Sunday, October 31, 2010

Wanita Perkasa yang penuh kasih

Setiap mendekati tanggal 22 Desember, yang sering muncul dalam angan maupun pikiran adalah sosok IBU. Semua orang juga setuju karena pada tanggal itu sebagai hari Ibu dan bagi keluarga yang berada akan merayakannya dengan meriah. Suami dan anak akan memberikan yang istimewa bagi ibu dengan memberikan layanan, hadiah dan kesenangan apa yang di-inginkan akan bisa terpenuhi.

Dalam tayangan televisi, berlomba-lomba untuk menayangkan secara khusus acara yang terkait dengan hari ibu, mulai dari keluarga pejabat, hingga testimoni para artis mengenai kasih dan kehidupan mereka tentang ibu mereka. Sangat menarik untuk ditonton karena semuanya menyatakan tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Meskipun kita tidak pernah tahu apakah yang ditayangkan juga menunjukkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari mereka ? Who knows?

Namun dibanyak keluarga di Indonesia, hari Ibu adalah hari-hari yang biasa saja, seperti hari-hari yang telah mereka lalui dengan berbagai persoalan yang selalu harus dihadapi, kesulitan ekonomi, masalah kesehatan bahkan juga sangat mungkin harus membanting tulang untuk mencukupi makan keluarganya untuk hari itu.

Entah mengapa, tiba-tiba terbayang dengan jelas dalam memoriku yang seolah memutar kembali kehidupan keluargaku 37 tahun yang lalu. Di sebuah kota kecil seorang ibu janda dengan sembilan orang anaknya, hidup dengan serba kekurangan. Tanpa keahlian dan tidak ada dukungan ekonomi, harus memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga besarnya.

Ketika pagi masih sepi dan dingin yang menusuk tulang, kulihat ibuku sudah bangun dan memulai aktivitasnya menyalakan tungku kayu, memasak beras ketan dan singkong. Setelah masak lalu ditumbuk untuk dihaluskan, sehingga menjadi seperti adonan untuk dibuat getuk singkong dan ketan untuk digoreng. Selain ibu juga kakakku ikut membantu sebelum berangkat sekolah.

Siang hari ketika pulang sekolah, kulihat ibuku masih sibuk untuk menggoreng pisang, tempe juga getuk singkong yang harus dibawa oleh kakakku perempuan untuk dijual dipasar. Beruntung bila hari cerah dan dagangan bisa habis, maka kami bisa menikmati “keuntungan” untuk membeli beras untuk makan kami hari itu. Namun bila hari hujan, terkadang kakakku pulang dengan sisa dagangan yang cukup banyak. Kami pun bersyukur karena masih ada modal untuk membeli bahan untuk jualan esok hari dan kami masih bisa menikmati sisa dagangan sebagai makan malam kami, karena mungkin ada keluarga yang belum bisa makan pada hari itu.

Ketika malam telah larut, dan aku terbangun kulihat ibuku masih dengan tekun menyiapkan singkong dan beras ketan untuk diolah pagi hari. Disela-sela waktu yang ada kadang aku bermanja dipangkuannya sambil ibuku menggoreng. Kadang ia memintaku untuk belajar dengan baik dan ibuku memiliki kemauan yang keras agar semua anaknya bisa tetap sekolah. Meskipun tahu bahwa biaya sekolah sangatlah memberatkan ekonomi keluargaku. Kami semua anak-anak setuju dengan keinginan ibu, bahkan kakakku yang nomor lima, dengan rela tidur di jok mobil angkutan sebagai penjaga malam, meskipun esok paginya harus sekolah. Seluruh upah yang diperoleh diserahkan semuanya pada ibu untuk menambah modal atau untuk membayar tunggakan uang sekolah kami.

Ketika kami ada yang jatuh sakit, ibu segera membawa kami ke pak mantri kesehatan meskipun tahu biaya untuk berobat sangat menyulitkan kami. Namun kami bersyukur karena pak mantri kesehatan tersebut sekali waktu membebaskan biaya pengobatannya. Di sela-sela pekerjaannya, ibu selalu menyempatkan untuk menengok dalam bilik dan dengan penuh kasih sayang membalur tubuh kami supaya tetap hangat dengan campuran minyak tanah, minyak kelapa dan bawang merah, sambil memanjatkan doa untuk kesembuhan kami.

Kehidupan sehari-hari dijalani ibu dengan penuh ketabahan, tidak mengeluh penuh semangat, tegar menghadapi kehidupan yang berat dan percaya diri untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga besar kami tanpa harus menadahkan tangan kepada saudara kami yang mampu. Ibuku berkata “apabila kita mau berusaha keras, maka kita harus yakin bahwa Tuhan Maha Kasih akan memberikan rejeki bagi setiap umatNya”

Ibuku juga tidak berpendidikan tinggi, hanya sempat sampai kelas 2 Sekolah Rakyat, namun ibu selalu menekankan agar kami tetap sekolah, karena bila seseorang pintar dan mampu sekolah yang tinggi, maka kehidupannya akan dapat berubah. Keinginan ibu untuk mempertahankan kami agar tetap sekolah juga membawa konsekuensi yang berat karena kami harus melunasi uang sekolah manakala mulai menghadapi ulangan umum atau ujian. Kami harus ikut ulangan/ ujian dan ibu terkadang memaksakan diri mengambil hutang kepada pemberi pinjaman dengan bunga yang tinggi, manakala tidak ada lagi barang yang cukup berharga untuk digadaikan.

