Wednesday, December 30, 2009

Sarapan pagi Rp. 1.500,-




Rasa penasaran karena ada pejual nasi jagung dengan urab dan ikan asin goreng tepung, saya coba untuk beli sendiri sambil ngobrol dengan penjual nasi jagung. Nasi jagung ini terlihat seperti nasi putih karena proses pembuatan mulai dari jagung ditumbuk, dipisahkan dari kulit arinya, hingga lembut seperti butiran beras, kemudian dikukus. Dan ketika masak dipindahkan kedalam bakul besar dari anyaman bambu untuk menjaga nasi jagung tetap enak hingga sore hari, bahkan bisa sampai 3 hari tidak akan basi.
Nasi jagung disajikan dalam pincuk daun pisang, sayuran rebus seperti daun kenikir, kluban sawah (mirip krokot), bumbu urap kelapa, sambal cabe rawit yang pedasnya melebihi oseng-oseng mercon dan tiga potong kecil ikan asin goreng tepung.
Ketika saya membayar satu porsi nasi jagung... ternyata harganya hanya Rp. 1.500 rupiah saja.
Saya benar-benar menikmati sarapan pagi dengan menu nasi jagung dan ternyata sangat mengenyangkan, plus rasa yang sangat nikmat dibandingkan harga yang harus saya bayar. Layak untuk dicoba untuk sarapan pagi di wonosobo.

Serabi - Wonosobo




Natal kali ini, kami sekeluarga pulang ke Wonosobo.
Jika ke Wonosobo maka tidak pernah terlewatkan mie ongklok, yang dinikmati sore hari. Untuk pagi hari.... serabi bisa menjadi satu pilihan yang pas ditemani dengan secangkir kopi atau teh panas.
, Serabi di belakang RSU menjadi pilihan favorit bagi para pemudik, karena rasa yang patent dari penjual pertama hingga anak cucu sekarang.
Kebetulan penjual serabi ini dekat rumah, dan sudah kenal sehingga kami bisa pesan malam hari dan pagi hari bisa langsung ambil, sebab bila kesiangan jangan harap untuk bisa menikmati serabi secara langsung karena antrian yang cukup panjang. Serabi ini terasa sekali perpaduan gurihnya adonan beras dan santan sekaligus parutan kelapa muda yang terkebih dahulu dimasak setengah matang, kemudian baru adonan dimasukan dalam wajan kecil sesuai permintaan pembeli. Serabi manis dibuat setelah adonan serabi mulai mengering diatasnya diberi cairan gula merah, bisa juga serabi telur, atau serabi putih tanpa gula merah.
Untuk rasa patoet di poedjiken. enak tenan

Wednesday, December 23, 2009

Rajamandala - Citarum




Ketika pulang dari Cianjur, kami memutuskan untuk lewat jalur lama di Rajamandala, sehingga bisa melihat jembatan baru yang cukup tinggi dan bersyukur mendapat pemandangan yang indah. silahkan menikmati

Menengok Masa Depan

Ritual tahunan, selalu terjadi ketika mulai mendekati akhir tahun.

 

Detik, bergulir ke menit,

Menit berjalan ke jam,

Jam melompat ke hari,

Hari berlari ke bulan dan ....

mencapai ke penghujung tahun.

Waktu berulang secara teratur

dari awal tahun ke akhir tahun

semua sama dan tidak ada yang berubah.

 

Bagi banyak orang, mendekati akhir tahun digunakan untuk introspesksi diri sebagai bekal untuk menyongsong tahun yang baru.

Apa saja yang telah kita lakukan selama tahun ini, dan apa saja yang telah dicapai hingga akhir tahun?

 

Sudahkah kita mampu membagi waktu dengan adil, untuk pekerjaan, untuk keluarga dan untuk ibadah?

Sudahkah kita mampu untuk memanfaatkan rejeki yang kita terima dengan benar?

Sudahkah kita selalu mensyukuri atas nikmat yang kita terima?

Sudahkah kita mampu memenuhi target yang dibebankan perusahaan?

Atau mungkin  kita bercermin kepada kegagalan-kegagalan yang telah terjadi, sehingga lebih paham akan kekurangan-kekurangan kita?

 

Masing-masing dari kita mempunyai pandangan yang berbeda mengenai sejarah yang kita lalui sepanjang tahun ini.

Jika kita selalu berpikir positif, maka yang ada dalam benak kita adalah rasa syukur atas apa yang telah kita jalani.

Sebaliknya bila selalu berpikir negatif, maka kekecewaan akan terpendam dalam hati kita.

 

Keberhasilan yang kita capai maupun kegagalan yang kita terima, sudah lewat dan biarlah itu menjadi sejarah, dan tidak perlu lagi kita bawa kemasa depan, karena tidak akan pernah terulang lagi.

 

Meniti dipenghujung tahun, ibarat mengupas tuntas keberadaan kita, sisi hidup kita, yang orang lain mungkin tidak pernah tahu, hanya diri kita yang tahu. Apakah hasil instrospeksi diri ini akan kita manfaatkan sebagai bekal menyongsong tahun baru?

Hampir semua orang akan menjawab : ya, karena akan dapat dipakai sebagai awal pijakan untuk meloncat ke tahun berikutnya yang penuh dengan ketidakpastian.

 

Apakah yang akan terjadi ditahun mendatang?

Apakah kita akan dapat melalui tahun mendatang ?

Apakah kita akan memetik keberhasilan ditahun mendatang?

Apakah karir kita akan lebih baik ditahun mendatang?

Tidak ada jawaban yang 100% mampu menjawab secara tepat.

 

Namun diatas ketidakpastian dan kabut kehidupan yang harus kita tembus di tahun yang akan datang, pasti ada satu pengharapan. Pengharapan untuk memasuki tahun yang baru, menjalani dan melalui tahun depan dengan harapan lebih baik dari tahun ini.

 

Pengharapan itu bukan berpijak pada keyakinan diri atas kemampuan kita selama ini, tapi keyakinan bahwa Tuhan Yang Maha Kasih akan senantiasa menolong dan membimbing kepada setiap umatNya yang selalu bersandar kepadaNya.

Manusia boleh berencana, tetapi Tuhan yang menentukan.

 

Tengoklah pengharapan dimasa yang akan datang, bahwa kedamaian dan sukacita selalu dijanjikan dan ditepati oleh Tuhan Yang Maha Kasih, kepada siapapun yang selalu berserah kepadaNya.

 

Meniti waktu dipenghujung tahun.....

mengajak kita untuk menatap kemasa depan

masa depan yang penuh ketidakpastian.

Ketidakpastian akan membuat orang ragu,

Keraguan akan membuat orang takut

Ketakutan akan membuat orang tidak bertindak.

 

Tataplah masa depan dengan penuh pengharapan

Karena pengharapan akan membuat orang menjadi teguh

Keteguhan akan membakar semangat

Semangat akan membuat kita berani melangkah....

Melangkah dengan pasti berbekal tuntunan Ilahi.

 

Bandung,   12  Desember  2005

 

Friday, December 18, 2009

Curug Cikondang




Setelah kesasar di perkebunan teh, akhirnya kami bisa menikmati megahnya curug cikondang.
Curug ini letaknya dekat dengan perkebunan teh.

Bunga Jambu




Pohon jambu dersono di taman depan rumah, mulai kelilhatan merah dipenuhi bunga. saya tertarik untuk mencoba mengambil gambarnya..., indah layaknya seperti bunga pada umumnya.

