Wednesday, September 30, 2009

Bandung heritage




Ke Bandung, biasanya... Fashion di FO, Food bertebaran dimana-mana. Sekali-sekali kunjungi tempat2 bersejarah.....,

Saturday, September 26, 2009

RICE COOKER




Perkakas Dapur tradisional al. Dandhang, kukusan, tumbu, tenongan, uleg & cowek cs.

Friday, September 25, 2009

Omah Tembi Senja Hari




Dalam kesederhanaan omah Tembi, justru nampak kemegahannya, terlebih disenja hari.

Pantai Ayah




Perjalanan pulang ke Bandung, melalui jalur selatan-selatan dan bisa menikmati beberapa pantai antara lain pantai Karangbolong dan Pantai Ayah.
Perjalanan antara Karangbolong ke Pantai ayah melalui jalan yang berliku, tanjakan dan turunan yang terjal, namun pemandangan alamnya sungguh indah seperti dibawah ini.

Carica




Pepaya yang hidup didataran rendah biasanya besar-besar, tetapi pepaya yang tumbuh di Dieng, bentuknya lebih kecil dan bulat. Pepaya Dieng ini apabila sudah masak dipohon, akan menebarkan aroma yang wangi, namun daging buahnya kurang enak apabila langsung dimakan.
Buah pepaya ini sering disebut carica, dan dibudidayakan menjadi manisan carica. Carica merupakan salah satu oleh-oleh khas dari Wonosobo.
Manisan carica akan terasa lebih nikmat apabila di hidangkan dalam keadaan dingin, tambahkan es batu......, akan menyegarkan suasana.
Satu botol carica harga berkisar antara Rp. 10.000 s/d Rp. 12.500 tergantung merknya.

Thursday, September 24, 2009

Omah Budaya TEMBI




Sebulan sebelum lebaran, mulai nyari penginepan di Yogya, karena meskipun saya tidak merayakan lebaran saya selalu ikut bermudik ria, sebab Ibu dan keluarga iistriku di Yogya merayakannya, jadi mesti datang di hari pertama Idul Fitri.

Berawal dari penginepan langganan yang sudah full booked, mulailah Tanya mbah google dan tertarik di Omah Tembi. Konsep penginapan yang bener2 back2 nature, Rumah kayu (Senthong) dengan perabot full kayu, dan kamar mandi yang semi terbuka, dan tidak ada TV dalam ruangan kecuali di tempat makan sebagai area pertemuan keluarga besar. Semula ragu2 untuk memesan, namun setelah anak dan istriku melihat di web, mereka tertarik dan setuju, menginap di Omah Tembi. Meskipun demikian, bagi yang nggak mau ketinggalan informasi termasuk update status FB maupun MP ini, tersedia hotspot….. (kebetulan kami bawa notebook dan berpesta ria karena speed yang guedee buat sendirian).

Omah Tembi ini terletak di kabupaten Bantul dan untuk akses menuju ke Omah Tembi bisa melewati jalan Parangtritis, mudah untuk dicari.

Suasana penginapan bener2 terasa di desa, dan ketika malam bisa menikmati heningnya malam diselingi alunan jengkerik.
Fasilitas makan 3 kali, mulai sarapan pagi, makan siang dan malam hari, dengan menu ndeso yang bener2 menggugah selera.
Tersedia juga Belik (kolam renang kecil) untuk sekedar melepaskan kepenatan dari hiruk pikuk berendam dan mendengar kicauan burung kecil.

Semula kami hanya akan bermalam 2 hari, ternyata anak2 berminat untuk cek in lebih awal sehari, dan lebih parah lagi minta di extend sehari (sayang sudah full booked) terpaksa harus nginap ditempat lain.

Omah TEMBI ini terdiri darai dua fungsi utama yang pertama adalah Gedung budaya (musium juga pendopo untuk kesedian/ budaya) dan komplek penginapan sementara terdiri dari 7 rumah kayu.

Silahkan kalau ke Yogya, ingin menikmati suasana ndeso yang nyaman dan indah serta budaya jawa yang sangat kental, singgahlah di Omah TEMBI.