Sekali waktu ada seseorang diemperan rumah kami, kedinginan karena hujan dan kelihatan kelaparan, maka ibu dengan ringannya memberi makan bahkan terkadang membekali sedikit uang untuk pulang, meskipun tidak tahu asal-usul orang tersebut. Satu hal yang mendalam dalam benak kami, ibu berpesan kalau ada orang yang kekurangan dan memerlukan bantuan, bantulah kalau kita memang bisa membantu. Seperti pepatah sederhana kebanyakan orang Jawa, ibu mengatakan, biarlah ibu membantu orang ibaratnya menanam benih kebaikan dan tidak tahu kapan menuainya. Secara tidak langsung ibu telah menamam benih kasih dalam nurani kami tanpa banyak kata-kata tetapi dalam bentuk yang nyata.

Meskipun tahu bahwa keuntungan menjual makanan tidak seberapa, ibu juga melayani pembeli dengan membayar dibelakang (sistem bon) ketika sudah menerima upah. Namun tidak semua pelanggan itu berperilaku baik, hingga suatukali ada langganan yang dengan sistem bon pergi begitu saja. Ibuku tidak marah bahkan membiarkannya, karena berprinsip nanti Gusti akan memberikan lebih dari yang hilang. Rasanya tidak masuk akal pada masa yang susah bisa memafkan orang yang merugikan, kalau ibuku tidak memiliki rasa kasih, maka hal ini tidak mungkin terjadi.

Hidup yang serba kekurangan kami jalani dengan rasa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Ibuku menjalani kehidupan ini dengan penuh tangis, perjuangan yang tidak mengenal menyerah, penuh pengharapan bersandar pada Tuhan dan mewujudkan kasih dalam keseharian.

Ibu, terima kasih atas didikan kehidupan bagi kami.

Ibu, aku kangen

Ibu, engkau Wanita Perkasa yang penuh kasih bagiku.


Bandung, 26 Januari 2008

Wanita Perkasa yang penuh kasih

Setiap mendekati tanggal 22 Desember, yang sering muncul dalam angan maupun pikiran adalah sosok IBU. Semua orang juga setuju karena pada tanggal itu sebagai hari Ibu dan bagi keluarga yang berada akan merayakannya dengan meriah. Suami dan anak akan memberikan yang istimewa bagi ibu dengan memberikan layanan, hadiah dan kesenangan apa yang di-inginkan akan bisa terpenuhi.

Dalam tayangan televisi, berlomba-lomba untuk menayangkan secara khusus acara yang terkait dengan hari ibu, mulai dari keluarga pejabat, hingga testimoni para artis mengenai kasih dan kehidupan mereka tentang ibu mereka. Sangat menarik untuk ditonton karena semuanya menyatakan tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Meskipun kita tidak pernah tahu apakah yang ditayangkan juga menunjukkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari mereka ? Who knows?

Namun dibanyak keluarga di Indonesia, hari Ibu adalah hari-hari yang biasa saja, seperti hari-hari yang telah mereka lalui dengan berbagai persoalan yang selalu harus dihadapi, kesulitan ekonomi, masalah kesehatan bahkan juga sangat mungkin harus membanting tulang untuk mencukupi makan keluarganya untuk hari itu.

Entah mengapa, tiba-tiba terbayang dengan jelas dalam memoriku yang seolah memutar kembali kehidupan keluargaku 37 tahun yang lalu. Di sebuah kota kecil seorang ibu janda dengan sembilan orang anaknya, hidup dengan serba kekurangan. Tanpa keahlian dan tidak ada dukungan ekonomi, harus memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga besarnya.

Ketika pagi masih sepi dan dingin yang menusuk tulang, kulihat ibuku sudah bangun dan memulai aktivitasnya menyalakan tungku kayu, memasak beras ketan dan singkong. Setelah masak lalu ditumbuk untuk dihaluskan, sehingga menjadi seperti adonan untuk dibuat getuk singkong dan ketan untuk digoreng. Selain ibu juga kakakku ikut membantu sebelum berangkat sekolah.

Siang hari ketika pulang sekolah, kulihat ibuku masih sibuk untuk menggoreng pisang, tempe juga getuk singkong yang harus dibawa oleh kakakku perempuan untuk dijual dipasar. Beruntung bila hari cerah dan dagangan bisa habis, maka kami bisa menikmati “keuntungan” untuk membeli beras untuk makan kami hari itu. Namun bila hari hujan, terkadang kakakku pulang dengan sisa dagangan yang cukup banyak. Kami pun bersyukur karena masih ada modal untuk membeli bahan untuk jualan esok hari dan kami masih bisa menikmati sisa dagangan sebagai makan malam kami, karena mungkin ada keluarga yang belum bisa makan pada hari itu.

Ketika malam telah larut, dan aku terbangun kulihat ibuku masih dengan tekun menyiapkan singkong dan beras ketan untuk diolah pagi hari. Disela-sela waktu yang ada kadang aku bermanja dipangkuannya sambil ibuku menggoreng. Kadang ia memintaku untuk belajar dengan baik dan ibuku memiliki kemauan yang keras agar semua anaknya bisa tetap sekolah. Meskipun tahu bahwa biaya sekolah sangatlah memberatkan ekonomi keluargaku. Kami semua anak-anak setuju dengan keinginan ibu, bahkan kakakku yang nomor lima, dengan rela tidur di jok mobil angkutan sebagai penjaga malam, meskipun esok paginya harus sekolah. Seluruh upah yang diperoleh diserahkan semuanya pada ibu untuk menambah modal atau untuk membayar tunggakan uang sekolah kami.