Nyasar di perkebunan Teh




Info dari petugas di Gunung Padang, bahwa ada satu curug yang cukup menarik untuk dikunjungi yaitu curug Cikondang. Perjalanan ditempuh melalui jalur masuk ke Gunung Padang dan ketika sampai pertigaan, agar mengambil arah ke kanan, berlawanan dengan arah dari Warungkondang.
Perjalanan akan melewati perkebunan teh dan jalan cukup rusak.
Ketika masu memasuki perkebunan teh, kami bertanya ke salah satu penduduk mengenai jalan ke arah curug cikondang dan arah ke Cianjur, dijelaskan untuk ambil jalur lurus dan kalau ada belokan ambil arah ke belokan tersebut.
Ternyata kami kebingungan karena jalan yang rusak dan suasana jalan dan pertigaan hampir sama semua. Kami ambil jalan yang relatif besar tetapi makin lama semakin sepi dan menuju arah bukit.
Hingga akhirnya ketemu perumahan para pemetik teh, ternyata kami kesasar dan sudah cukup jauh.
Kami diarahkan untuk kembali kejalur utama,agar ambil arah kanan jika ada pertigaan dan tempat timbang teh. Ketika ada pertigaan pertama kami tidak yakin dan menunggu cukup lama akhirnya ada kendaraan yang lewat, ternyata arah yang akan kami lalui bukan menuju Cianjur tetapi ke gunung.
Beruntung, kami bertanya tetapi masih sesat dijalan hahaha.
Sepanjang mata memandang hanya hamparan hijau kebun teh hingga ke atas bukit.
Kami melanjutkan perjalanan lagi dan akhirnya ketemu pertigaan lagi, ada tempat penimbangan, jalur kekanan terlihat lebih sempit dan parah.
Untuk memastikan pilihan jalan, kami turun mobil untuk melihat kondisi jalan sejenak dan menunggu barang kali ada orang yang lewat. Cukup lama menunggu tetapi tidak ada juga yang lewat akhirnya kami putuskan untuk ambil jalan ke kanan.
Kondisi jalan sempit dan lebih parah serta turunan yang cukup tajam, tidak terlihat adanya perumahan penduduk dan sepi sekali.
Ya..., kalau salah lagi ya balik lagi.
Akhirnya kami mendengar suara diesel dikejauhan, dan kami yakin arah kami sudah benar.
Tak lama kemudian bertemu seorang pejalan kakii dan menginformasikan arah kami sudah benar.
Rasanya sudah plong..... banyak bertanya sempat sesat di jalan.. hahahaha.

Gunung Padang




Setelah puas ambil foto di perkebunan teh, kami melanjutkan perjalanan ke Gunung Padang, dan sekitar 2 Km menjelang lokasi, jalanan yang kami lalui berupa makadam... (bebatuan).
Tepat seperti rencana awal, kami sampai di pintu gerbang masuk sekitar jam 8 pagi, tidak terlihat penjaga/ kuncen yang bertugas, kami langsung masuk dan mulai menapak anak tangga yang tersusun dari potongan batu persegi panjang. Anak tangga cukup terjal sekitar 50derajat sehingga perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk menapaki anak tangga tersebut. Menurut informasi, jumlah anak tangga sekitar 300 buah.
Sebagai insan SETULEGI, saya harus menyadari..., nggak bisa mengikuti langkah mas Hadi dan mas Fajar yang jauh lebih cepat. Sambil ngatur nafas...., mungkin lebih dari 10x saya berhenti untuk ngatur nafas.
Akhirnya, ketika menapaki tangga terakhir, rasa lelah menjadi hilang karena hamparan bebatuan yang tersusun rapi, diteras1. Di gunung Padang ini terdiri dari 5 teras bebatuan.
Pemandangan kearah utara, terlihat sangat indah karena layaknya pintu gerbang, mengarah ke Gunung Gede. Dan semalam ada banyak orang yang melakukan tirakatan di tempat ini.
Saya coba mengabadikan keindahan bebatuan era megalitikum dari setiap sudut di seluruh teras yang ada. Betapa indahnya..... pemandangan di atas gunung padang.

Pemandangan Warungkondang - Pal Dua




Perjalanan dilanjutkan setelah sarapan pagi, menuju Gunung Padang.
Sekitar 15 menit dari warung makan, terlihat petunjuk arah Menuju Situs Megalitikum Gunung Padang.
Setelah melewati beberapa desa, mulai masuk perekebunan Teh, saya coba ambil gambar dari dalam mobil dan ketika memasuki 6 km sebelum Gunung Padang, kami beruntung sekali menikmati indahnya perkebunan teh dengan background Gunung Gede-Pangrango disebelah utara. Sangat indah dan menyegarkan... hamparan hijau teh, birunya langit dan gunung yang menjulang tinggi.

Sarapan pagi di Cianjur




Berangkat dari Bandung Jumat pagi sekitar 05.30 menuju ke Gunung Padang, tanpa sarapan pagi. Begitu sampai di Cianjur jam 06.30 perut mulai terasa keroncongan. Rencana semula mau makan di warung haji Omoh (Warung Dua Dara) ternyata belum siap. Akhirnya perjalanan dilanjutkan dan sampai di warungkondang, mampir di Warung Sunda rasa. Pengunjung masih sepi dan kami bertiga langsung menuju meja yang kosong. Menu cukup komplit mulai dari peyek udang, tempe tahu goreng, babat, lidah dan daging serta pete rebus.
Sambal cukup menarik dan ternyata memang sangat pas ketika tahu dicocol ke sambal bersama nasi putih yang pulen. udang goreng cukup renyak dan gurih dan pete rebusnya cukup berisi.
Selesai sarapan kami menuju gunung padang

Tuesday, December 15, 2009

Belajar foto motor




Ternyata cukup sulit untuk dapat gambar motor yang melaju dengan cepat.
akhirnya dapat juga meskipun hasilnya nggak karuan seperti dibawah ini.

Friday, December 11, 2009

Jalan Kaki Dago Pakar - Maribaya




Sejenak melupakan rutinitas, kebetulan keponakan dari Semarang datang, saya ajak jalan kaki dari Dago Pakar menuju Taman Maribaya.
Pukul 06.30 sudah sampai di Taman Dago Pakar, ternyata sudah cukup banyak mobil dan motor yang parkir, tentu cukup banyak yang sedang jalan kaki.
Semilir angin pagi, hijau dedaunan dan kicauan burung menyambut jalan kaki kami menuju Taman Maribaya. Semula cukup semangat tetapi setelah lewat waktu lebih dari 45 menit, dan jalan mulai menanjak, jalan kaki menjadi terasa berat. karena sudah SETULEGI (SEtengah TUwo LEmu GInak-ginuk) mulai ngatur nafas.
Hijau dedaunan, gemericik air terjun dan angin semilir yang segar, sejenak melupakan rutinitas saya.
Satu tempat yang wajib dikunjungi saat rute pulang dri Maribaya ke Dago Pakar adalah warung makan mang Ale. Sarapan pagi, dengan menu nasi timbel, pepes peda, sambal dadak, lalapan segar....menghilangkan rasa lelah.
Selalu rame di sabtu pagi, para pejalan kaki banyak yang singgah di tempat ini.
Jalan kaki, sehat murah meriah dan kenyang juga...

Pulau Bidadari




Setelah beberapa kali ke Ancol dan belum pernah ke P bidadari, akhirnya pisah dengan rombongan menuju marina untuk mencoba mengunjungi P Bidadari. Perjalanan dari marina ke P bidadari kurang lebih 45 menit.
Beruntung cuaca bersahabat sehingga tidak ada ombak besar dan cerah sepanjang perjalanan.
Di P bidadari terdapat sisa bangunan benteng yang sudah luluh lantak (akibat meletusnya G Krakatau? saya nggak tahu pasti).
Sarana penginapan juga sudah ada, menurut saya jika masalah kebersihan lebih ditingkatkan....., P bidadari akan seindah namanya.

Saturday, December 05, 2009

Kumsut J'ser Bandung




Setelah beberapa kali kumsut nggak bisa gabung... akhirnya, Jumat 4 Des 09, bisa gabung pertama kali. jumlah peserta sekitar 19 orang termasuk pak Bondan yang menyempatkan bergabung di Kumsut bandung.
Janjian di RM Sari Sanjaya masakan Palembang Jl. Burangrang Bandung untuk mencoba beberapa menu al: sop ikan, pepes belida tempoyak? juga mie celor. kemudian Pintong ke Nasi Bumbung Jl Gatot Subroto, untuk mencoba menikmati Nabung Ayam (Nasi Bumbung), Nasi Jambrong....

Wednesday, October 21, 2009

Katumiri




Katumiri, tempat bermain sekeluarga mulai dari naik kuda, andong, ATV, flying fox, panjat tebing, jalan kaki dan menyusuri sungai ke air terjun.
fasilitas memadai, dan cocok juga untuk family gathering.
Lokasi di Jl. Cihanjuang Cimahi, bisa menjadi salah satu tujuan untuk "rileks" dan menikmati sunset, ketika berencana mengunjungi Lembang dan sekitarnya.