Wednesday, September 23, 2009

Menyusuri Negeri Di Atas Awan




Hampir semua wisatawan yang berkunjung ke Dieng, akan mengunjungi obyek wisata ke komplek candi Pendowo, Museum, kawah Sikidang, telaga Warna, Telaga Pengilon, Dieng Theatre dan bagi beberapa orang menarik untuk menikmati sunrise.

Kali ini saya napak tilas, mengulangi perjalanan semasa kecil (dulu jalan kaki), Wonosobo, Garung, Kejajar, Tieng, Dieng, Batur balik ke Wonosobo melalui rute Telaga Cebong, dusun Mlandi, Menjer, Garung, Wonosobo. Saya tidak mengunjungi objek wisata yang rutin dikunjungi wisatawan, tetapi sempat mengunjungi Telaga Swiwi, kawah Sileri dekat dengan Sinila, Sumur Jolotundo, semua lokasi ini berada di wilayah Kabupaten Banjarnegara.

Cuaca pagi hari cukup bersahabat, tidak ada hujan tetapi sedikit mendung dan awan cukup banyak sehingga seolah perjalanan ke Dieng seperti menuju negeri di atas awan.
Pemandangan dari gardu Pemandangan terlihat desa2 jauh dibawah, Tieng, Girmanak, Kejajar mulai tertutup awan, demikian pula ketika dari Dieng menuju ke Batur, awan mengambang diatas langit Dieng.
Menuju tempat wisata, sejauh mata memandang hanya perladangan yang ada samapi di puncak bukit, dan semburan asap yang keluar dari PLTG sehingga menambah nuansa putih diantara hijaunya ladang sayuran. Ditempat yang saya kunjungi sepi sekali bahkan tidak ada wisatawan yang lainnya, kecuali di sumur Jolotundo ada 4 anak remaja dan kelihatannya berasal dari lokasi sekitarnya.
Selanjutnya menuju kecamatan Batur untuk beli kripik kentang, karena daerah ini terkenal dengan penghasil kentang kualitas tinggi dan disaluran ke pabrik pembuat patoto chips. Kentang yang tidak masuk kategori ini, oleh masyarakat setempat dibuat kripik kentang dengan berbagai rasa yang gurih dan renyah dan harganya yang murah banget, satu plastik ukutan besar hanya Rp. 15 ribu saja.

Perjalanan yang cukup berkesan tetapi mendebarkan ketika perjalanan pulang dari Dieng ke Wonosobo, dengan menempuh rute jalan pintas, yang menjadi alternatif ketika terjadi longsor di KM 20.
Setelah pulang dari Batur, kami menuju ke Dieng dan dilanjutkan menuju ke Telaga Cebong (dekat lokasi ini ada tempat untuk menyaksikan sunrise, dulu sempat jalan kaki dari Tieng). Tempat ini cukup terpencil dan terletak di lembah diantara bukit disebelah selatan kawasan wisata. Mengingat sudah lebih dari 25 tahun tidak menjejakkan kaki menuju desa Cebong, terpaksa dengan insting saja, karena kalau tersesat,,, ya balik lagi lewat jalur biasa.

Ketika memasuki desa Cebong, ada seorang ibu2 baru selesai memasak dan akan membersihkan peralatan, kami menayakan apakah ada jalan menuju Menjer? Teryata pas di pertigaan kami berhenti, ibu itu menunjukkan arah ke jalan ke Menjer. Satu keyakinan saya, dan selalu benar “bertanyalah kepada orang tua kalau ingin tahun jalur yang akan ditempuh”, jawabannya selalu jujur dan benar.
Mulailah saya mengarahkan kendaraan ke jalan kecil yang ditunjukkan ibu2 itu, semula saya sempat ngeper....., keder juga karena jalurnya sangat sempit hanya cukup satu mobil dan turunan tajam dan berkelok.
Sebelum menuruni lembah curam, saya ambil gambar dan ternyata kabur tebal mulai datang dari bawah mengarah ke lembah yang akan saya lalui. Dari tempat saya berdiri hingga jalan yang datar di bawah lembah, saya perkirakan lebih dari 200 m tingginya, dan jalan berkelok-kelok.
Untuk mententramkan hati, sambil canda sama keponakan saya Agung, saya bilang “Angkot saja berani mosok kita nggak benari turun mas?”.