Ketika kami ada yang jatuh sakit, ibu segera membawa kami ke pak mantri kesehatan meskipun tahu biaya untuk berobat sangat menyulitkan kami. Namun kami bersyukur karena pak mantri kesehatan tersebut sekali waktu membebaskan biaya pengobatannya. Di sela-sela pekerjaannya, ibu selalu menyempatkan untuk menengok dalam bilik dan dengan penuh kasih sayang membalur tubuh kami supaya tetap hangat dengan campuran minyak tanah, minyak kelapa dan bawang merah, sambil memanjatkan doa untuk kesembuhan kami.

Kehidupan sehari-hari dijalani ibu dengan penuh ketabahan, tidak mengeluh penuh semangat, tegar menghadapi kehidupan yang berat dan percaya diri untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga besar kami tanpa harus menadahkan tangan kepada saudara kami yang mampu. Ibuku berkata “apabila kita mau berusaha keras, maka kita harus yakin bahwa Tuhan Maha Kasih akan memberikan rejeki bagi setiap umatNya”

Ibuku juga tidak berpendidikan tinggi, hanya sempat sampai kelas 2 Sekolah Rakyat, namun ibu selalu menekankan agar kami tetap sekolah, karena bila seseorang pintar dan mampu sekolah yang tinggi, maka kehidupannya akan dapat berubah. Keinginan ibu untuk mempertahankan kami agar tetap sekolah juga membawa konsekuensi yang berat karena kami harus melunasi uang sekolah manakala mulai menghadapi ulangan umum atau ujian. Kami harus ikut ulangan/ ujian dan ibu terkadang memaksakan diri mengambil hutang kepada pemberi pinjaman dengan bunga yang tinggi, manakala tidak ada lagi barang yang cukup berharga untuk digadaikan.

Sekali waktu ada seseorang diemperan rumah kami, kedinginan karena hujan dan kelihatan kelaparan, maka ibu dengan ringannya memberi makan bahkan terkadang membekali sedikit uang untuk pulang, meskipun tidak tahu asal-usul orang tersebut. Satu hal yang mendalam dalam benak kami, ibu berpesan kalau ada orang yang kekurangan dan memerlukan bantuan, bantulah kalau kita memang bisa membantu. Seperti pepatah sederhana kebanyakan orang Jawa, ibu mengatakan, biarlah ibu membantu orang ibaratnya menanam benih kebaikan dan tidak tahu kapan menuainya. Secara tidak langsung ibu telah menamam benih kasih dalam nurani kami tanpa banyak kata-kata tetapi dalam bentuk yang nyata.

Meskipun tahu bahwa keuntungan menjual makanan tidak seberapa, ibu juga melayani pembeli dengan membayar dibelakang (sistem bon) ketika sudah menerima upah. Namun tidak semua pelanggan itu berperilaku baik, hingga suatukali ada langganan yang dengan sistem bon pergi begitu saja. Ibuku tidak marah bahkan membiarkannya, karena berprinsip nanti Gusti akan memberikan lebih dari yang hilang. Rasanya tidak masuk akal pada masa yang susah bisa memafkan orang yang merugikan, kalau ibuku tidak memiliki rasa kasih, maka hal ini tidak mungkin terjadi.

Hidup yang serba kekurangan kami jalani dengan rasa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Ibuku menjalani kehidupan ini dengan penuh tangis, perjuangan yang tidak mengenal menyerah, penuh pengharapan bersandar pada Tuhan dan mewujudkan kasih dalam keseharian.

Ibu, terima kasih atas didikan kehidupan bagi kami.

Ibu, aku kangen

Ibu, engkau Wanita Perkasa yang penuh kasih bagiku.


Bandung, 26 Januari 2008

Friday, October 22, 2010

Singkatan Apa Ini?




Akronim seperti ini apakah sudah memenhui kaidah bahasa Indonesia?
Aku bingung... kok panjang banget....
Hayo.... siapa tahu??

Thursday, October 21, 2010

Kesejukan Cibodas




Sekali dayung, dua, tiga pulau terlampaui. Perjalanan kali ini tujuan utama mau jemput ibu yang sudah 2 bulan di bekasi. Sabtu dari Bandung pagi hari bertiga dengan istri dan si bungsu karena mas masuk kuliah. Tak lupa peralatan jeprat-jepret disimpan di bagasi, siapa tahu dapat pemandangan indah.
Setelah mampir di Bendungan Walahar, perjalanan diteruskan ke Lebak Bulus karena dapat kabar mbaku habis pulang dari wonosobo, mampir sejenak di Lebak Bulus.
Sore ke Bekasi njemput Ibu dan bermalam di Bekasi.

Pagi hari mampir ke Cibubur, karena mbak dari Magelang sedang nengok cucu, sekaligus mengantar ibu karena sudah lama nggak pernah ketemu sama cicit.
Jadilah pertemuan empat generasi.

Siang hari balik Bandung, dengan sedikit spekulasi ambil arah puncak dan jika macet balik kanan.

Beruntung hari minggu arah ke puncak relatif lancar, sehingga bisa singgah sebentar di Cibodas.

Sampai di Cibodas sekitar jam 2 siang, dan suasana sudah cukup sepi, maka langsung masuk beserta kendaraan, karena kalau harus jalan kaki rasanya tidak memungkinkan.

