Monday, May 12, 2008

Ngarai Sihanok & Gua Jepang




Di pagi yang cerah, betapa bersyukurnya dapat menyaksikan keindahan ngarai Sihanok juga menynelusuri goa Jepang hingga tembus jalan raya.
Kebetulan penjaga goa pernah merantau di Bandung sehingga kami diantar menyususi tiap sudut goa Jepang hingga tembus ke jalan raya.

Padang, Bukit Tinggi, D Maninjau, Lembah Harau, D Singkarak, Solok, D Dibawah & Diatas

Beruntung  postingan terkait dengan Padang, Bukit Tinggi sudah kami peroleh sehingga sangat membantu kami untuk merencanakan liburan tsb

Liburan ke Padang sebenarnya sudah kami rencanakan di awal April 2008, namun karena suatu hal baru terlaksana pada tanggal 3 s/d 5 Mei 2008.

.

Penerbangan dari Jkt ke Padang sangat nyaman karena cuaca sangat bagus, sesuai jadwal kami mendarat di Padang dengan mulus. Dari Bandara, kami singgah di RM Baselo Bandara untuk makan siang dengan menu utama ikan nila bakar,  dan  gulai sayur singkong,  pakis dan gule nangka, untuk minuman saya pilih juice pinang karena rasa penasaran mengenai manfaat juice pinang ini.

 

Di Padang  rencana hanya mengunjungi Pantai Tekuk Bayur, Malinkundang dan Pantai Padang & Jembatan Siti Nurbaya?

  • Teluk Bayur via By Pass untuk mengindari kepadatan lalulintan di kota padang.

Sengaja teman yang mengantar kami tidak masuk komplek pelabuhan tetapi arah keluar kota untuk melihat pemandangan teluk bayur, sekaligus bercanda dan memberi kacang pada monyet-monyet liar sepanjang jalan di pinggir pantai teluk bayur.

 

  • Pantai Malinkundang cukup terpencil karena harus mendaki bukit, namun usaha tersebut sangat sepadang dengan pemandangan yang sangat bagus dari puncak bukit kea rah pantainya.

 

  • Jembatan Siti Nurbaya.

Pemandangan dari atas jembatan Siti Nurbaya, sangat indah dank arena cuca sangat cerah dan masih banyak tersisa bangunan kuno yang cukup artistik.

 

  • Pantai Padang.

Pantai Padang berada persis di samping jalan raya, cukup ramai di sore hari namun masih terasa panasnya, sehingga kami hanya singgah sebentar. Penjual telur penyu banyak berderet di sepanjang pantai, dan para penjual bias melayani makan di tempat

 

Sekitar pukul 17.30 kami meninggalkan Padang menuju Bukit Tinggi  dan cuaca masih sangat cerah. Kami merencanakan makan malam di SMS (Sate Mak Syukur) Padang Panjang. Pukul 19.00 kami sampai di SMS dan suasana sangat rame sehingga perlu waktu untuk menunggu meja yang kosong. Untuk rasa, sudah banyak yang review mengenai SMS.

 

Sampai di Bukit Tinggi, cek in di penginapan dekat Ngarai Sihanok, hari itu penginapan full book namun kami sangat beruntung karena jauh hari sudah booking.

 

 

 

 

Bukit Tinggi, 4 Mei 2008

 

Pukul 06.00, saya sudah keluar penginapan, sementara anak2 dan istri masih lelap tidur karena memang terasa enak kalau suasana dingin masih males2 di tempat tidur.

Ternyata udara pagi sangat segar & dingin   dan matahari bersinar terang, dan ternyata lokasi penginapan sangat dekat dengan lokasi wisata panorama Ngarai Sihanok dan Lobang Jepang.

Sangat menakjubkan, betapa indahnya panorama pagi hari di Ngarai Sihanok, langsung saya telepon anak2 & istri untuk bangun dan menuju ke lokasi Wisata.

Beruntung sekali kami, dapat bertemu penjaga lobang jepang dan seorang pemandu wisata, sehingga pagi itu setelah foto-foto dengan background Ngarai Sihanok, kami bisa langsung masuk ke lobang jepang.

Kami sekeluarga sangat antusias untuk mengikuti pemandu wisata hingga sampai ke ujung lobang yang mengarah ke Ngarai Sihanok, sangat indah pemandangan dari lobang Jepang.