Jalan benar2 sudah semakin parah, aspal mengelupas ditiap belokan, dan saya sempat tercengang ketika kabut sempat berlalu sebentar, saya lihat air terjun yang cukup tinggi, mungkin berasal dari aliran telaga Cebong, kelihatan sangat indah, tetapi hanya sekejap tertutup kabut tebal. Jarak pandang kurang dari 20 M, mesti lebih hati-hati.
Kembali saya fokus pada jalur sempit dan jurang yang menganga lebar karena tidak ada pembatas jalan. Meskipun udara dingin, ternyata saya berkeringat juga, harus melewat jalan ini.

Akhirnya mampu melewati turunan tajam dan sampai di jalan datar persis dibawah tebing bukit. Rasanya perjalan kali ini lebih parah dibandingkan jalur Wonokitri – Gunung Bromo, Probolinggo – Cemoro Sewu, bahkan kalau dibandingkan kelok 7 Pekan baru – Padang, maupun Kelok 44 Danau Maninjau – Bukit Tinggi rute yang saya lalui lebih menantang dan mendebarkan karena jalan yang sempit, rusak, kelokan tajam dan jurang yang cukup dalam dan kabut tebal yang menghadang perjalanan, seolah sedang menyusuri negeri di atas awan.

Setelah melewati turunan tajam, maka yang ada tinggal jalan rusak tanpa aspal dan pemandangan yang indah dari lembah ini, baik pemandangan mengarah ke atas bukit maupun menuju ke arah selatan. Seandainya saja, kabut tebal tidak turun, tentu akan disuguhi penandangan yang indah mulai dari air terjun juga lembah yang hijau.

Mungkin saya harus berpikir 10 kali lagi, kalau harus mengulangi rute ini.

Omah TEMBI - WEDANG UWUH

Rating:
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:Bantul, Yogyakarta
Malam hari sembari menikmati alunan gamelan, dan melihat gemerlapnya bintang serta alunan irama jengkerik, terasa begitu syahdu dan sejenak melupakan rutinitas yang membelenggu dan suasana hari menjadi lebih tenteram.
Udara di Bantul yang mulai dingin, serasa hilang ketika menikmati seduhan WEDANG UWUH di Omah TEMBI. Ketika masih panas, terasa sekali kenikmatan yang diberikan jauh melebihi nama seduhan Wedang UWUH.

UWUH dalam bahasa jawa sehari-hari sebenarnya identik dengan “SAMPAH” dalam bahasa Indonesia, memang sepintas kemasan Wedang UWUH nampak seperti serpihan sampah kering dari berbagai potongan dedaunan, serutan kayu. Ternyata dalam sampah kering tersebut terdiri dari berbagai jenis bahan yang bermanfaat bagi tubuh kita antara lain daun pala, daun dan kayu manis, batang cengkeh, potongan jahe, secang dan gula batu.

Sepintah memang seperti UWUH, namun ketika UWUH itu dituangkan air mendidih, maka akan nampak warna air menjadi sedikit kemerahan dan terasa harumnya rempah jahe dan cengkeh yang ada dalam UWUH tersebut. Menikmati Wedang UWUH dimalam hari terasa lebih lengkap manakala Pisang goreng juga tahu susur panas datang menghampiri meja hidangan. Wis… enak tenan.

Wedang UWUH sendiri, sangat popular di daerah Imogiri, dan sudah menjadi minuman khas Imogiri.

Silahkan bagi yang berminat untuk mencicipi Wedang UWUH bisa tengok disini :
http://wedang_uwuh_imogiri.indonetwork.com


Sunday, September 20, 2009

Mie Ongklok




Akhirnya mudik juga ke Wonosobo, menikmati dinginnya cuaca dan segarnya angina pegunungan, terasa lengkap setelah di sore hari menikmati mie ongklok, tempe kemul dan geblek serta sate daging sapi. Rasanya kurang lengkap kalau pulang tidak menikmati kenikmatan mie onglok cs.

Saturday, September 12, 2009

SYUKURAN

Ketika seseorang mendapatkan “sesuatu keberhasilan”, biasanya ia akan mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa. Keberhasilan itu bisa dalam bentuk lulus ujian, kenaikan kelas, kenaikan pangkat,  memperoleh jabatan baru, pindah rumah baru atau mungkin mutasi ke tempat yang diinginkan.  Terhadap semua hal tersebut memang sudah sepatutnya kita mengucap syukur kepada Yang Maha Kuasa.