Ketika mendekati air terjun, langsung parkir dekat Sakura Garden (sayang bukan saat berbunga), ambil kamera dan 3pot kepingin nyoba low speed, tetapi baru beberapa jepretan gerimis sudah turun..... Ya... sudahlah gpp mungkin lain waktu bisa ekplore lebih banyak di Cibodas.

Silahkan menikmati kesejukan Cibodas... dan jangan lupa saran dan kritiknya..

Matur nuwun.

Bendungan Walahar




Setelah menikmati makan siang dengan menu pepes walahar, kini bergerak menuju bendungan walahar untuk mengambil gambar.
Bendungan ini sudah cukup tua, namun terlihat masih sangat kokoh.
Ditengah bendungan menjadi jalan satu2nya penghubung dan hanya bisa dilewati satu kendaraan roda4.
Monggo .... selamat menikmati. saran dan kritik....sangat saya harapkan...
Tengkyu

Wednesday, October 20, 2010

Pepes Walahar




Telah banyak yang memberikan review tentang pepes walahar, membuat saya penasaran ingin mencoba menu pepes yang dimasak diatas bara kayu api.
Lokasi ini mudah untuk dikunjungi, terutama jika MPers sering melewati jalur tol Cikampek.
Keluar di pintu tol Karawang timur, tanyakan ke petugas tol maka dengan ramahnya akan menunjukkan arah ke pepes walahar.
Keluar arah tol, hingga pertigaan lampu merah, ambil arah ke kanan dan sekitar 1 km akan ada pertigaan cukup besar, dan terpampang papan penunjuk arah Pepes Bp. H Dirja.
Ikuti arah sesuai petunjuk dan kita akan menyusuri pingggir sungai, dan di ujung terdapat bangunan bendungan yang ditengahnya bisa dilalui satu kendaraan roda4 secara bergantian.
Bangunannya sangat kokoh dan dibangun sejak jaman belanda, hingga sekarang masih kokoh.
Di ujung jembatan akan langsun menuju rumah makan Bp. H Dirja.
Tempat makan cukup luas begitu pula untuk tempat parkir, bagian muka disediakan meja2 makan dan kursi, sementara di bagian belakang tersedia banyak saung dan kita bisa menikmati suasana sejuk, dan segarnya suasana pedesaan.

Berbagai pepes disediakan mulai dari pepes jamur, peda, jambal, ikan mas, ayam juga goreng ikan kecil dan udang sungai beserta lalab sambal.
Untuk harga relatif murah .... dan rasanya enak juga.
yang tertarik.... silahkan untuk mencoba dan bonusnya bisa menikmati keindahan bendungan walahar.

terima kasih sudah singgah dan silahkan untuk tulis saja kritik dan sarannya

Thursday, October 14, 2010

RINDU

ketika hujan turun
rindu aku untuk merasakan dinginnya air di tanganku yang menengadah

ketika hujan jatuh dirumput
rindu aku menerawang indahnya kemilau butir embun

ketika rumput dipotong
rindu aku pada oroma rumput hijau

ketika butir-butir embun jatuh di tanah
rindu aku bermain lumpur seperti masa kecilku
rindu aku menjejakkan kaki telanjang dipematang sawah

ketika mentari bersinar
rindu aku melihat secercah sinar yang menembus rumpun bambu

ketika mentari memuncak
rindu aku berteduh dibawah buaian cemara hijau

ketika mentari tenggelam
rindu aku menatap lembayung senja

ketika malam menjelang
rindu aku mendengar simphony katak, kicau burung malam dan derik jangkrik

ketika tengah malam
rindu aku padaMu Yang Maha Kasih,
rindu kupanjatkan dalam doa, syukur untuk hari yang Kau beri.

Tuesday, October 12, 2010

Wanita perkasa yang penuh kasih

Setiap mendekati tanggal 22 Desember, yang sering muncul dalam angan maupun pikiran adalah sosok IBU. Semua orang juga setuju karena pada tanggal itu sebagai hari Ibu dan bagi keluarga yang berada akan merayakannya dengan meriah. Suami dan anak akan memberikan yang istimewa bagi ibu dengan memberikan layanan, hadiah dan kesenangan apa yang di-inginkan akan bisa terpenuhi.

Dalam tayangan televisi, berlomba-lomba untuk menayangkan secara khusus acara yang terkait dengan hari ibu, mulai dari keluarga pejabat, hingga testimoni para artis mengenai kasih dan kehidupan mereka tentang ibu mereka. Sangat menarik untuk ditonton karena semuanya menyatakan tentang kasih sayang ibu kepada anaknya. Meskipun kita tidak pernah tahu apakah yang ditayangkan juga menunjukkan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari mereka ? Who knows?

Namun dibanyak keluarga di Indonesia, hari Ibu adalah hari-hari yang biasa saja, seperti hari-hari yang telah mereka lalui dengan berbagai persoalan yang selalu harus dihadapi, kesulitan ekonomi, masalah kesehatan bahkan juga sangat mungkin harus membanting tulang untuk mencukupi makan keluarganya untuk hari itu.

Entah mengapa, tiba-tiba terbayang dengan jelas dalam memoriku yang seolah memutar kembali kehidupan keluargaku 37 tahun yang lalu.  Di sebuah kota kecil seorang ibu janda dengan sembilan orang anaknya, hidup dengan serba kekurangan. Tanpa keahlian dan tidak ada dukungan ekonomi, harus memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk keluarga besarnya.