Setelah tembus ke jalan besar, kami mendaki tangga yang cukup tinggi menuju gardu pandang Ngarai Sihanok. Lumayan sebagai pengganti olahraga pagi karena banyak keringat bercucuran.

 

Setelah sarapan pagi, kami menuju ke Jam Gadang dan sekitarnya (Pasar Atas, Museum dan jempatan Limpapeh) 

 

Sekitar Pk. 10.00,kami meluncur menuju Danau Maninjau.

Sepanjang perjalanan cuaca sangat bagus dan kami berhenti di lokasi Embun Pagi untuk menikmati indahnya panorama Danau Maninjau dari atas bukit.

 

Ketika mulai menuruni jalan menuju Danau Maninjau, kami sempat risau kalau ada yang mabuk karena hasur melewati 44 kelok. Ternyata kami sekeluarga tidak ada yang mabok karena supir sangat piawai dalam mengemudi kendaraan. Kami sempat menyusuri pinggir Danau hingga sampai dekat PLTA.

Satu hal yang tidak terlupa, kami harus mencoba perkedel ikan Rino dan Bada. Rasanya enak, gurih .

Untuk makan siang kami singgah ke Water Front Cafe, menu utama ikan nila bakar yang ukurannya hampir menyamai gurame, juga mencoba sate rusa. Hidangan ikan goreng dan bakar  juga sate rusa, habis tuntas, dan menurut saya rasanya sangat enak, dan  terlebih lagi kami menikmatinya pas di pinggir danau  yang sejauh mata memandang sepertinya biru semua karena cuaca yang sangat cerah.

Tempat ini juga menyediakan sarana perahu yang cukup besar untuk keliling danau dengan tarif Rp. 300.000 per jam.

 

  

Lembah Harau.

 

Dari Danau Maninjau, kami teruskan perjalanan kembali ke Bukit Tinggi, terus ke Payakumbuh dengan tujuan wisata di Air Terjun Lembah Harau.

Saya belum pernah mendengar lokasi ini, kalau teman kami tidak menceritakan keindahan di Lembah Harau. Penasaran rasanya kalau tidak mengunjungi tempat ini.

Perjalanan dari Danau Maninjau ke Lembah Harau lumayan jauh kami tempuh sekitar 3 Jam, namun perjalanan tidak terasa lama  karena sepanjang perjalanan menuju Lembah Harau sangat menarik bagi kami.

Bagi anda yang suka berpetualang untuk panjat tebing, disinilah tempatnya karena lembah Harau diapit oleh dua tebing yang sangat terjal dan tinggi, hampir tegak lurus.

Kebetulan cuaca bersahabat dengan kami, sehingga selama perjalanan tidak terganggung oleh mendung sedikitpun, sehingga dapat kita lihat hijaunya bukit sepanjang perjalanan, juga sawah yang menguning.

 

Ketika sampai di ujung lembah Harau, dari jauh seudah kelihatan tebing terjal dengan warna kecoklatan, dan beralur. Sementara di atas Tebing terlihat hijau oleh rimbunnya pepohonan yang besar-besar. Langsung saya turun mobil untuk mengambil gambar tebing yang terjal tersebut.

 

Akhirnya sampailah kami di air terjun lembah Harau, yang merupakan Wisata alam, kebetulan air yang mengalir tidak begitu besar karena sudah jarang hujan. Di tempat itu juga ada sarana rekreasi lainnya, seperti taman dan kolam pemandian.

Di tempat parkir, banyak pedagang yang menjual anggrek dan berbagai tanaman hias asli dari hutan sekitar Lembah Harau, bila anda beruntung akan dapat memperoleh spesies yang langka dan bentuk adn warna bunganya sangat menarik.

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, tetapi suasana masih sangat cerah sehingga kami tidak bosan menikmati keindahan alam di Lembah Harau. Teman kami menyarankan untuk istirahat di salah satu cafe, yang berada dilembah Harau. Tempat tersebut sangat natural, baik untuk penginapan maupun lokasinya. Teman kami sudah sangat familiar dengan lokasi tersebut, dan sering juga mengantar rekan kantor bermalam di Cafe tersebut sekaligus tempat untuk Outbond.