 

Namun meskipun anda sudah mengucap syukur atas keberhasilan tersebut, biasanya rekan-rekan anda akan menagih kapan syukurannya?

Dalam bahasa pertemanan, istilah syukuran ini lebih banyak diartikan dengan ”kapan kita makan-makan” untuk merayakan keberhasilan tersebut. Berkumpul bersama dengan rekan-rekan, kemudian ada sedikit sambutan, ceramah atau apapun bentuknya terus dilanjutkan dengan acara pokok yaitu makan-makan.

 

Acara seperti ini sudah menjadi trend atau kewajiban yang tidak tertulis bahwa setiap orang yang memperoleh statu keberhasilan maka wajib untuk mengundang rekan-rekan, untuk ngumpul, ngobrol dan akhirnya makan-makan.

 

Adakah sesuatu yang salah dengan hal ini? Jelas bahwa acara syukuran ini tidak salah, bahkan lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi orang yang mengundang maupun yang diundang. Ada silaturahmi, ada canda, ada tawa dan mungkin juga akan mengingatkan kembali pada masa-masa lalu tentang pengalaman lucu sewaktu masih muda.

Namun kadang kala, acara syukuran ini juga bisa dilakukan di cafe atau tempat pertemuan lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang diharapkan. Datang, say hello, ngrumpi, makan & minum terus ngobrol sampai malam, terus pulang...... selesai.

 

Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk acara seperti ini? Biaya yang timbul sangat bervariasi mulai dari yang paling sederhana dalam jumlah puluhan ribu rupiah, atau ratusan ribu rupiah bahkan mungkin jutaan rupiah.  Tapi yang jelas, meskipun harus mengeluarkan sejumlah uang yang besar, tentu tidak menjadi masalah bagi orang yang mendapat keberhasilan, karena secara financial jelas berkecukupan.

 

Lalu apa yang salah dengan syukuran, kalau memang hal ini sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada umumnya?

 

Model syukuran yang selama ini banyak dilakukan adalah dengan cara-cara seperti di atas, dan sebenarnya hasil akhirnya sama saja….., datang, ngobrol, makan, pulang dan semua yang dimakan akhirnya (mohon maaf) dibuang di toilet. Selesailah sudah.

 

Sebenarnya masih banyak cara lain untuk ”syukuran”, dan mungkin akan banyak manfaat yang dapat diperoleh bagi orang yang syukuran maupun pihak lain yang terlibat, baik manfaat jangka pendek maupun jangka panjang.

 

Mungkin anda masih ingat, kejadian tragis yang sebenarnya tidak perlu terjadi terhadap seorang anak yang malu tidak dapat membayar uang sekolah bulanan (yang besarnya lebih kecil dari satu kali makan siang anda?) berupaya untuk bunuh diri karena malu tidak bisa membayar?

Kejadian ini sebenarnya hanya merupakan puncak gunung es di lautan, yang sangat kecil kelihatannya, namun permasalahan yang sangat besar belum terungkap.

Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam serba kekurangan, sehingga lebih baik mengorbankan bangku sekolah untuk dapat membantu orang tua dalam mencari penghasilan. Selain itu masih banyak anak-anak dipanti asuhan yang memerlukan bantuan untuk bisa sekolah.

 

Bayangkan bila hal ini terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka kita akan kehilangan calon penerus bangsa yang tidak dibekali pendidikan yang cukup.Tentu anda juga tergerak untuk dapat membantu sebagian kecil dari mereka, agar dapat meneruskan sekolahnya.

Salahsatu cara untuk ikut membantu mereka adalah, merubah model syukuran kita yang semula kita mengeluarkan uang dalam jumlah banyak hanya untuk makan-makan, marilah kita salurkan untuk bantuan pendidikan bagi yatim piatu, anak-anak tak mampu.

Apabila semua diantara kita mengubah model syukuran dengan cara ini, maka akan banyak anak-anak yang akan memperoleh pendidikan.

Smoga!

