 44 kelok. Ternyata kami sekeluarga tidak ada yang mabok karena supir sangat piawai dalam mengemudi kendaraan. Kami sempat menyusuri pinggir Danau hingga sampai dekat PLTA.

Satu hal yang tidak terlupa, kami harus mencoba perkedel ikan Rino dan Bada. Rasanya enak, gurih .

Untuk makan siang kami singgah ke Water Front Cafe, menu utama ikan nila bakar yang ukurannya hampir menyamai gurame, juga mencoba sate rusa. Hidangan ikan goreng dan bakar  juga sate rusa, habis tuntas, dan menurut saya rasanya sangat enak, dan  terlebih lagi kami menikmatinya pas di pinggir danau  yang sejauh mata memandang sepertinya biru semua karena cuaca yang sangat cerah.

Tempat ini juga menyediakan sarana perahu yang cukup besar untuk keliling danau dengan tarif Rp. 300.000 per jam.

 

  

Lembah Harau.

 

Dari Danau Maninjau, kami teruskan perjalanan kembali ke Bukit Tinggi, terus ke Payakumbuh dengan tujuan wisata di Air Terjun Lembah Harau.

Saya belum pernah mendengar lokasi ini, kalau teman kami tidak menceritakan keindahan di Lembah Harau. Penasaran rasanya kalau tidak mengunjungi tempat ini.

Perjalanan dari Danau Maninjau ke Lembah Harau lumayan jauh kami tempuh sekitar 3 Jam, namun perjalanan tidak terasa lama  karena sepanjang perjalanan menuju Lembah Harau sangat menarik bagi kami.

Bagi anda yang suka berpetualang untuk panjat tebing, disinilah tempatnya karena lembah Harau diapit oleh dua tebing yang sangat terjal dan tinggi, hampir tegak lurus.

Kebetulan cuaca bersahabat dengan kami, sehingga selama perjalanan tidak terganggung oleh mendung sedikitpun, sehingga dapat kita lihat hijaunya bukit sepanjang perjalanan, juga sawah yang menguning.

 

Ketika sampai di ujung lembah Harau, dari jauh seudah kelihatan tebing terjal dengan warna kecoklatan, dan beralur. Sementara di atas Tebing terlihat hijau oleh rimbunnya pepohonan yang besar-besar. Langsung saya turun mobil untuk mengambil gambar tebing yang terjal tersebut.

 

Akhirnya sampailah kami di air terjun lembah Harau, yang merupakan Wisata alam, kebetulan air yang mengalir tidak begitu besar karena sudah jarang hujan. Di tempat itu juga ada sarana rekreasi lainnya, seperti taman dan kolam pemandian.

Di tempat parkir, banyak pedagang yang menjual anggrek dan berbagai tanaman hias asli dari hutan sekitar Lembah Harau, bila anda beruntung akan dapat memperoleh spesies yang langka dan bentuk adn warna bunganya sangat menarik.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, tetapi suasana masih sangat cerah sehingga kami tidak bosan menikmati keindahan alam di Lembah Harau. Teman kami menyarankan untuk istirahat di salah satu cafe, yang berada dilembah Harau. Tempat tersebut sangat natural, baik untuk penginapan maupun lokasinya. Teman kami sudah sangat familiar dengan lokasi tersebut, dan sering juga mengantar rekan kantor bermalam di Cafe tersebut sekaligus tempat untuk Outbond.

 

Sampai di cafe, ternyata sudah tutup namun teman kami langsung menghubungi pengelola, dan mengijinkan kami untuk menikmati indahnya suasana cafe ditemani secangkir Capucino. Kami dikenalkan dengan pemilik cafe, pak Adek namanya, sangat ramah dan mengijinkan kami untuk melihat dari dekat fasilitas yang ada di ECHO Home – Stay Cafe.

Suasana natural sangat terasa di lingkungan ini, karena bangunan sangat akrab dan menyatu dengan lingkungan, pohon2 masih banyak dan ketika melihat kebelakan bungalow, langsung terlihat terbing terjal.

 

Kami menengok salah satu bungalow, interior sederhana namun terasa sangat nyaman, dan ketika membuka kamar mandi, kami sangat suprise, karena sebagian kamar mandi dibiarkan terbuka tanpa atap, sehingga bisa langsung melihat tebing tinggi dan pepohonan yang rindang.

 

Suasana sangat hening, semilir angin terasa membelai kulit dengan lembut, dan gesekan dedaunan menjadi harmoni yang indah, terasa benar-benar menyatu dengan alam. Kami sekeluarga merasa sangat kerasan disini, dan seandainya informasi mengenai home stay ini sudah kami peroleh sebelum kami berangkat ke Padang,  rasanya kami akan memilih tempat ini untuk bermalam.

 

Pak Adek juga berbagi cerita, kalau teman kantor saya dari Padang juga sering mengadakan acara di sini. Juga tamu dari Singapura dan Malaysia sudah mulai mengenal tempat ini karena sudah dikemas sebagai wisata berwawasan lingkungan, mulai cara2 membajak sawah, menanam padi hingga panen. Selain itu perjalanan mengelilingi tebing hingga ke daerah-daerah sekitarnya.

 

Tidak terasa, waktu berjalan dan mulai gelap, kami harus balik ke BukitTinggi karena esok hari akan melanjutkan perjalanan ke Danau Singkarak, Solok, Danau Dibawah dan Danau Di Atas.

 

Apabila ada kesempatan lagi, rasanya kami ingin kembali ke Lembah Harau untuk menikmati alam yang begitu indahnya.

 

Jika anda mengharapkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi pak Adek. ECHO Home Stay Cafe. Taratang – lubuak Limpato – Payakumbuh.

Telepon. 0752 – 7750306.

 

 

Tangal 5 Mei 2008

 

Sekitar pukul 07.00 sehabis sarapan, meunju ke Padang Panjang untuk mencoba Bubur Kampiun (maklum anakku ngebet banget untuk yang satu ini). Lokasi depan RS di tengah kota Padang Panjang.

 

Dari Padang Panjang kami menuju Danau Singkarak, kami bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan menuju kota Solok. Satu hal yang menarik di Kota Solok, adalah angkutan semacam BENTOR (Becak Montor) menjadi pilihan untuk transportasi jarak dekat. Dikota lain biasanya menggunaan sepeda motor sejenis bebek atau honda, namun di SOLOK menggunakan Vespa, dan ada tambahan ruang penumpang di sampingnya.

 

Dari Solok menuju pertigaan ke Kerinci untuk singgah ke Danau Di atas dan Danau Di Bawah. Nama daerahnya adalah Danau Kembar, karena lokasi danau hanya berseberangan di belah oleh jalan raya menuju Kerinci.

 

Dari Danau Kembar menuju ke Padang dan malam harinya balik ke Bandung