 

Sampai di cafe, ternyata sudah tutup namun teman kami langsung menghubungi pengelola, dan mengijinkan kami untuk menikmati indahnya suasana cafe ditemani secangkir Capucino. Kami dikenalkan dengan pemilik cafe, pak Adek namanya, sangat ramah dan mengijinkan kami untuk melihat dari dekat fasilitas yang ada di ECHO Home – Stay Cafe.

Suasana natural sangat terasa di lingkungan ini, karena bangunan sangat akrab dan menyatu dengan lingkungan, pohon2 masih banyak dan ketika melihat kebelakan bungalow, langsung terlihat terbing terjal.

 

Kami menengok salah satu bungalow, interior sederhana namun terasa sangat nyaman, dan ketika membuka kamar mandi, kami sangat suprise, karena sebagian kamar mandi dibiarkan terbuka tanpa atap, sehingga bisa langsung melihat tebing tinggi dan pepohonan yang rindang.

 

Suasana sangat hening, semilir angin terasa membelai kulit dengan lembut, dan gesekan dedaunan menjadi harmoni yang indah, terasa benar-benar menyatu dengan alam. Kami sekeluarga merasa sangat kerasan disini, dan seandainya informasi mengenai home stay ini sudah kami peroleh sebelum kami berangkat ke Padang,  rasanya kami akan memilih tempat ini untuk bermalam.

 

Pak Adek juga berbagi cerita, kalau teman kantor saya dari Padang juga sering mengadakan acara di sini. Juga tamu dari Singapura dan Malaysia sudah mulai mengenal tempat ini karena sudah dikemas sebagai wisata berwawasan lingkungan, mulai cara2 membajak sawah, menanam padi hingga panen. Selain itu perjalanan mengelilingi tebing hingga ke daerah-daerah sekitarnya.

 

Tidak terasa, waktu berjalan dan mulai gelap, kami harus balik ke BukitTinggi karena esok hari akan melanjutkan perjalanan ke Danau Singkarak, Solok, Danau Dibawah dan Danau Di Atas.

 

Apabila ada kesempatan lagi, rasanya kami ingin kembali ke Lembah Harau untuk menikmati alam yang begitu indahnya.

 

Jika anda mengharapkan informasi lebih lanjut, silahkan hubungi pak Adek. ECHO Home Stay Cafe. Taratang – lubuak Limpato – Payakumbuh.

Telepon. 0752 – 7750306.

 

 

Tangal 5 Mei 2008

 

Sekitar pukul 07.00 sehabis sarapan, meunju ke Padang Panjang untuk mencoba Bubur Kampiun (maklum anakku ngebet banget untuk yang satu ini). Lokasi depan RS di tengah kota Padang Panjang.

 

Dari Padang Panjang kami menuju Danau Singkarak, kami bisa menikmati pemandangan sepanjang perjalanan menuju kota Solok. Satu hal yang menarik di Kota Solok, adalah angkutan semacam BENTOR (Becak Montor) menjadi pilihan untuk transportasi jarak dekat. Dikota lain biasanya menggunaan sepeda motor sejenis bebek atau honda, namun di SOLOK menggunakan Vespa, dan ada tambahan ruang penumpang di sampingnya.

 

Dari Solok menuju pertigaan ke Kerinci untuk singgah ke Danau Di atas dan Danau Di Bawah. Nama daerahnya adalah Danau Kembar, karena lokasi danau hanya berseberangan di belah oleh jalan raya menuju Kerinci.

 

Dari Danau Kembar menuju ke Padang dan malam harinya balik ke Bandung

Sunday, May 11, 2008

Lembah Harau - payakumbuh




Lembah Harau diapit dua bukit terjal yang cukup tinggi, pemandangan yang sangat indah, dan terdapat Eco home stay yang benar2 menyatu dengan alam, nggak ada pagar, alam terbuka dan tebing terjal menjadi latar belakang yang indah. Teriakan siamang terdengar jelas diujung hutang sekitar homestay.