Monday, October 19, 2009

Taman Cilaki




masih ada hijau, masih ada keteduhan, masih ada kesegaran.....
taman cilaki identik dengan taman lansia, msekipun yang jalan kaki banyak yang muda, dan berduaan di taman ini.
selesai jalan kaki, bisa langsung sarapan pagi diseputaran taman ini dengan berbagai pilihan mulai kupat tahu, sate, bubur, pecel, lontong kari, atau nyebrang ke yoghurt cilaki.... siapa mau coba...jalan kaki dan sarapan pagi ???

Sunday, October 18, 2009

HELARFEST BANDUNG




Helar Festival 2009baru dibuka hari sabtu 17 Oktober 2009, ada 4 kegiatan dihari pertama yaitu Jambore Fotografi 2009, Bandung Deathfest, bandung Outofest dan Festifal bambu Nusantara.
Di Jl Diponegoro, bandung autofest diselenggarakan, dari motor jadul sampai moge yang baru ada disini. Hasil karya mahasiswa2 bandung ditampilkan mobil "WAKABA".

Sumber Hidangan




Menikmati roti jaman baheula .... mampirlah di Sumber hidangan di Jl Braga Bandung.

Wednesday, September 30, 2009

Bandung heritage




Ke Bandung, biasanya... Fashion di FO, Food bertebaran dimana-mana. Sekali-sekali kunjungi tempat2 bersejarah.....,

Saturday, September 26, 2009

RICE COOKER




Perkakas Dapur tradisional al. Dandhang, kukusan, tumbu, tenongan, uleg & cowek cs.

Friday, September 25, 2009

Omah Tembi Senja Hari




Dalam kesederhanaan omah Tembi, justru nampak kemegahannya, terlebih disenja hari.

Pantai Ayah




Perjalanan pulang ke Bandung, melalui jalur selatan-selatan dan bisa menikmati beberapa pantai antara lain pantai Karangbolong dan Pantai Ayah.
Perjalanan antara Karangbolong ke Pantai ayah melalui jalan yang berliku, tanjakan dan turunan yang terjal, namun pemandangan alamnya sungguh indah seperti dibawah ini.

Carica




Pepaya yang hidup didataran rendah biasanya besar-besar, tetapi pepaya yang tumbuh di Dieng, bentuknya lebih kecil dan bulat. Pepaya Dieng ini apabila sudah masak dipohon, akan menebarkan aroma yang wangi, namun daging buahnya kurang enak apabila langsung dimakan.
Buah pepaya ini sering disebut carica, dan dibudidayakan menjadi manisan carica. Carica merupakan salah satu oleh-oleh khas dari Wonosobo.
Manisan carica akan terasa lebih nikmat apabila di hidangkan dalam keadaan dingin, tambahkan es batu......, akan menyegarkan suasana.
Satu botol carica harga berkisar antara Rp. 10.000 s/d Rp. 12.500 tergantung merknya.

Thursday, September 24, 2009

Omah Budaya TEMBI




Sebulan sebelum lebaran, mulai nyari penginepan di Yogya, karena meskipun saya tidak merayakan lebaran saya selalu ikut bermudik ria, sebab Ibu dan keluarga iistriku di Yogya merayakannya, jadi mesti datang di hari pertama Idul Fitri.

Berawal dari penginepan langganan yang sudah full booked, mulailah Tanya mbah google dan tertarik di Omah Tembi. Konsep penginapan yang bener2 back2 nature, Rumah kayu (Senthong) dengan perabot full kayu, dan kamar mandi yang semi terbuka, dan tidak ada TV dalam ruangan kecuali di tempat makan sebagai area pertemuan keluarga besar. Semula ragu2 untuk memesan, namun setelah anak dan istriku melihat di web, mereka tertarik dan setuju, menginap di Omah Tembi. Meskipun demikian, bagi yang nggak mau ketinggalan informasi termasuk update status FB maupun MP ini, tersedia hotspot….. (kebetulan kami bawa notebook dan berpesta ria karena speed yang guedee buat sendirian).

Omah Tembi ini terletak di kabupaten Bantul dan untuk akses menuju ke Omah Tembi bisa melewati jalan Parangtritis, mudah untuk dicari.

Suasana penginapan bener2 terasa di desa, dan ketika malam bisa menikmati heningnya malam diselingi alunan jengkerik.
Fasilitas makan 3 kali, mulai sarapan pagi, makan siang dan malam hari, dengan menu ndeso yang bener2 menggugah selera.
Tersedia juga Belik (kolam renang kecil) untuk sekedar melepaskan kepenatan dari hiruk pikuk berendam dan mendengar kicauan burung kecil.

Semula kami hanya akan bermalam 2 hari, ternyata anak2 berminat untuk cek in lebih awal sehari, dan lebih parah lagi minta di extend sehari (sayang sudah full booked) terpaksa harus nginap ditempat lain.

Omah TEMBI ini terdiri darai dua fungsi utama yang pertama adalah Gedung budaya (musium juga pendopo untuk kesedian/ budaya) dan komplek penginapan sementara terdiri dari 7 rumah kayu.

Silahkan kalau ke Yogya, ingin menikmati suasana ndeso yang nyaman dan indah serta budaya jawa yang sangat kental, singgahlah di Omah TEMBI.



Wednesday, September 23, 2009

Menyusuri Negeri Di Atas Awan




Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke Dieng, akan mengunjungi obyek wisata ke komplek candi Pendowo, Museum, kawah Sikidang, telaga Warna, Telaga Pengilon, Dieng Theatre dan bagi beberapa orang menarik untuk menikmati sunrise.

Kali ini saya napak tilas, mengulangi perjalanan semasa kecil (dulu jalan kaki), Wonosobo, Garung, Kejajar, Tieng, Dieng, Batur balik ke Wonosobo melalui rute Telaga Cebong, dusun Mlandi, Menjer, Garung, Wonosobo. Saya tidak mengunjungi objek wisata yang rutin dikunjungi wisatawan, tetapi sempat mengunjungi Telaga Swiwi, kawah Sileri dekat dengan Sinila, Sumur Jolotundo, semua lokasi ini berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara.

Cuaca pagi hari cukup bersahabat, tidak ada hujan tetapi sedikit mendung dan awan cukup banyak sehingga seolah perjalanan ke Dieng seperti menuju negeri di atas awan.
Pemandangan dari gardu Pemandangan terlihat desa2 jauh dibawah, Tieng, Girmanak, Kejajar mulai tertutup awan, demikian pula ketika dari Dieng menuju ke Batur, awan mengambang diatas langit Dieng.
Menuju tempat wisata, sejauh mata memandang hanya perladangan yang ada samapi di puncak bukit, dan semburan asap yang keluar dari PLTG sehingga menambah nuansa putih diantara hijaunya ladang sayuran. Ditempat yang saya kunjungi sepi sekali bahkan tidak ada wisatawan yang lainnya, kecuali di sumur Jolotundo ada 4 anak remaja dan kelihatannya berasal dari lokasi sekitarnya.
Selanjutnya menuju kecamatan Batur untuk beli kripik kentang, karena daerah ini terkenal dengan penghasil kentang kualitas tinggi dan disaluran ke pabrik pembuat patoto chips. Kentang yang tidak masuk kategori ini, oleh masyarakat setempat dibuat kripik kentang dengan berbagai rasa yang gurih dan renyah dan harganya yang murah banget, satu plastik ukutan besar hanya Rp. 15 ribu saja.

Perjalanan yang cukup berkesan tetapi mendebarkan ketika perjalanan pulang dari Dieng ke Wonosobo, dengan menempuh rute jalan pintas, yang menjadi alternatif ketika terjadi longsor di KM 20.
Setelah pulang dari Batur, kami menuju ke Dieng dan dilanjutkan menuju ke Telaga Cebong (dekat lokasi ini ada tempat untuk menyaksikan sunrise, dulu sempat jalan kaki dari Tieng). Tempat ini cukup terpencil dan terletak di lembah diantara bukit disebelah selatan kawasan wisata. Mengingat sudah lebih dari 25 tahun tidak menjejakkan kaki menuju desa Cebong, terpaksa dengan insting saja, karena kalau tersesat,,, ya balik lagi lewat jalur biasa.