Friday, September 11, 2009

Segala sesuatu akan Indah dan tepat pada waktunya

Jalan hidup setiap orang tidak akan pernah ada yang sama
Cita-cita yang telah diimpikan, akan bisa terwujud namun juga bisa sebatas impian saja.
Semua dicapai dengan usaha dan doa
Terkadang seseorang berharap untuk memperoleh sesuatu, yang menurutnya adalah terbaik.
Namun ketika pada kenyataan, berbeda dengan yang diharapkan, sering terjadi rasa kesal, uring-uringan bahkan bisa jadi marah.

Secara manusiawi, wajar bila itu terjadi.
Impian yang selama ini diinginkan, dan telah dibarengi dengan usaha keras juga disertai doa tentunya.
Namun kenyataan jauh dari yang diharapkan.
Apa yang sebenarnya baik menurut pribadi manusia, belum tentu sesuai dengan kehendakNya.

Harusnya kita bisa menerima segala keadaan, karena semuanya tidak terjadi dengan kebetulan.
Bersyukurlah untuk segala keadaan, karena kita tidak pernah tahu hikmat yang ada dari setiap kejadian itu, ketika hal itu terjadi.
Ketika waktu mulai berlalu, biasanya pikiran jernih akan muncul dan menjadi tahu apa sebenarnya makna atau hikmat dari kejadian tersebut. Dan yakinlah bahwa hal itu terjadi pasti akan membawa kebaikan bagi diri kita.

Tuhan Yang Maha Tahu, akan memberikan sesuatu kepada umatnya pada saat yang tepat dan indah pada waktunya. Tinggal bagaimana kita mau untuk mampu memahami setiap kejadian yang merupakan kehendakNya. Dekat dengan Tuhan dan berserah kepadaNya akan membuat kita menjadi orang yang senantiasa bersyukur dan berpikiran positif terhadap setiap kejadian yang menimpa kita.

Smoga

Thursday, September 10, 2009

Belajar pada burung Rajawali

Berbagai macam burung memiliki karakteristik yang sangat berbeda, satu diantaranya yang menarik bagi saya adalah burung rajawali.

Gagah, perkasa dan memiliki sorot mata yang tajam, seakan padangannya dapat langsung mengujam tajam, mampu terbang tinggi, membangun sarang ditempat yang tinggi dan aman, dan dengan cakar yang kuat serta sayap yang lebar menambah kegagahannya.

 

Namun bukan hanya secara fisik saja, ada satu hal yang bisa saya contoh dan bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu rajawali selalu siap menghadapi badai atau angin yang besar dengan mengembangkan sayapnya. Dengan tenang dan pasti, ketika angin badai datang, rajawali selalu siap menghadapinya, ketika sayapnya dikembangkan..... rajawali akan membumbung lebih tinggi, tidak terbawa oleh badai atau angin yang besar.

Sayapnya mengembang seakan dia berkata " kan kuhadapi angin kencang dengan sayapku yang terkembang", kan ku naiki angin kencang untuk membawaku ketempat yang lebih tinggi.

Seandainya angin kencang datang, lalu rajawali menutup sayapnya seperti ketika dia akan menerkam mangsanya...., rajawali pasti terhempas dan hancur di tanah.

Apa yang dapat dipelajari dari rajawali?

 

Ketika badai kehidupan, atau angin ribut yang datang melanda kehidupan kita, contohlah seperti rajawali yang siap dan tenang untuk menghadapi tantangan itu, bukan melarikan diri dengan menutup sayap, tapi buka dan kembangkan sayap agar dapat menyelesaikan tantangan dan menang! Sehingga kita bisa menapak lebih tinggi lagi dalam tataran kehidupan.

 

Mulai dari persoalan yang kecil, meningkat lebih tinggi dan semakin berat maka akan membantu kita untuk melihat permasalahan dari sudut pandang yang lebih baik dan sudut pandang yang semakin tinggi ibarat rentangan sayap rajawali yang mulai membumbung tinggi dalam menghadapi tiupan angin permasalahan.