Nilai

 

Pada setiap akhir tahun ajaran sekolah, kata yang sering diucapkan oleh orang tua, guru sekolah juga anak-anak adalah “Nilai”.  Kata ini juga dapat mengakibatkan petaka sekaligus anugrah bagi pemilik Nilai tersebut. Jika nilai yang diperolehnya kurang dari standar yang diwajibkan, maka akan menjadi petaka, dan dicap sebagai kegagalan, sebaliknya apabila nilai melebihi standar, maka akan menjadi anugrah bagi pemiliknya karena dianggap suatu keberhasilan.

Seolah-olah kata Nilai menjadi sesuatu yang paling penting dalam hidup seseorang karena berbagai hal akan selalu terkait dengan Nilai, mulai dari menginjakkan kaki di TK, SD, SMP, SMA, Universitas, baik untuk jenjang pendidikan S1, S2 bahkan S3 sekalipun akan sangat tergantung dari Nilai. Ketika mulai bekerjapun, nilai akan mengikuti, bahkan dalam masalah promosi kerja kata nilai ini berperan penting.

 

Ketika segala sesuatu diukur dari nilai, maka orang akan berupaya untuk mendapatkan nilai tersebut dengan berbagai cara, mulai dari usaha keras dan jujur untuk mempersiapkan dan memperoleh nilai, sampai dengan cara melakukan kecurangan secara sistematis yang dilakukan secara bersama-sama demi sebuah nilai yang harus dicapai untuk memenuhi standarnya, dan dengan bangganya menyatakan bahwa itu suatu keberhasilan.

Jika kondisi ini terjadi secara merata di semua lini tingkat pendidikan, maka tinggal menunggu waktu akan hancurnya bangsa ini.

 

Lembaga pendidikan diadakan untuk menciptakan manusia yang memiliki “nilai kehidupan yang hakiki” yaitu diperolehnya pengetahuan untuk mengentaskan dari kebodohan. Nilai itu bukan hanya sekedar ditunjukkan dari angka-angka yang diperoleh sehingga memenuhi syarat untuk naik ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun lebih dari itu, Nilai kehidupan yang akan mengangkat harkat hidup bangsa ini dan menghindari dari kehancuran berbangsa.

 

Semenjak lama, bangsa ini sudah memiliki nilai kehidupan yang hakiki, mulai dari kejujuran, kebersamaan, tepo sliro saling menghormati, gotong royong juga sebagai bangsa yang pemaaf. Namun nilai hakiki ini sudah mulai luntur, karena keberhasilan pendidikan lebih ditekankan pada nilai ujian, nilai ulangan dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah cara untuk memperoleh nilai tersebut dengan cara instant.

 

Banyak lembaga bimbingan belajar dan sekolah yang lebih menekankan pada cara untuk menjawab soal dengan cepat dan benar sehingga diperoleh Nilai yang tinggi.  Sementara makna dari pengetahuan itu hanya sekedar pelangkap dibandingkan nilai yang dijadikan ukurannya. Keterbukaan, rasa kasih sayang, persaudaraan, sopan santun serta kejujuran menjadi hal sesuatu yang aneh dalam lingkungan pendidikan, dan terbukti dari banyaknya terjadi tindak kekerasan, kecurangan dan tidak terciptanya lingkungan sekolah yang harmonis.

 

Secara kumulatif setelah bertahun-tahun hal ini biasa terjadi maka ketika nilai yang hanya menjadi ukuran keberhasilan tanpa didasari nilai kehidupan yang hakiki, maka yang terjadi adalah kondisi kehidupan bangsa ini dalam ambang kehancuran karena tumbuh dan dibangun dengan batu-batu diatas kecurigaan, rasa amarah yang terpendam, ada kebencian yang akan meledak, kecurangan, penindasan, korupsi juga meningkatnya pola hidup yang serba instant untuk mencapai tujuan,

 

Jika pembaca merasa sebagai bagian dari bangsa ini, apakah rela bila bila bangsa ini hancur karena lunturnya nilai kehidupan yang hakiki.

Kehancuran yang akan terjadi bisa dicegah apabila dari diri kita masing-masing mulai menanamkam benih nilai kehidupan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga memulai dari tiap keluarga , maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar karena dibangun diatas pondasi nilai-nilai kehidupan yang hakiki.

 

Marilah kita berlomba menanam nilai kehidupan yang hakiki untuk masa depan bangsa ini. Smoga.

Membaca

 

Sudahkah membaca menjadi bagian dari budaya bangsa ini?