Ketika pagi masih sepi dan dingin yang menusuk tulang, kulihat ibuku sudah bangun dan memulai aktivitasnya menyalakan tungku kayu, memasak beras ketan dan singkong. Setelah masak lalu ditumbuk untuk dihaluskan, sehingga menjadi seperti adonan untuk dibuat getuk singkong dan ketan untuk digoreng. Selain ibu juga kakakku ikut membantu sebelum berangkat sekolah.

Siang hari ketika pulang sekolah, kulihat ibuku masih sibuk untuk menggoreng pisang, tempe juga getuk singkong yang harus dibawa oleh kakakku perempuan untuk dijual dipasar. Beruntung bila hari cerah dan dagangan bisa habis, maka kami bisa menikmati “keuntungan” untuk membeli beras untuk makan kami hari itu.  Namun bila hari hujan, terkadang kakakku pulang dengan sisa dagangan yang cukup banyak. Kami pun bersyukur karena masih ada modal untuk membeli bahan untuk jualan esok hari dan kami masih bisa menikmati sisa dagangan sebagai makan malam kami, karena mungkin ada keluarga yang belum bisa makan pada hari itu.

Ketika malam telah larut, dan aku terbangun kulihat ibuku masih dengan tekun menyiapkan singkong dan beras ketan untuk diolah pagi hari. Disela-sela waktu yang ada kadang aku bermanja dipangkuannya sambil ibuku menggoreng. Kadang ia memintaku untuk belajar dengan baik dan ibuku memiliki kemauan yang keras agar semua anaknya bisa tetap sekolah. Meskipun tahu bahwa biaya sekolah sangatlah memberatkan ekonomi keluargaku. Kami semua anak-anak setuju dengan keinginan ibu, bahkan kakakku yang nomor lima, dengan rela tidur di jok mobil angkutan sebagai penjaga malam, meskipun esok paginya harus sekolah. Seluruh upah yang diperoleh diserahkan semuanya pada ibu untuk menambah modal atau untuk membayar tunggakan uang sekolah kami.

Ketika kami ada yang jatuh sakit, ibu segera membawa kami ke pak mantri kesehatan meskipun tahu biaya untuk berobat sangat menyulitkan kami. Namun kami bersyukur karena pak mantri kesehatan tersebut sekali waktu membebaskan biaya pengobatannya. Di sela-sela pekerjaannya, ibu selalu menyempatkan untuk menengok dalam bilik dan dengan penuh kasih sayang membalur tubuh kami supaya tetap hangat dengan campuran minyak tanah, minyak kelapa dan bawang merah, sambil memanjatkan doa untuk kesembuhan kami.

Kehidupan sehari-hari dijalani ibu dengan penuh ketabahan, tidak mengeluh penuh semangat, tegar menghadapi kehidupan yang berat dan percaya diri untuk berusaha memenuhi kebutuhan keluarga besar kami tanpa harus menadahkan tangan kepada saudara kami yang mampu. Ibuku berkata “apabila kita mau berusaha keras, maka kita harus yakin bahwa Tuhan Maha Kasih akan memberikan rejeki bagi setiap umatNya”

Ibuku juga tidak berpendidikan tinggi, hanya sempat sampai kelas 2 Sekolah Rakyat, namun ibu selalu menekankan agar kami tetap sekolah, karena bila seseorang pintar dan mampu sekolah yang tinggi, maka kehidupannya akan dapat berubah.  Keinginan ibu untuk mempertahankan kami agar tetap sekolah juga membawa konsekuensi yang berat karena kami harus melunasi uang sekolah manakala mulai menghadapi ulangan umum atau ujian. Kami harus ikut ulangan/ ujian dan ibu terkadang memaksakan diri mengambil hutang kepada pemberi pinjaman dengan bunga yang tinggi, manakala tidak ada lagi barang yang cukup berharga untuk digadaikan.

Sekali waktu ada seseorang diemperan rumah kami, kedinginan karena hujan dan kelihatan kelaparan, maka ibu dengan ringannya memberi makan bahkan terkadang membekali sedikit uang untuk pulang, meskipun tidak tahu asal-usul orang tersebut. Satu hal yang mendalam dalam benak kami, ibu berpesan kalau ada orang yang kekurangan dan memerlukan bantuan, bantulah kalau kita memang bisa membantu. Seperti pepatah sederhana kebanyakan orang Jawa, ibu mengatakan, biarlah ibu membantu orang ibaratnya menanam benih kebaikan dan tidak tahu kapan menuainya. Secara tidak langsung ibu telah menamam benih kasih dalam nurani kami tanpa banyak kata-kata tetapi dalam bentuk yang nyata.

Meskipun tahu bahwa keuntungan menjual makanan tidak seberapa, ibu juga melayani pembeli dengan membayar dibelakang (sistem bon) ketika sudah menerima upah. Namun tidak semua pelanggan itu berperilaku baik, hingga suatukali ada langganan yang dengan sistem bon pergi begitu saja. Ibuku tidak marah bahkan membiarkannya, karena berprinsip nanti Gusti akan memberikan lebih dari yang hilang. Rasanya tidak masuk akal pada masa yang susah bisa memafkan orang yang merugikan, kalau ibuku tidak memiliki rasa kasih, maka hal ini tidak mungkin terjadi.