Ketika memasuki desa Cebong, ada seorang ibu2 baru selesai memasak dan akan membersihkan peralatan, kami menayakan apakah ada jalan menuju Menjer? Teryata pas di pertigaan kami berhenti, ibu itu menunjukkan arah ke jalan ke Menjer. Satu keyakinan saya, dan selalu benar “bertanyalah kepada orang tua kalau ingin tahun jalur yang akan ditempuh”, jawabannya selalu jujur dan benar.
Mulailah saya mengarahkan kendaraan ke jalan kecil yang ditunjukkan ibu2 itu, semula saya sempat ngeper....., keder juga karena jalurnya sangat sempit hanya cukup satu mobil dan turunan tajam dan berkelok.
Sebelum menuruni lembah curam, saya ambil gambar dan ternyata kabur tebal mulai datang dari bawah mengarah ke lembah yang akan saya lalui. Dari tempat saya berdiri hingga jalan yang datar di bawah lembah, saya perkirakan lebih dari 200 m tingginya, dan jalan berkelok-kelok.
Untuk mententramkan hati, sambil canda sama keponakan saya Agung, saya bilang “Angkot saja berani mosok kita nggak benari turun mas?”.

Jalan benar2 sudah semakin parah, aspal mengelupas ditiap belokan, dan saya sempat tercengang ketika kabut sempat berlalu sebentar, saya lihat air terjun yang cukup tinggi, mungkin berasal dari aliran telaga Cebong, kelihatan sangat indah, tetapi hanya sekejap tertutup kabut tebal. Jarak pandang kurang dari 20 M, mesti lebih hati-hati.
Kembali saya fokus pada jalur sempit dan jurang yang menganga lebar karena tidak ada pembatas jalan. Meskipun udara dingin, ternyata saya berkeringat juga, harus melewat jalan ini.

Akhirnya mampu melewati turunan tajam dan sampai di jalan datar persis dibawah tebing bukit. Rasanya perjalan kali ini lebih parah dibandingkan jalur Wonokitri – Gunung Bromo, Probolinggo – Cemoro Sewu, bahkan kalau dibandingkan kelok 7 Pekan baru – Padang, maupun Kelok 44 Danau Maninjau – Bukit Tinggi rute yang saya lalui lebih menantang dan mendebarkan karena jalan yang sempit, rusak, kelokan tajam dan jurang yang cukup dalam dan kabut tebal yang menghadang perjalanan, seolah sedang menyusuri negeri di atas awan.

Setelah melewati turunan tajam, maka yang ada tinggal jalan rusak tanpa aspal dan pemandangan yang indah dari lembah ini, baik pemandangan mengarah ke atas bukit maupun menuju ke arah selatan. Seandainya saja, kabut tebal tidak turun, tentu akan disuguhi penandangan yang indah mulai dari air terjun juga lembah yang hijau.

Mungkin saya harus berpikir 10 kali lagi, kalau harus mengulangi rute ini.

Omah TEMBI - WEDANG UWUH

Rating:
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Bantul, Yogyakarta
Malam hari sembari menikmati alunan gamelan, dan melihat gemerlapnya bintang serta alunan irama jengkerik, terasa begitu syahdu dan sejenak melupakan rutinitas yang membelenggu dan suasana hari menjadi lebih tenteram.
Udara di Bantul yang mulai dingin, serasa hilang ketika menikmati seduhan WEDANG UWUH di Omah TEMBI. Ketika masih panas, terasa sekali kenikmatan yang diberikan jauh melebihi nama seduhan Wedang UWUH.

UWUH dalam bahasa jawa sehari-hari sebenarnya identik dengan “SAMPAH” dalam bahasa Indonesia, memang sepintas kemasan Wedang UWUH nampak seperti serpihan sampah kering dari berbagai potongan dedaunan, serutan kayu. Ternyata dalam sampah kering tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan yang bermanfaat bagi tubuh kita antara lain daun pala, daun dan kayu manis, batang cengkeh, potongan jahe, secang dan gula batu.

Sepintah memang seperti UWUH, namun ketika UWUH itu dituangkan air mendidih, maka akan nampak warna air menjadi sedikit kemerahan dan terasa harumnya rempah jahe dan cengkeh yang ada dalam UWUH tersebut. Menikmati Wedang UWUH dimalam hari terasa lebih lengkap manakala Pisang goreng juga tahu susur panas datang menghampiri meja hidangan. Wis… enak tenan.

Wedang UWUH sendiri, sangat popular di daerah Imogiri, dan sudah menjadi minuman khas Imogiri.

Silahkan bagi yang berminat untuk mencicipi Wedang UWUH bisa tengok disini :
http://wedang_uwuh_imogiri.indonetwork.com


Sunday, September 20, 2009

Mie Ongklok




Akhirnya mudik juga ke Wonosobo, menikmati dinginnya cuaca dan segarnya angina pegunungan, terasa lengkap setelah di sore hari menikmati mie ongklok, tempe kemul dan geblek serta sate daging sapi. Rasanya kurang lengkap kalau pulang tidak menikmati kenikmatan mie onglok cs.

Saturday, September 12, 2009

SYUKURAN

Ketika seseorang mendapatkan “sesuatu keberhasilan”, biasanya ia akan mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Keberhasilan itu bisa dalam bentuk lulus ujian, kenaikan kelas, kenaikan pangkat,  memperoleh jabatan baru, pindah rumah baru atau mungkin mutasi ke tempat yang diinginkan.  Terhadap semua hal tersebut memang sudah sepatutnya kita mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.

 

Namun meskipun anda sudah mengucap syukur atas keberhasilan tersebut, biasanya rekan-rekan anda akan menagih kapan syukurannya?

Dalam bahasa pertemanan, istilah syukuran ini lebih banyak diartikan dengan ”kapan kita makan-makan” untuk merayakan keberhasilan tersebut. Berkumpul bersama dengan rekan-rekan, kemudian ada sedikit sambutan, ceramah atau apapun bentuknya terus dilanjutkan dengan acara pokok yaitu makan-makan.

 

Acara seperti ini sudah menjadi trend atau kewajiban yang tidak tertulis bahwa setiap orang yang memperoleh statu keberhasilan maka wajib untuk mengundang rekan-rekan, untuk ngumpul, ngobrol dan akhirnya makan-makan.

 

Adakah sesuatu yang salah dengan hal ini? Jelas bahwa acara syukuran ini tidak salah, bahkan lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi orang yang mengundang maupun yang diundang. Ada silaturahmi, ada canda, ada tawa dan mungkin juga akan mengingatkan kembali pada masa-masa lalu tentang pengalaman lucu sewaktu masih muda.

Namun kadang kala, acara syukuran ini juga bisa dilakukan di cafe atau tempat pertemuan lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang diharapkan. Datang, say hello, ngrumpi, makan & minum terus ngobrol sampai malam, terus pulang...... selesai.

 

Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk acara seperti ini? Biaya yang timbul sangat bervariasi mulai dari yang paling sederhana dalam jumlah puluhan ribu rupiah, atau ratusan ribu rupiah bahkan mungkin jutaan rupiah.  Tapi yang jelas, meskipun harus mengeluarkan sejumlah uang yang besar, tentu tidak menjadi masalah bagi orang yang mendapat keberhasilan, karena secara financial jelas berkecukupan.

 

Lalu apa yang salah dengan syukuran, kalau memang hal ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada umumnya?

 

Model syukuran yang selama ini banyak dilakukan adalah dengan cara-cara seperti di atas, dan sebenarnya hasil akhirnya sama saja….., datang, ngobrol, makan, pulang dan semua yang dimakan akhirnya (mohon maaf) dibuang di toilet. Selesailah sudah.

 

Sebenarnya masih banyak cara lain untuk ”syukuran”, dan mungkin akan banyak manfaat yang dapat diperoleh bagi orang yang syukuran maupun pihak lain yang terlibat, baik manfaat jangka pendek maupun jangka panjang.

 

Mungkin anda masih ingat, kejadian tragis yang sebenarnya tidak perlu terjadi terhadap seorang anak yang malu tidak dapat membayar uang sekolah bulanan (yang besarnya lebih kecil dari satu kali makan siang anda?) berupaya untuk bunuh diri karena malu tidak bisa membayar?