 

Tantangan kehidupan bukan untuk dihindari, tetapi untuk dihadapi dan dijalani, yang akhirnya akan memberikan manfaat pada kematangan pribadi, terlebih lagi bila selalu meminta pertolongan dari Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Berbagai persoalan yang kita hadapi, akan membuat kita menjadi lebih kuat dan menjadi lebih tekun, lebih berpengharapan akan pertolongan Tuhan.

 

Belajarlah pada burung rajawali.

 

 

 

Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru  seperti  pada burung  rajawali”  Mzm 103 : 5

Wednesday, September 09, 2009

Bekerja itu ........, Belajar

Semua orang akan setuju dengan kalimat “bekerja itu ibadah”, karena memang pada hakekatnya apabila seseorang bekerja dengan sepenuh hati dan mempertanggung jawabkan hasil pekerjaannya bukan hanya sekedar memenuhi kewajiban tetapi merupakan wujud dari rasa syukurnya, pada Yang Maha Kuasa, maka sebenarnya ia sedang beribadah.

Ada kalanya intensitas pekerjaan sangat padat, dan target penyelesaian yang sangat ketat, seringkali akan membuat seseorang merasa beban dan tanggungjawabnya menjadi lebih berat dari yang seharusnya. Berbagai macam tanggapan akan muncul tergantung dari persepsi orang tersebut dalam memaknai pekerjaannya.

Mungkin yang satu akan berpendapat, “rasanya tidak adil, mengapa beban pekerjaan tersebut tidak dibagi dengan yang lain, sementara dari sisi penghasilan tidak berbeda”
Atau mungkin akan muncul pendapat, “Orang yang rajin akan mendapat limpahan kerjaan yang lebih banyak, semakin rajin semakin berat tanggungjawabnya, sementara yang lain bisa menikmati rutinitas dengan datang siang, pulang sore”

Bahkan juga bisa muncul pendapat “Salahnya sendiri mengapa harus rajin bekerja, kalau memang tidak ada pengaruhnya”

Malas, rajin, bertanggungjawab, atau menghindar dari tugas, itu sudah menjadi pilihan masing-masing orang. Karena setiap keputusan yang diambil akan menentukan masa depannya. Pengambilan keputusan yang salah, akan dapat berdampak pada masa yang akan datang.

Memang pada kondisi tertentu, seseorang akan mengalami tambahan pekerjaan yang sebenarnya sudah diluar tanggungjawabnya. Jika seseorang selalu berpikir positif maka tambahan pekerjaan tersebut bukan lagi menjadi beban namun justru akan diambil hikmahnya yaitu adanya kesempatan untuk memperoleh hal baru. Tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama dalam proses “belajar” dalam menangani pekerjaan tersebut.

Secara tidak langsung ia akan “belajar” untuk hal-hal yang sebelumnya tidak pernah ditangani karena lingkup tanggungjawabnya yang terbatas.
Banyak hal yang bisa diperoleh ketika seseorang berpikir positif atas tambahan pekerjaannya, seperti misalnya :
Tambahan pekerjaan secara tidak langsung belajar untuk menerima tambahan tanggungjawab.
Menuntut lebih cerdas dalam menyiasati keterbatasan waktu dan tenaga.
Menuntut flexibililtas, adaptasi dan penguasaan pekerjaan yang lebih baik ketika harus mengkomunikasikan pekerjaan kepada level yang lebih tinggi.
Memperoleh kesempatan untuk “tampil” di forum yang lebih tinggi.
Belajar untukmengambil keputusan dengan cepat dan tepat sejalan dengan resiko yang harus dihadapi.
Dan lebih dari itu adalah bersyukur atas kesempatan dan kepercayaan yang diberikan, karena segala sesuatu selalu ada hikmahnya.

Jadi, tetaplah berpikir positif apabila beban pekerjaan bertambah, karena ketika kita sedang bekerja, sebenarnya saat itu kita sedang belajar.

Semoga kita bisa selalu belajar dalam melaksanakan pekerjaan kita

Tuesday, September 08, 2009

KERJAKAN SEKUAT TENAGA

Ketika seseorang telah menyelesaikan pendidikannya, maka statusnya berubah dari status sebagai mahasiswa, menjadi “pencari kerja” atau pengangguran sementara. Dan betapa berbahagianya manakala datang surat panggilan untuk test dan beruntung bisa diterima  menjadi karyawan atau pegawai.