Hidup yang serba kekurangan kami jalani dengan rasa pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Ibuku menjalani kehidupan ini dengan penuh tangis, perjuangan yang tidak mengenal menyerah, penuh pengharapan bersandar pada Tuhan dan mewujudkan kasih dalam keseharian.

Ibu, terima kasih atas didikan kehidupan bagi kami.

Ibu, aku kangen

Ibu, engkau Wanita Perkasa yang penuh kasih bagiku.

 Bandung,  26 Januari 2008

Monday, October 11, 2010

Sepeda Motor


Jika ditanya, kendaraan apa yang paling banyak ditemui di jalan raya saat ini? Hampir dapat dipastikan jawabannya adalah “sepeda Motor”.
Kali ini saya tidak membicarakan sepeda motor sebagai raja jalanan, tetapi mencoba memahami dan belajar, mengapa banyak orang memilih sepeda motor sebagai alat transportasi.

Banyak orang merasa heran ketika mengetahui saya tidak bisa mengendarai sepeda maupun sepeda motor. Bagi banyak orang persoalan naik sepeda adalah masalah sepele, demikian pula dengan mengendarai sepeda motor hampir semua orang bisa mengendari sepeda motor. Ketidakmampuan saya untuk naik sepeda berawal dari masa kecil saya dari keluarga yang tidak mampu dan sepeda merupakan barang yang mewah bagi kami sehingga tidak mungkin untuk terbeli. Sehingga sampai masa remajapun saya tidak pernah mampu untuk naik sepeda, dan akhirnya juga tidak mampu untuk mengendarai sepeda motor.

Saya mencoba untuk memahami mengapa banyak orang memilih sepeda motor untuk alat transportasi, maka saya memutuskan untuk mencoba naik sepeda motor membonceng keponakan dari Yogyakarta ke Wonosobo dengan jarak hampir 100 km. Ini merupakan rekor bagi saya mbonceng sepeda motor terjauh yang pernah saya lakukan.
Kebetulan ketika saya berangkat ke Yogyakarta membawa jaket kulit yang cukup tebal, sehingga dapat melindungi saya dari terpaan angina yang bisa membuat saya masuk angin.
Helm standar sudah disiapkan keponakan dan saya pakai untuk keselamatan saya, serta memenuhi aturan lalu lintas bahwa pengendara dan penumpang sepeda motor wajib menggunakan helm standar.

Perjalanan Yogyakarta ditempuh melalui rute Yogyakarta – Muntilan – Watucongol – Mendut – Borobudur – Salaman – Slento – Sapuran – Kretek dan berakhir di Wonosobo dengan lama perjalan sekitar 2 jam, termasuk isi bensin dan makan pecel.

Ketika sudah melewati Borobudur, keponakan saya singgah di SPBU dan mengisi bensin Rp.10.000,- (sepuluh ribu) untuk memenuhi tangki bensinya. Ketika sampai di Wonosobo, indicator bensin masih sekitar ¼ ukuran.
Boleh dikatakan, hanya dengan biaya Rp. 10.000,- kami berdua sudah sampai di Wonosobo, dan bila dibandingkan dengan bus umum, kami harus mengeluarkan biaya lebih dari Rp. 60.000,- dan dengan waktu tempuh lebih dari 3 Jam. Bila dibandingkan dengan travel, kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 100.000,- dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Jika sewa taksi, maka kami harus mengeluarkan biaya sekitar Rp. 350.000,-

Ketika kami ingin makan siang sesuai dengan keinginan kami, maka dengan mudah sepeda motor langsung berhenti ditempat yang kami tuju tanpa mengalami kesulitan, dan sembari menikmati makan siang, kami bisa melepas penat sesaat sebelum melanjutkan perjalanan.

Dari segi kepraktisan, rasanya sepeda motor lebih praktis dibandingkan dengan dengan naik kendaraan umum, karena dari rumah harus ke terminal bus, naik angkutan kota, turun diterminal ganti bus jurusan semarang, kemudian turun di Magelang untuk ganti jurusan Magelang Wonosobo. Sampai di Wonosobo harus ganti angkutan kota dari terminal bus sampai ke terminal angkutan kota, dan masih jalan kai sekitar 200 meter untuk sampai ke rumah di wonosobo.

Pengalaman naik sepeda motor dari Yogyakarta ke Wonosobo memberikan pelajaran bagi saya antara lain :
1. Berkendaraan dengan sepeda motor lebih efisien baik dari segi biaya maupun waktu tempuh karena bisa memilih jalur alternatif yang paling cepat.
2. Flexibilitas bagi pengendara untuk berhenti atapun melanjutkan perjalanan sesuai dengan kemampuan.
3. Tidak terlalu report gonta ganti kendaraan umum.

Menganalogikan perjalanan dari Yogyakarta ke Wonosobo dengan kegiatan tranportasi harian menggunakan sepeda motor, memberikan pelajaran bagi saya bahwa :
1. Sebagian besar keluarga di Indonesia memiliki kemampuan ekonomi dalam golongan menengah kebawah, dan sebagian besar letak perumahan jauh dari kota maka saya berpendapat bahwa sepeda motor lebih efisien baik dari segi biaya maupun waktu tempuh karena bisa memilih jalur alternatif yang paling cepat.
Mari kita coba menghitung berapa biaya transportasi harian untuk satu keluarga baru yang hidup di satu komplek perumahan yang tidak dillalui langsung oleh angkutan umum.
Ongkos becak untuk pulang pergi dari rumah ke jalan raya?
Ongkos angkutan kota atau bus ketempat kerja? Belum lagi kalau lokasi kerja harus ditempuh dengan dua kali kendaraan umum.
Mungkin biaya transportasi ini menjadi porsi yang cukup dominan mengkonsumsi gaji bulanan, dan biaya transportasi ini hilang begitu saja.
Jadi daripada uang terbuang percuma, akan lebih baik bila digunakan untuk angsuran sepeda motor dan akhirnya dapat memilikinya. Motif ekonomi menjadi hal yang penting mengapa sepeda motor sangat banyak dijalan raya saat ini.