Kejadian ini sebenarnya hanya merupakan puncak gunung es di lautan, yang sangat kecil kelihatannya, namun permasalahan yang sangat besar belum terungkap.

Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam serba kekurangan, sehingga lebih baik mengorbankan bangku sekolah untuk dapat membantu orang tua dalam mencari penghasilan. Selain itu masih banyak anak-anak dipanti asuhan yang memerlukan bantuan untuk bisa sekolah.

 

Bayangkan bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka kita akan kehilangan calon penerus bangsa yang tidak dibekali pendidikan yang cukup.Tentu anda juga tergerak untuk dapat membantu sebagian kecil dari mereka, agar dapat meneruskan sekolahnya.

Salahsatu cara untuk ikut membantu mereka adalah, merubah model syukuran kita yang semula kita mengeluarkan uang dalam jumlah banyak hanya untuk makan-makan, marilah kita salurkan untuk bantuan pendidikan bagi yatim piatu, anak-anak tak mampu.

Apabila semua diantara kita mengubah model syukuran dengan cara ini, maka akan banyak anak-anak yang akan memperoleh pendidikan.

Smoga!

Friday, September 11, 2009

Segala sesuatu akan Indah dan tepat pada waktunya

Jalan hidup setiap orang tidak akan pernah ada yang sama
Cita-cita yang telah diimpikan, akan bisa terwujud namun juga bisa sebatas impian saja.
Semua dicapai dengan usaha dan doa
Terkadang seseorang berharap untuk memperoleh sesuatu, yang menurutnya adalah terbaik.
Namun ketika pada kenyataan, berbeda dengan yang diharapkan, sering terjadi rasa kesal, uring-uringan bahkan bisa jadi marah.

Secara manusiawi, wajar bila itu terjadi.
Impian yang selama ini diinginkan, dan telah dibarengi dengan usaha keras juga disertai doa tentunya.
Namun kenyataan jauh dari yang diharapkan.
Apa yang sebenarnya baik menurut pribadi manusia, belum tentu sesuai dengan kehendakNya.

Harusnya kita bisa menerima segala keadaan, karena semuanya tidak terjadi dengan kebetulan.
Bersyukurlah untuk segala keadaan, karena kita tidak pernah tahu hikmat yang ada dari setiap kejadian itu, ketika hal itu terjadi.
Ketika waktu mulai berlalu, biasanya pikiran jernih akan muncul dan menjadi tahu apa sebenarnya makna atau hikmat dari kejadian tersebut. Dan yakinlah bahwa hal itu terjadi pasti akan membawa kebaikan bagi diri kita.

Tuhan Yang Maha Tahu, akan memberikan sesuatu kepada umatnya pada saat yang tepat dan indah pada waktunya. Tinggal bagaimana kita mau untuk mampu memahami setiap kejadian yang merupakan kehendakNya. Dekat dengan Tuhan dan berserah kepadaNya akan membuat kita menjadi orang yang senantiasa bersyukur dan berpikiran positif terhadap setiap kejadian yang menimpa kita.

Smoga

Thursday, September 10, 2009

Belajar pada burung Rajawali

Berbagai macam burung memiliki karakteristik yang sangat berbeda, satu diantaranya yang menarik bagi saya adalah burung rajawali.

Gagah, perkasa dan memiliki sorot mata yang tajam, seakan padangannya dapat langsung mengujam tajam, mampu terbang tinggi, membangun sarang ditempat yang tinggi dan aman, dan dengan cakar yang kuat serta sayap yang lebar menambah kegagahannya.

 

Namun bukan hanya secara fisik saja, ada satu hal yang bisa saya contoh dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu rajawali selalu siap menghadapi badai atau angin yang besar dengan mengembangkan sayapnya. Dengan tenang dan pasti, ketika angin badai datang, rajawali selalu siap menghadapinya, ketika sayapnya dikembangkan..... rajawali akan membumbung lebih tinggi, tidak terbawa oleh badai atau angin yang besar.

Sayapnya mengembang seakan dia berkata " kan kuhadapi angin kencang dengan sayapku yang terkembang", kan ku naiki angin kencang untuk membawaku ketempat yang lebih tinggi.

Seandainya angin kencang datang, lalu rajawali menutup sayapnya seperti ketika dia akan menerkam mangsanya...., rajawali pasti terhempas dan hancur di tanah.

Apa yang dapat dipelajari dari rajawali?

 

Ketika badai kehidupan, atau angin ribut yang datang melanda kehidupan kita, contohlah seperti rajawali yang siap dan tenang untuk menghadapi tantangan itu, bukan melarikan diri dengan menutup sayap, tapi buka dan kembangkan sayap agar dapat menyelesaikan tantangan dan menang! Sehingga kita bisa menapak lebih tinggi lagi dalam tataran kehidupan.

 

Mulai dari persoalan yang kecil, meningkat lebih tinggi dan semakin berat maka akan membantu kita untuk melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih baik dan sudut pandang yang semakin tinggi ibarat rentangan sayap rajawali yang mulai membumbung tinggi dalam menghadapi tiupan angin permasalahan.

 

Tantangan kehidupan bukan untuk dihindari, tetapi untuk dihadapi dan dijalani, yang akhirnya akan memberikan manfaat pada kematangan pribadi, terlebih lagi bila selalu meminta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Berbagai persoalan yang kita hadapi, akan membuat kita menjadi lebih kuat dan menjadi lebih tekun, lebih berpengharapan akan pertolongan Tuhan.

 

Belajarlah pada burung rajawali.

 

 

 

Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru  seperti  pada burung  rajawali”  Mzm 103 : 5

Wednesday, September 09, 2009

Bekerja itu ........, Belajar

Semua orang akan setuju dengan kalimat “bekerja itu ibadah”, karena memang pada hakekatnya apabila seseorang bekerja dengan sepenuh hati dan mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban tetapi merupakan wujud dari rasa syukurnya, pada Yang Maha Kuasa, maka sebenarnya ia sedang beribadah.

Ada kalanya intensitas pekerjaan sangat padat, dan target penyelesaian yang sangat ketat, seringkali akan membuat seseorang merasa beban dan tanggungjawabnya menjadi lebih berat dari yang seharusnya. Berbagai macam tanggapan akan muncul tergantung dari persepsi orang tersebut dalam memaknai pekerjaannya.

Mungkin yang satu akan berpendapat, “rasanya tidak adil, mengapa beban pekerjaan tersebut tidak dibagi dengan yang lain, sementara dari sisi penghasilan tidak berbeda”
Atau mungkin akan muncul pendapat, “Orang yang rajin akan mendapat limpahan kerjaan yang lebih banyak, semakin rajin semakin berat tanggungjawabnya, sementara yang lain bisa menikmati rutinitas dengan datang siang, pulang sore”

Bahkan juga bisa muncul pendapat “Salahnya sendiri mengapa harus rajin bekerja, kalau memang tidak ada pengaruhnya”

Malas, rajin, bertanggungjawab, atau menghindar dari tugas, itu sudah menjadi pilihan masing-masing orang. Karena setiap keputusan yang diambil akan menentukan masa depannya. Pengambilan keputusan yang salah, akan dapat berdampak pada masa yang akan datang.

Memang pada kondisi tertentu, seseorang akan mengalami tambahan pekerjaan yang sebenarnya sudah diluar tanggungjawabnya. Jika seseorang selalu berpikir positif maka tambahan pekerjaan tersebut bukan lagi menjadi beban namun justru akan diambil hikmahnya yaitu adanya kesempatan untuk memperoleh hal baru. Tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama dalam proses “belajar” dalam menangani pekerjaan tersebut.

Secara tidak langsung ia akan “belajar” untuk hal-hal yang sebelumnya tidak pernah ditangani karena lingkup tanggungjawabnya yang terbatas.
Banyak hal yang bisa diperoleh ketika seseorang berpikir positif atas tambahan pekerjaannya, seperti misalnya :
Tambahan pekerjaan secara tidak langsung belajar untuk menerima tambahan tanggungjawab.
Menuntut lebih cerdas dalam menyiasati keterbatasan waktu dan tenaga.
Menuntut flexibililtas, adaptasi dan penguasaan pekerjaan yang lebih baik ketika harus mengkomunikasikan pekerjaan kepada level yang lebih tinggi.
Memperoleh kesempatan untuk “tampil” di forum yang lebih tinggi.
Belajar untukmengambil keputusan dengan cepat dan tepat sejalan dengan resiko yang harus dihadapi.
Dan lebih dari itu adalah bersyukur atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan, karena segala sesuatu selalu ada hikmahnya.