Rasanya masih jauh jika dikategorikan sebagai bangsa yang memiliki budaya membaca.  Di beberapa tempat masih ada masyarakat yang belum bisa baca, karena berbagai faktor seperti kemiskinan, tidak tersedianya sarana pendidikan, tidak ada kesempatan untuk belajar, juga lokasi yang terpencil.

 

Kalaupun sudah bisa membaca, ternyata membaca juga belum menjadi suatu kebutuhan karena secara ekonomi harga buku di Indonesia masih mahal, dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat.

Kalaupun sudah mampu secara ekomoni, membacapun belum menjadi kebutuhan, karena alokasi untuk membeli buku juga belum menjadi prioritas. Selain itu, sangat jarang hadiah atau oleh-oleh dari perjalanan dalam bentuk buku, tapi bentuk lain yang sifatnya lebih banyak ke urusan makanan atau cindera mata lain yang bisa dipandang.

 

Ketika penulis melakukan perjalanan keluar kota baik untuk urusan kedinasan maupun keluarga, ada satu hal yang menarik ketika berada diruang tunggu. Bagi beberapa turis asing, menggunakan waktu tersebut dengan membaca buku, namun banyak diantara calon penumpang domestic menghabiskan waktu dengan ngobrol dan nonton TV. Berbicara gossip, ngelantur dan tidak jarang akhirnya membicarakan masalah kekurangan atau kejelelekan orang lain.

 

Di kereta, bis, pesawat maupun kapal laut, pemandangan yang biasa kita lihat adalah kebiasaan membawa buku bacaan menjadi satu hal yang penting bagi turis asing. Sementara bagi kita urusan makan dan minum menjadi hal yang penting.

Dengan membaca maka waktu menunggu menjadi terasa sebentar, karena akan terpusat pada isi dari buku yang dibaca. Tidak ada rasa bosan karena menunggu, tetapi memanfaatkan waktu secara tepat dengan membaca dan…., lebih dari itu memperoleh ilmu yang akan membuat seseorang menjadi lebih berpengetahuan.

Banyak hal yang dapat diperoleh dengan budaya membaca, kita tahu bahwa ilmu yang diperoleh di pendidikan biasanya terbatas karena terkendala dengan waktu dan materi yang telah ditentukan, Sementara dengan meluangkan waktu atau memanfaatkan waktu yang sempit seseorang dapat memilih dan menentukan pengetahuan apa yang diinginkan dan bebas menentukan kapan untuk mempelajarinya.

Bukan hanya membaca buku yang diperlukan untuk menambah pengetahuan saja, sekali waktu membaca buku yang ringan dan untuk hiburan perlu dilakukan, namun jangan sampai lupa membaca kitab suci yang akan menumbuhkan iman kita sehingga terjadi kesimbangan pemenuhan kebutuhan dunia dan akherat.

 

Ketika bangun pagi, beberapa orang akan langsung mengambil Koran, membaca dan menikmati sarapan pagi untuk memperoleh informasi terbaru. Hal ini bagus, tetapi akan lebih sempurna apabila sebelum memulai aktivitas di hari itu diawali dengan membaca kitab suci sesuai dengan keyakinan masing-masing.

Kelihatannya susah untuk dilakukan karena banyak orang merasa ketika bangun pagi harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk menuju tempat kerjanya, sehingga tidak sempat untuk membaca kitab sucinya.

 

Memang pada awalnya, akan terasa berat untuk meluangkan waktu barang 10 – 15 menit untuk mengawali setiap hari dengan membaca kitab suci, namun ketika membaca kitab suci menjadi prioritas dan menjadi kebutuhan pribadi, maka bangun pagi lebih awal 10 - 15 menit dari kebiasaan akan terasa ringan dan menyenangkan.

 

Ada satu hal yang menarik bagi penulis, bahwa membaca & menulis menjadi kata yang tidak terpisahkan, karena semakin banyak membaca maka secara perlahan dan pasti kemampuan untuk menulis juga semakin meningkat.

 

Jadi, penulis berharap semoga tercipta budaya membaca bagi bangsa ini, karena akan dapat mengantar kepada bangsa yang kaya akan pengetahuan. Smoga.