2. Flexibilitas bagi pengendara untuk berhenti atapun melanjutkan perjalanan sesuai dengan kemampuan.
Dengan memilki sepeda motor, memungkinkan pengendara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saat pulang kantor singgah di warung, atau swalayan tanpa harus mengeluarkan waktu ekstra ataupun biaya tambahan.

3. Tidak terlalu report gonta ganti kendaraan umum karena seberapa jauh selama masih dapat ditempuh dengan sepeda motor maka waktu yang ditempuh lebih cepat.

4. Jalan macet, bukan kendala bagi sepeda motor karena menurut pengamatan saya, seakan sepeda motor mudah mencair ketika terjadi kemacetan dengan kemampuan melalui celah diantara mobil pribadi atau angkutan umum sehingga tetap berjalan lancar.

5. Ketika musim mudik tiba, tidak perlu repot antri tiket (kereta atau bus malam) untuk perjalanan pulang , dan lebih hemat lagi karena harga tiket biasanya mahal dan sangat tergantung waktunya.

6. Tambah lapangan pekerjaan, mulai dari bengkel sepeda motor, tambal ban, penjual perlengkapan sepeda motor, juga penjual bensin eceran, tukang ojek. Jangan lupa, masih ada pajak sepeda motor lho..

Jadi, menurut saya, jangan hanya memandang sisi negatif dari cara pengendara sepeda motor dijalanan, tetapi lihat sisi positif yang banyak dinikmati oleh para pemilik sepeda motor dan ternyata sangat mampu memberikan Multiplier efek yang sangat dahsyat yang mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi negeri ini.

Bandung, 13 Mei 2009.

Budaya Instant

Budaya Instant

Perkembangan teknologi yang sangat cepat dan menyentuh semua aspek kehidupan, secara umum berdampak positif terhadap peningkatan kualitas kehidupan karena dukungan teknologi memungkinkan seseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dengan lebih cepat dan lebih akurat. Termasuk juga dalam hal dukungan teknologi bagi perkembangan ilmu kesehatan, yang dapat membantu untuk memudahkan diagnosa suatu penyakit atau memonitor perkembangan janin dengan sangat akurat.

Namun ada juga sisi negatif yang muncul dari perkembangan teknologi yang berdampak pada perubahan budaya, karena seringkali bantuan teknologi tersebut dimanfaatkan oleh seseorang untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya dengan cara yang singkat tanpa harus memperhatikan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat.

Kejahatan untuk memperkaya diri sendiri dapat melalui dukungan teknologi informasi, hal ini sudah banyak terjadi dan ketika orang ingin memiliki sesuatu dengan cepat maka teknologi informasi disalahgunakan menjadi alat untuk memperkaya diri salah satu kejahatan kartu kredit yang terbesar didunia adalah di Indonesia,
Kasus kartu kredit ini berdampak negatif bagi bangsa Indonesia karena tingkat kredibilitas para penggunaan kartu kredit menjadi semakin memburuk.

Ketika tingkat keberhasilan seseorang diukur dalam bentuk materi, kedudukan dan ketenaran yang semuanya itu bersifat hedonisme, maka secara perlahan dan pasti, generasi muda sekarang juga terpengaruh dengan pola hidup yang hedonisme bahkan mungkin sudah banyak yang terjerat dengan cara hidup seperti ini. Impian keberhasilan dan ketenaran semakin menyelimuti banyak anak muda, mulai dari ingin tenar dengan cepat maka muncullah segala macam festival/ kontes menuju ketenaran dalam sekejap. Orang berbondong-bondong mengantri untuk pendaftaran, kemudian rela mengorbankan waktu, tenaga juga biaya untuk mengikuti audisi, dan ketika masuk final, lebih banyak lagi biaya yang dikeluarkan untuk mendukung kemenangan melalui SMS. Akhirnya, seberapa banyak orang yang berhasil melalui kontes dan festifal itu? Siapa yang untung? Siapa yang buntung?
Penyelenggara akan mengeruk keuntungan yang besar, termasuk provider SMS, sementara banyak keluarga yang akhirnya terjerat hutang karena impian kemenangan dan ketenaran yang akan diraih secara instan hilang dalam hitungan detik.