Jadi, tetaplah berpikir positif apabila beban pekerjaan bertambah, karena ketika kita sedang bekerja, sebenarnya saat itu kita sedang belajar.

Semoga kita bisa selalu belajar dalam melaksanakan pekerjaan kita

Tuesday, September 08, 2009

KERJAKAN SEKUAT TENAGA

Ketika seseorang telah menyelesaikan pendidikannya, maka statusnya berubah dari status sebagai mahasiswa, menjadi “pencari kerja” atau pengangguran sementara. Dan betapa berbahagianya manakala datang surat panggilan untuk test dan beruntung bisa diterima  menjadi karyawan atau pegawai.

 

Dimasa awal sebagai karyawan atau pegawai, terasa semangat yang tinggi dan segala tugas atau pekerjaan, semuanya dikerjakan dengan penuh tanggungjawab, karena takut masih dalam masa percobaan bisa dikeluarkan manakan dianggap tidak mampu bekerja. Semangat kerja juga masih tetap tinggi setelah melewati masa percobaan karena menjadi ajang pembuktian diri bahwa nilai hasil kuliah dulu masih harus dipertanggungjawabkan ketika mulai kerja (meskipun sebenarnya tidaklah sepenuhnya relevan).

 

Setelah melewati masa percobaan, dan mampu menunjukkan kinerja yang baik dan selamat menjadi karyawan tetap dan dipandang mampu, mulailah seperti pohon yang tumbuh semakin tinggi, mampu membandingkan diri dengan sekelilingnya. Mulai mampu mengamati lingkungan kerjanya: dari teman seangkatan, atau senior yang cara kerjanya tidak baik tetapi justru memperoleh promosi lebih dulu, atau juga melihat rekan sekerja yang sukanya 805 (masuk jam delapan, kontribusi nol dan selalu pulang jam 5), atau yang hobinya selalu main game di jam kerja, atau mungkin juga rekan kerja yang suka mandiri (main sendiri ke bengkel atau ke mall) ketika atasan tidak ditempat.

 

Kondisi ini jelas tidak menciptakan iklim kerja yang baik, dan bila selalu melihat kepada orang lain dan membandingkan dengan diri sendiri, maka secara perlahan dan pasti, akan berpengaruh negative terhadap karyawan yang memiliki kinerja baik tersebut.  Kemudian timbul perasaan iri manakala ada rekan sekerja yang bisa promosi lebih cepat atau meskipun kerjaan dibawah standar namun bisa mengambil hati atasan justru yang lebih dipercaya.

 

Keinginan untuk selalu membandingkan dengan orang lain, dan tidak pernah melakukan introspeksi terhadap diri sendiri dalam jangka waktu yang lama akan merusak pribadi dan juga karir. Sebaliknya  ketika kondisi lingkungan kerja mulai tidak baik, tetaplah menjaga integritas dan ingat kembali, pada awal masuk kerja, dan sekarang sudah bekerja dapat posisi yang lumayan, tidak perlu membandingkan dengan orang lain, tetapi berskyukurlah atas apa yang Tuhan berikan hingga saat ini.

Jadilah dirimu sendiri yang selalu mensyukuri atas perkerjaan yang telah Tuhan berikan,  bertanggungjawablah atas pekerjaan tersebut bukan hanya kepada manusia, tetapi seolah bertanggungjawab kepada Tuhan yang memberikan rejeki melalui pekerjaan tersebut.

 

Kerjakan semua tugas dengan sekuat tenaga, jangan memikirkan pekerjaan orang lain, tetapi tunjukkanlah kinerja yang baik dan bertanggungjawab, karena pada saatnya semua hasil pekerjaan yang baik dan benar akan dilihat orang dan sekaligus akan menjadi contoh bagi sekeliling kita, hingga akhirnya penghargaan akan datang dengan sendirinya.

 

Jadi, kalau lingkungan kerja tidak kondusif, sementara tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab semakin besar,  lakukanlah pekerjaan itu sekuat tenaga, jangan biarkan lingkungan mempengaruhimu.

 

Just do It !

 

 

Salam

 

Bandung, 6 September  2009

 

”Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu utuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,.........” Pengkhotbah 9:10

Monday, September 07, 2009

Belajar dari alam

Lilburan keluarga di bulan Agustus 2009 yang lalu di Ujunggenteng, betapa kami sangat menikmati indahnya alam pantai selatan  Jawa Barat.   Ternyata keindahan alamnya melebihi ekspektasi kami karena pemandangan alamnya jauh lebih baik dibandingkan gambaran yang kami dapatkan dari internet. Ada dua hal yang sangat menarik bagi saya yaitu aliran sungai dan debur gelombang yang menuju pantai, seakan  memberikan pelajaran untuk lebih memahami betapa Tuhan Yang Maha Kasih selalu memberi berkah, damai dan sejahtera yang tidak pernah berhenti.

 

Ketika mengunjungi curug Cikaso, kami menikmati aliran sungai yang tenang, air yang  jernih dan rimbunnya dedaunan dari pepohonan yang masih hijau disepanjang aliran sungai Cikaso. Suatu pemandangan yang sangat menyejukkan, ketika mengamati kehidupan ditepi sungai Cikaso mulai dari kegiatan mencari ikan, penambang pasir, hijaunya sawah dan perkebunan disepanjang aliran sungai.

Seolah aliran sungai Cikaso tidak pernah berhenti memberikan air yang memberikan manfaat bagi kehidupan disekitarnya. Hijau pepohonan, sawah yang subur selalu berada dekat dengan aliran sungai, demikian juga bagi manusia yang berada disekitarnya akan memperoleh manfaat dari aliran sungai tersebut.

Sungai menjadi sumber kehidupan bagi pepohonan, tanaman juga manusia yang memanfaatkannya dengan benar. Tidak ada pohon yang mati kekeringan meskipun terjadi kemarau karena aliran air akan selalu menyegarkan dan menyediakan makanan untuk diserapnya. Tiada sawah yang kekeringan karena air selalu mengalir, tiada kesulitan bagi manusia karena air selalu tersedia.

 

Demikian pula halnya dengan kehidupan manusia, jika selalu dekat dengan sumber hidupnya Tuhan Pencipta Alam Semesta, maka manusia akan selalu merasa hidup ini lebih damai dan sejahtera karena selalu bergantung pada Tuhan sebagai sumber hidupnya. Walaupun berbagai masalah menimpa namun akan selalu ada kesejukan yang Tuhan berikan ketika kita selalu dekat dengan Tuhan.

 

Ketika menunggu senja di Pantai Pengumbahan, diatas hamparan pasir putih yang lembut, dan ufuk senja mulai datang, kami amati gelombang pantai yang mulai membesar, bergulung-gulung dan akhirnya pecah dipantai, terasa begitu indahnya warna biru yang diterpa semburat jingga senja, dan menjadi warna putih ketika ombak pecah.

Begitu teratur datang gelombang menuju pantai kemudian pecah, dan hilang menyentuh pasir putih tepian pantai. Kemudian datang lagi, menuju pantai dan disusul gelombang dibelakangnya.

Satu-satu gelombang menuju pantai dan tidak pernah habis selalu datang teratur.

 

Dapatkan kita menghitung banyaknya ombak yang datang kepantai dalam sehari? Dalam sebulan? Dalam setahun? Sepanjang umur hidup kita? Jawabannya adalah tidak mungkin kita bisa menghitung ombak yang setia dan selalu menghampiri pantai.

 

Ketika tahu bahwa kita tidak mungkin menghitung gelombang yang datang menghampiri pantai, serasa diingatkan, bahwa kasih Tuhan yang diwujudkan dalam kehidupan kita baik melalui rejeki, kesehatan dan berbagai kesejahteraan serta rasa hidup yang penuh damai tidak pernah manusia bisa menghitungnya.

Mulai dari tidur ketika mata terpejam, kita tahu bahwa Tuhan menjaga kita sekeluarga, ketika bangun dan menghirup udara pagi,  Tuhan tetap memberikan kehidupan bagi kita dan selama kita ber-aktivitas Tuhan senantiasa menjaga kita.