DIBALIK KEMACETAN LALU LINTAS

Di beberapa kota besar setiap hari Senin pagi, sudah menjadi hal yang rutin yaitu kemacetan lalu lintas dari arah perumahan menuju ke kota.

Semua berebut untuk dapat lebih dahulu mencapai tempat tujuan, namun karena ketidaktaatan berlalu lintas, akhirnya saling serobot jalur laju kendaraan dan ujung-ujungnya terjadi kemacetan.

Demikian pula di hari Jumat sore, kemacetan parah terjadi pada arah sebaliknya dari kota menuju perumahan karena semua orang berebut untuk segera sampai di rumah.

 

Namun ada tempat yang lebih parah lagi karena kemacetan bukan hanya terjadi di hari Senin dan Jumat, karena hari Sabtu dan Minggu juga terjadi kemacetan yang lebih parah di dalam kota.  Bandung sekarang selalu dikelilingi dengan kemacetan karena di setiap weekend apalagi long weekend, serbuan kendaraan dari Jakarta mulai dari Pintu Tol Pasteur, Pasirkoja, Kopo, M Toha, Buah Batu maupun dari arah timur semua mengalir ke pusat FO dan jajanan di Dago, Riau, Cihampelas, Setiabudi dan jelas seputaran Gasebo macet total setiap hari minggu hingga sore hari.

 

Bagi banyak orang, kemacetan yang luar biasa akan meningkatkan emosi dan kemarahan karena berbagai alasan seperti kehilangan banyak waktu, capek, gerah dan mungkin juga gangguan dari orang yang minta-minta atau para pedagang asongan.

Namun bila kita harus menghadapi kemacetan setiap hari, apakah kita juga akan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini? Bila tidak suka kemacetan, maka janganlah melawati jalur macet, atau lebih baik berangkat lebih awal supaya tidak terjebak kemacetan.

 

Jika memang jalur dan jadwal perjalanan selalu menghadapi kemacetan, maka nikmati saja kemacetan tersebut karena  dalam kemacetan kita masih punya waktu yang dapat dimanfaatkan. Bila anda menggunakan kendaraan pribadi, pastikan dikendaraan anda selalu siap dengan buku bacaan, kaset/ cd yang dapat dimanfaatkan ketika mengalami kemacetan.

 

Musik yang ringan, bias mengiringi anda dalam kemacetan agar tidak mudah terpancing emosi karena kesemrawutan lalu lintas. Bisa juga dengan mendengarkan kaset yang berisi ilmu pengetahuan, atau juga dapat mendengarkan radio yang memiliki program tetap dan isi siarannya bersifat membangun. Biarkan saja kemacetan terjadi, karena pasti akhirnya akan lancar juga. Waktu untuk menunggu lalu lintas kembali lancer akan terasa sebentar dan ada manfaat yang diperoleh dari kemacetan tersebut.

Apabila sudah terjadi macet total, nikmatilah kemacetan itu, ibarat kita sedang parkir dan menunggu giliran untuk berangkat. Biasanya bila macet total, kendaraan tidak akan bergerak dalam waktu yang cukup lama. TIdak perlu disesali tetapi ambil buku yang anda bawa dan bacalah karena dengan membaca buku maka banyak manfaat yang dapat diperoleh seperti :

  • Waktu menunggu menjadi lebih pendek
  • Menjadi lebih sabar dengan menerima keadaan yang terjadi
  • Bisa menambah wawasan karena sempat membaca buku pengetahuan
  • Bisa mengerti dan memahami perjuangan seorang pedagang asongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
  • Bisa juga untuk berbagi kasih dengan orang lain
  • Bisa  juga untuk mendekatkan diri pada Tuhan dalam kemacetan itu.

 

Jadi,  jika terjadi kemacetan tidak perlu panil, tidak perlu emosi, tetapi manfaatkan dan nikmati kemacetan dengan bertindak positif.

 

Biarkan jalanan macet, tapi kemauan untuk selalu maju,  jalan terus.

 

Smoga

Wednesday, May 07, 2008

Padang, Bukittinggi




Setelah beberapa kali mengunjungi Padang dan Bukit Tinggi tanpa anak istri, akhirnya rencana liburan keluarga terlaksana. Alam yang indah terhampar di Sumatera Barat mulai dari laut, gunung lembah, benar2 menakjubkan.