 

Dimasa awal sebagai karyawan atau pegawai, terasa semangat yang tinggi dan segala tugas atau pekerjaan, semuanya dikerjakan dengan penuh tanggungjawab, karena takut masih dalam masa percobaan bisa dikeluarkan manakan dianggap tidak mampu bekerja. Semangat kerja juga masih tetap tinggi setelah melewati masa percobaan karena menjadi ajang pembuktian diri bahwa nilai hasil kuliah dulu masih harus dipertanggungjawabkan ketika mulai kerja (meskipun sebenarnya tidaklah sepenuhnya relevan).

 

Setelah melewati masa percobaan, dan mampu menunjukkan kinerja yang baik dan selamat menjadi karyawan tetap dan dipandang mampu, mulailah seperti pohon yang tumbuh semakin tinggi, mampu membandingkan diri dengan sekelilingnya. Mulai mampu mengamati lingkungan kerjanya: dari teman seangkatan, atau senior yang cara kerjanya tidak baik tetapi justru memperoleh promosi lebih dulu, atau juga melihat rekan sekerja yang sukanya 805 (masuk jam delapan, kontribusi nol dan selalu pulang jam 5), atau yang hobinya selalu main game di jam kerja, atau mungkin juga rekan kerja yang suka mandiri (main sendiri ke bengkel atau ke mall) ketika atasan tidak ditempat.

 

Kondisi ini jelas tidak menciptakan iklim kerja yang baik, dan bila selalu melihat kepada orang lain dan membandingkan dengan diri sendiri, maka secara perlahan dan pasti, akan berpengaruh negative terhadap karyawan yang memiliki kinerja baik tersebut.  Kemudian timbul perasaan iri manakala ada rekan sekerja yang bisa promosi lebih cepat atau meskipun kerjaan dibawah standar namun bisa mengambil hati atasan justru yang lebih dipercaya.

 

Keinginan untuk selalu membandingkan dengan orang lain, dan tidak pernah melakukan introspeksi terhadap diri sendiri dalam jangka waktu yang lama akan merusak pribadi dan juga karir. Sebaliknya  ketika kondisi lingkungan kerja mulai tidak baik, tetaplah menjaga integritas dan ingat kembali, pada awal masuk kerja, dan sekarang sudah bekerja dapat posisi yang lumayan, tidak perlu membandingkan dengan orang lain, tetapi berskyukurlah atas apa yang Tuhan berikan hingga saat ini.

Jadilah dirimu sendiri yang selalu mensyukuri atas perkerjaan yang telah Tuhan berikan,  bertanggungjawablah atas pekerjaan tersebut bukan hanya kepada manusia, tetapi seolah bertanggungjawab kepada Tuhan yang memberikan rejeki melalui pekerjaan tersebut.

 

Kerjakan semua tugas dengan sekuat tenaga, jangan memikirkan pekerjaan orang lain, tetapi tunjukkanlah kinerja yang baik dan bertanggungjawab, karena pada saatnya semua hasil pekerjaan yang baik dan benar akan dilihat orang dan sekaligus akan menjadi contoh bagi sekeliling kita, hingga akhirnya penghargaan akan datang dengan sendirinya.

 

Jadi, kalau lingkungan kerja tidak kondusif, sementara tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab semakin besar,  lakukanlah pekerjaan itu sekuat tenaga, jangan biarkan lingkungan mempengaruhimu.

 

Just do It !

 

 

Salam

 

Bandung, 6 September  2009

 

”Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu utuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga,.........” Pengkhotbah 9:10

Monday, September 07, 2009

Belajar dari alam

Lilburan keluarga di bulan Agustus 2009 yang lalu di Ujunggenteng, betapa kami sangat menikmati indahnya alam pantai selatan  Jawa Barat.   Ternyata keindahan alamnya melebihi ekspektasi kami karena pemandangan alamnya jauh lebih baik dibandingkan gambaran yang kami dapatkan dari internet. Ada dua hal yang sangat menarik bagi saya yaitu aliran sungai dan debur gelombang yang menuju pantai, seakan  memberikan pelajaran untuk lebih memahami betapa Tuhan Yang Maha Kasih selalu memberi berkah, damai dan sejahtera yang tidak pernah berhenti.