Dapatkah kita menghitung berkat yang Tuhan berikan bagi kita? Mulai dari oksigen yang diberikan gratis manakala sehat hingga berbagai hal yang Tuhan berikan, kita tidak akan pernah mampu untuk memahami betapa besar kasih Tuhan kepada setiap manusia yang senantiasa bersandar pada Tuhan.

 

Air sungai yang terus mengalir dan gelombang yang setia menuju pantai, mengajarkan keteraturan dan mengingatkan bahwa setiap orang yang selalu mengandalkan Tuhan, akan selalu diberikan kedamaian dan kesejahteraan yang tidak pernah berhenti.

 

Belajarlah kepada alam, karena melalui ciptaanNya, kita akan selalu diingatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Salam

 

Ujunggenteng 21 Agustus 2009

 

”Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti” (Yesaya 48: 18)

Thursday, August 27, 2009

Gedung Sate Bandung




Ketika pulang kerja melintas di depan Gedung Sate, terasa sekali nuansa pesta 17 Agustus, kebetulan bawa kamera, ya.... saya coba abadikan keindahan gedung sate dimalam kemerdekaan.

Tuesday, August 25, 2009

Rumah Makan Kepiting Prima

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Seafood
Location:Comal Pemalang
Rasa penasaran akan cerita teman, kalau didaerah comal ada rumah makan kepiting yang patut untuk dicoba. Kebetulan perjalanan dari Bandung ke Semarang berangkat pagi hari, dan tepat waktu makan siang kami sudah sampai di Comal langsung mencari papan nama Kepiting Prima.
Letaknya ditengoh kota Comal namun tidak dijalur utama Pantura, masuk sekitar 200 m.
Rumah makan ini cukup besar dan fasilitas parkir yang cukup luas.
Kami memesan 1 kg kepiting masak prima, sop sayur warna warni, kerang rebus dan teh manis.
Pertama yang datang sop sayur warna warni yaitu sayuran kol, buncis, wortel yang disop, sangat menarik terlebih lagi taburan bawang merah diatasnya. Untuk rasa patut diacungi jempol karena kuah bening namun ukuran gurih, rasa bawang putihnya cukup nendang dan sayurannya empuk.
Kerang rebus dengan saus nanas, cukup lumayan dan perlu ekstra untuk membuka kerangnya.
Terakhir kepiting msak prima, tampilannya kecoklatan terdiri dari 3 ekor kepiting. langusng saya coba sausnya dicampur nasi putih..... terasa enak dan pas... sekilas terasa seperti saus rendang namun setelah dinikmati sedikit lama... rasa seperi saus sate bakar kea arah kuah gule kental dan terasa pedasnya.
Daging kepitingnya masih segar... dan ketika dicampurkan dengan sausnya... bikin ketagihan. secara keseluruhan saya sangat menikmati kepiting ini dan untuk harga relatif terjangkau.
Sambil menikmati kepiting, saya panggil pelayan untuk pesan buat besok siang diambil sepulang dari Semarang.... Enak tenan.

Monday, August 24, 2009

Nira - Gula Merah




Perkebunan kelapa yang mengelilingi komplek vila Amanda, ternyata membawa berkah bagi banyak orang untuk mengolah air nira dari pohon kelapa untuk dijadikan gula merah. Terlihat banyak orang yang sedang "menderes nira" untuk dijadikan gula merah. Proses yang cukup panjang mulai dari memasang jerigen untuk menampung tetesan nira sehari penuh, pengumpulan dan akhirnya air nira dimasak dalam tungku selam kurang lebih 6 jam untuk memperoleh kekentalan yang pas untuk dicek.
Air nira yang bru diambil dari pohon kelapa ternyata manis dan menyegarkan.

Lembayung Senja Pangumbahan




Menikmati lembutnya pasir putih, deburan ombak dan menanti senja. Memberi diri untuk instrospeksi akan perjalanan hidup pribadi. Ombak yang menderu tak pernah berhenti, belumlah sebanding dengan kasih Tuhan kepada umatNya yang tidak sedetikpun berhenti. Menatap mentari yang perlahan pasti meredup diujung senja, memberi diri untuk memahami untuk berhenti sejenak dan mengisi hari esok saat mentari berseri.

Ombak-ombak Pangumbahan




Pantai Pengumbahan terkenal dengan tempat penyu bertelur, juga dengan debur ombaknya yang cukup besar, sehingga dekat dengan pantai ini ada vila Koboi, yang kebanyakan orang dari mancanegara yg hobinya selancar. Semakin besar semakin menarik banyak selancar mendatangi tempat ini.

Di Ujungnya - Ujunggenteng




Sejauh mata memandang di ujungnya Ujunggenteng, hanya birunya langit dan birunya laut yang menyatu, semilir angin menerpa tubuh dan riak ombak kecil dikaki serasa menyatu dengan alam.
Hamparan pasir putih memanjang hingga terlihat menyatu dengan laut dan langit biru.
Sungguh indah dan agung ciptaanNya.

Air terjun Cigangsa




Pertama kali melihat dasar sungai yang mengering, timbul pertanyaan dalam hati"apa bener dasar sungi ini semuanya terdiri dari batu yang menyatu?". Lalu segera menuju sungai yang mengering dan ternyata memang benar, terdiri dari rangkaian batu2 yang menyatu. Kali ini melilhat curug / air terjun bermula dari puncak air terjun dan kebetulan aliran sungai sangat kecil. Pemandangan dari atas sangat indah melihat hijaunya lembah dikedalaman dan langit yang biru.
Air terjun ini terdiri dari tiga tingkat dan kami hanya bisa mendekat di bagian atas dan tingkat yang kedua. untuk dasarnya kami tidak bisa mendekat. Tebing batu yang merupakan alur air terjun sangat kokoh.... benar2 indah.

Air Terjun Cikaso




Menuju air terjun Cikaso, kita harus kembalil ke Surade kemudian belok kanan ke arah Tegal Beleud kira2 8 Km, akan sampai ke Sungai CIkaso. Untuk menuju air terjun kita diantar dengan perahu kecil dengan tarif Rp.60 ribu (pp). Lokasi air terjun sangat terjaga kondisi hutan sekitarnya terlihat dari rimbunnya pepohonan sepanjang aliran ke air terjun. Air terlihat sangat jernih, karena musim kemarau dan terbukti ketika sampai di air terjun aliran air sangat kecil dan jernih sekali.

Menanti Fajar




Bagun pagi....., untuk mengabadikan fajar menyingsing di Amanda Ratu.
Terasa tiupan angin laut yang sangat kuat dan debur ombak yang kencang menggapai tebing pantai. Gelora laut dipagi hari seolah menunjukkan keperkasaan alam, dan terasa betapa kecilnya manusia.
Pemandangan yang sangat indah akhirnya dapat dinikmati ketika semburat sinar mentari muncul diufuk timur laut.

Safe green turtle




Bersyukur kita punya pantai Pengumbahan, yang menjadi tujuan penyu hijau untuk tempat bertelur. Tempat ini dijadikan tempat kawasan lindung untuk penangkatan penyu hijau. Kami berkesempatan untuk melihat penyu hijau bertelur dan menuju kegelapan pantai dimalam hari.

Senja di Ujunggenteng




Betapa bersyukurnya ketika cuaca begitu cerah, menikmati indahnya semburat jingga yang menghiasi langit ketika mentari perlahan tenggelam pertanda datangnya malam.

TPI Ujunggenteng




Ujung dari jalan aspal di Ujunggenteng adalah TPI. Ternyata pemandangannya cukup bagus dan warna biru mendominasi laut dan langitnya.

Sunday, August 23, 2009

Pantai Mina Jaya - Ujunggenteng




Pantai Mina Jaya terletak sekitar 4 Km dari jalur utama Surade menuju ke Ujunggenteng. Pantai ini cukup landai dan bisa untuk berenang. Disepanjang pantai masih terdapat pepohonan yang cukup rindang dan bisa menikmati indahnya pantai sambil berteduh.

Pantai Cibuaya - Ujunggenteng




Diwilayah Ujunggenteng, merupakan tempat yang berbatasan langsung dengan pantai laut selatan. Salah satu tempat yang paling dekat diakses adalah Pantai CIbuaya. Pengunjung bisa berenang karena ada tempat yang cukup aman dan bisa juga memancing dipinggiran, atau menikmati indahnya karang disepanjang pantai.

Villa Amanda Ratu




Perjalanan yang cukup melelahkan dari Bandung - Cianjur - SUkabumi - Pelabuhan Ratu - Surade - Ujunggenteng ditempuh dalam waktu kurang lebih 6,5 Jam, karena rute Pelabuhan Ratu - Ujunggenteng belum pernah saya jalni. Kondisi jalan yang berliku, sepanjang Pelabuhan Ratu hingga Ujung genteng membuat perjalanan terasa lama dan cukup menjemukan. Namun setelah tiba di vila Amanda Ratu, kepenatan dan rasa lelah rasanya hilang karena disambut pemandangan yang sangat indah yaitu perkebunan kelapa semenjak masuk pintu gerbang hingga lokasi vila. Selain itu pemandangan yang indah di tepi pantai tepat didepan front office. Laut yang biru dan langit biru....

I love blue - Vila Amanda Ratu




Laut dan langit biru menyatu dipantai Ujung Genteng, tepatnya di vila Amanda Ratu, pemandangan yang indah tepat berada di depan vila, dan ada "tanah lot" ujung genteng.

Friday, August 14, 2009

Serba Ikan Bakar




Menyusuri Pantai Selatan Jawa Barat, dimulai dari Pantai Cidaun, Cijayanti, Rancabuaya hingga Santolo Pamengpeuk, satu hal yang tidak terlupa dan ingin kembali menikmati adalah menu makan serba ikan laut segar.
Benar-benar makan ikan, karena nasi hanya sedikit, ikan bakarnya yang banyak, maklum kalau di Bandung sulit untuk dapat menikmati ikan segar.
Mulai dari ikan kerapu, ikan kakap, ikan kuwe, udang maupun lobster, tinggal pilih dan sambil menunggu ikan dibakar kita bisa nikmati indahnya pantai selatan yang ombak dan langitnya membiru menyatu.
DI Cidaun, kita bisa memilih langsung di TPI dan minta kepada pemilik warung makan untuk mengolahnya, sesuai keinginan kita, termasuk sambalnya.
DI Rancabuaya, ada rumah makan yang menyediakan berbagai jenis ikan dan kita bisa memilih sesuai keinginan kita, sementara di santolo lebih maju lagi ada daftar menu yang disiapkan oleh warung makan.
Secara umum diketika tempat itu, kualitas ikan cukup dijamindan tingkat kesegarannya terasa sekali ketika mencuil daging ikan dan terlebih lagi setelah dicocol ke sambal, gigitan pertama terasa masih ada rasa manis dan kekenyalan daging ikan tsb. Benar-benar makan ikan, siapa tertarik menyusuri pantai selatan jawa?

Tuesday, August 11, 2009

Menumbuhkan semangat orang tua

51.  Menumbuhkan semangat Orang Tua

 

Pertengahan Mei 2009,  kami bertiga (saya, istri dan sibungsu) pulang ke Jogyakarta  untuk menengok ibu mertua yang sedang sakit.  Memang sudah sering kali ibu dirawat di rumah sakit karena factor usia yang sudah lanjut dan memang ada  sakit diabetes juga hypertensi. Selain itu juga informasi dari saudara kalau kondisi ibu sudah cukup lemah dan tidak bisa beranjak dari tempat tidur, serta tidak ada semangat lagi.

 

Sengaja kami pulang tidak membawa kendaraan tetapi dengan Kereta api Lodaya jurusan Bandung – Solo. Berangkat sekitar 20.30 dan sampai di stasiun Tugu Yogyakarta sekitar 05.00, sedikit terlambat dari jadwal seharusnya. Tujuan kami pulang ke Yogyakarta memang hanya untuk menungguin dan merawat Ibu, karena selama ini jika kami liburan ke Yogyakarta lebih banyak mainnya dari pada nungguin ibu,

 

Ketika sampai di rumah, kami lihat kondisi ibu memang jauh dari perkiraan kami, karena sebulan terakhir kami pulang, ibu masih bisa beraktivitas sendiri, namun kali ini tergolek lemah di tempat tidur dan terlihat tidak ada semangat sama sekali.

Pagi hari setelah dimandikan dan sarapan, disuapi oleh istriku, kelihatan raut muka yang lebih cerah meskipun masih harus tetap berbaring ditempat tidur. Kami sampaikan tujuan kami ke Yogyakarta, untuk bisa bersama ibu dan merawat ibu sambil berbincang mengenai kondisi kami sekeluarga. Demikian pula untuk makan siang dan malam, istriku selalu menayakan, ibu mau makan apa? Apa kesukaan ibu? Dan sesuai dengan keinginan ibu, istriku menyiapkan makanan dan menyuapi dengan tulus.

 

Namun suasana menjadi berubah pada hari ketiga, ketika ibu memanggil istriku, beliau berbicara seolah sudah akan meninggalkan anak-anak, bahkan sudah mulai memberikan pesan juga berbagai hal yang perlu ditangani, rencana menitipkan sesuatu untuk dijaga.  Semangat untuk tetap sehat sudah tidak terlihat diraut wajahnya,  yang ada kemurungan dan duka karena merasa bahwa selama ini hanya merepotkan anak-anak saja.

Istriku dengan tabah tetap mendampingi dan membiarkan ibu bicara sampai puas apa-apa yang dipesankan,  hingga akhirnya tak tahan istriku berkata bahwa dia masih ingin ditungguin ibu,  juga anak-anak masih ingin ditungguin simbah. Kami tidak merasa direpotkan olah ibu bahkan kami merasa senang apabila ibu mau dirawat dan ditunggu kami.

 

Memang selama ini, kami sangat dekat dengan ibu, karena kami punya prinsip bagaimana menyenangkan ibu selama ibu masih ada, bukan melalui materi tetapi dengan hati yang tulus dan mau memahami isi hati ibu.

Istriku bilang kalau secara fisik, ibu sudah tidak mungkin pulih seperti semula tetapi dengan semangat untuk tetap sehat ibu masih bisa menungguin anak, cucu dan cicit.

 

Setelah bicara banyak dengan ibu, dan memberi semangat untuk ibu, akhirnya pecah juga pertahanan istriku keluar kamar  dan menumpahkan tangisnya, seakan tidak percaya sebegitu dalamnya ibu sudah tidak ada semangat untuk tetap sehat.

Seharian menunggu dan berbaring bersama ibu sambil memberikan semangat akhirnya ibu bicara lagi, setelah tahu raut wajah istriku yang terlihat sedih. Ibu bicara ” Iya,nok,.... simbok harus tetap semangat untuk sehat supaya bisa nungguin dan melihat anak-anak dan cucu hidup rukun guyub”

 

Semenjak pembicaraan itu, ibu semakin tumbuh harapan untuk tetap sehat dan istriku bertambah semangat untuk melayani, merawat ibu.  Secara perlahan dan pasti perubahan besar mulai nampak dan kondisi ibu semakin baik, keinginan untuk makan mulai tumbuh dan semangat itu tercermin di raut mukanya.  Demikian pula seluruh keluarga, ketika melihat perubahan ini, semuanya menjadi lebih optimis kalau ibu masih ada semangat untuk tetap sehat.

 

Setelah lima hari, istri dan sibungsu kembali ke Bandung, dan setiap hari kami selalu kontak dengan keluarga di Yogyakarta, dan yang lebih mengejutkan lagi seminggu setelah pulang ternyata ibu sendiri yang menerima telepon dari kami. Puji Tuhan,  doa dan usaha kami untuk memberi semangat kepada ibu membawa hasil yang sangat menggembirakan.

Rasanya tidak keliru ketika kami memutuskan pulang ke Yogyakarta secara khusus untuk menunggu dan merawat ibu, hanya untuk sekedar menyenangkan hatinya dan memberi semangat untuknya.

Dan tentu saja, doa yang kita panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih, berserah kepada kehendakNYA, karena rencana Tuhan adalah yang terbaik buat kita semua.

 

Jika masih ada kesempatan untuk melayani orang tua, janganlah anda tunda untuk menyenangkan hatinya dan memberikan semangat, sebab tidaklah mungkin kita mampu membalas kasih sayangnya.

 

Bandung, 24  Mei 2009.