 

Ketika mengunjungi curug Cikaso, kami menikmati aliran sungai yang tenang, air yang  jernih dan rimbunnya dedaunan dari pepohonan yang masih hijau disepanjang aliran sungai Cikaso. Suatu pemandangan yang sangat menyejukkan, ketika mengamati kehidupan ditepi sungai Cikaso mulai dari kegiatan mencari ikan, penambang pasir, hijaunya sawah dan perkebunan disepanjang aliran sungai.

Seolah aliran sungai Cikaso tidak pernah berhenti memberikan air yang memberikan manfaat bagi kehidupan disekitarnya. Hijau pepohonan, sawah yang subur selalu berada dekat dengan aliran sungai, demikian juga bagi manusia yang berada disekitarnya akan memperoleh manfaat dari aliran sungai tersebut.

Sungai menjadi sumber kehidupan bagi pepohonan, tanaman juga manusia yang memanfaatkannya dengan benar. Tidak ada pohon yang mati kekeringan meskipun terjadi kemarau karena aliran air akan selalu menyegarkan dan menyediakan makanan untuk diserapnya. Tiada sawah yang kekeringan karena air selalu mengalir, tiada kesulitan bagi manusia karena air selalu tersedia.

 

Demikian pula halnya dengan kehidupan manusia, jika selalu dekat dengan sumber hidupnya Tuhan Pencipta Alam Semesta, maka manusia akan selalu merasa hidup ini lebih damai dan sejahtera karena selalu bergantung pada Tuhan sebagai sumber hidupnya. Walaupun berbagai masalah menimpa namun akan selalu ada kesejukan yang Tuhan berikan ketika kita selalu dekat dengan Tuhan.

 

Ketika menunggu senja di Pantai Pengumbahan, diatas hamparan pasir putih yang lembut, dan ufuk senja mulai datang, kami amati gelombang pantai yang mulai membesar, bergulung-gulung dan akhirnya pecah dipantai, terasa begitu indahnya warna biru yang diterpa semburat jingga senja, dan menjadi warna putih ketika ombak pecah.

Begitu teratur datang gelombang menuju pantai kemudian pecah, dan hilang menyentuh pasir putih tepian pantai. Kemudian datang lagi, menuju pantai dan disusul gelombang dibelakangnya.

Satu-satu gelombang menuju pantai dan tidak pernah habis selalu datang teratur.

 

Dapatkan kita menghitung banyaknya ombak yang datang kepantai dalam sehari? Dalam sebulan? Dalam setahun? Sepanjang umur hidup kita? Jawabannya adalah tidak mungkin kita bisa menghitung ombak yang setia dan selalu menghampiri pantai.

 

Ketika tahu bahwa kita tidak mungkin menghitung gelombang yang datang menghampiri pantai, serasa diingatkan, bahwa kasih Tuhan yang diwujudkan dalam kehidupan kita baik melalui rejeki, kesehatan dan berbagai kesejahteraan serta rasa hidup yang penuh damai tidak pernah manusia bisa menghitungnya.

Mulai dari tidur ketika mata terpejam, kita tahu bahwa Tuhan menjaga kita sekeluarga, ketika bangun dan menghirup udara pagi,  Tuhan tetap memberikan kehidupan bagi kita dan selama kita ber-aktivitas Tuhan senantiasa menjaga kita.

Dapatkah kita menghitung berkat yang Tuhan berikan bagi kita? Mulai dari oksigen yang diberikan gratis manakala sehat hingga berbagai hal yang Tuhan berikan, kita tidak akan pernah mampu untuk memahami betapa besar kasih Tuhan kepada setiap manusia yang senantiasa bersandar pada Tuhan.

 

Air sungai yang terus mengalir dan gelombang yang setia menuju pantai, mengajarkan keteraturan dan mengingatkan bahwa setiap orang yang selalu mengandalkan Tuhan, akan selalu diberikan kedamaian dan kesejahteraan yang tidak pernah berhenti.

 

Belajarlah kepada alam, karena melalui ciptaanNya, kita akan selalu diingatkan pada Tuhan Yang Maha Kasih.

 

Salam

 

Ujunggenteng 21 Agustus 2009

 

”Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti” (Yesaya 48: 18)