Bagaimana dengan pola hidup masyarakat sekarang? Pola hidup yang sehat diawali dengan mengkonsumsi makanan yang sehat, namun kenyataan sekarang banyak orang yang menginginkan serba instan dalam dalam mengkonsumsi makanan. Dengan alasan sibuk tidak ada waktu sehingga tidak sempat untuk menyiapkan makanan sehat, atau cari mudahnya saja, banyak orang tua mengajak anak-anak makan bersama di gerai siap saji. Seberapa banyak gerai makanan siap saji di kota anda, maka semakin banyak jumlah gerai makanan siap saji itu semakin menurun tingkat kesehatan masyarakat setempat. Bahan makanan yang berasal dari peternakan yang menggunakan hormon pertumbuhan memungkinkan hasil ternak dapat lebih cepat untuk dijual, dan keuntungan tentu akan diperoleh bagi peternak juga gerai makanan siap saji, seolah para konsumen diuntungkan karena dapat menyantap makanan dengan cepat dan mudah diperoleh dibanyak tempat, namun sebenarnya konsumen yang setia menyantap makanan tersebut sedang menabung penyakit juga meningkatnya hormon pertumbuhan bagi anak-anak kita. Secara jujur dapatkah kita mengatakan bahwa jenis makanan siap saji (instan) seperti ini dapat menurunkan tingkat kualitas kesehatan?

Lebih parah lagi, banyak orang tua yang menyiapkan makan pagi untuk anak-anak dengan membeli satu kardus mie instan dengan alasan mudah dan cepat disajikan. Adakah pembaca yang belum pernah menyantap mie instan? Jika belum pernah, berbahagialah dan usahakanlah tidak menyantapnya.
Berbagai jenis makanan instan dengan mudah dapat diperoleh di warung atau supermarket mulai dari mie instan, sop instan, bubur instan, nasi goreng instan juga tersedia berbagai jenis makanan kaleng yang dapat dimasak secara instan.
Dapatkan makanan jenis instan memenuhi kebutuhan gizi seseorang secara layak? Jelas tidak, bahkan bisa dikatakan hanya untuk memenuhi rasa lapar saja dan selanjutnya menabung berbagai zat yang berbahaya bagi tubuh kita apabila dikonsumsi secara rutin dan jangka panjang.

Apakah budaya instan juga sudah mencemari dunia pendidikan? Jawabannya ya, dan sudah mulai mencengkeram erat dalam dunia pendidikan.
Nilai yang diajarkan dalam dunia pendidikan kita bukan lagi nilai kehidupan yang hakiki, tetapi nilai ukuran berhasil tidaknya memenuhi standar.
Kalau dari segi kesehatan berkorelasi dengan banyaknya gerai siap saji, maka dunia pendidikan yang berkualitas berkorelasi negatif dengan menjamurnya Bimbingan Belajar. Semakin banyak tempat Bimbingan Belajar, maka keberhasilan yang akan dicapai lebih banyak pada pemenuhan nilai standar, bukan lagi nilai-nilai kehidupan yang hakiki.
Solusi untuk keberhasilan Ujian Nasional, masuk perguruan tinggi, dengan metode mengerjakan soal dengan cepat dan tepat diajarkan dalam Bimbingan Belajar.
Bagaimana dengan mahasiswa? Tidak jauh berbeda karena bekal belajar yang instan sudah mulai merasuk ketika menjelang akhir di SD, kemudian diakhir SMP juga diakhir SMA, maka ketika menjadi mahasiswa bibit belajar instan sudah mulai tumbuh dan menjadi pohon belajar instan. Sistem SKS menjadi plesetan dan menjadi sesuatu yang benar, karena banyak mahasiswa terlalu santai dalam belajar dan sibuk ketika menjelang ujian semester.
Lebih parah lagi, ketika menyusun tugas akhir, lebih banyak mencari referensi Skripsi yang sejenis dengan topik yang akan diajukan ke dosen pembimbing, bukan mencari referensi ilmu yang harus mendasari dalam penyusunan skripsinya.


Setelah lulus secara instan, dan dengan bekal yang minim, mulai mencari pekerjaan dengan bantuan sanak saudara untuk memperoleh koneksi. Ini cara instan untuk memperoleh pekerjaan, bukan pada usaha yang mandiri.
Dengan koneksi dan sedikit uang pelicin, maka ketika bekerja juga muncul buah-buah dari budaya instan, yaitu bagaimana memperoleh karir yang tinggi dengan cara yang cepat. Karir yang tinggi tidak mungkin dapat diperoleh secara cepat apabila seseorang tidak memiliki keunggulan yang istimewa dibandingkan teman sekerja lainnya. Namun kondisi sekarang sudah banyak pimpinan perusahaan ataupun eksekutif muda yang memiliki karir instan, dan memperoleh banyak keuntungan bagi dirinya, namun tidak demikian dengan perusahaan atau instansi yang dipimpinnya, karena keberhasilan yang diperoleh adalah singkat dan tidak berkelanjutan. Keberhasilan ini identik dengan ukuran yang ada saat ini yaitu kedudukan dan kekayaan yang berlimpah, meskipun kekayaan itu tidak membawa berkah. Pola karir instan ini, tidak ubahnya seperti perilaku katak yang memerlukan pijakan untuk dapat meloncat yang lebih tinggi. Mengorbankan orang lain atau anak buah untuk memperoleh prestasi yang tinggi, menginjak kemampuan orang lain untuk menonjolkan dirinya.

Jika banyak karyawan/ pegawai yang berperilaku seperti ini, maka dalam waktu sekejap perusahaan akan terlihat berkembang bila dilihat sepintas dari sisi laporan keuangannya. Perusahaan besar banyak yang memanipulasi angka-angka sehingga terlihat sangat bagus kinerjanya, meskipun sebenarnya pondasi bisnis berdiri diatas pasir bukan diatas beton atau batu, sementara tiang utamanya bersandar pada pimpinan instan sehingga dengan mudahnya perusahaan tersebut bangkrut dan para pemimpinnya kabur membawa keuntungan sendiri.

Jika mulai dari hal yang terkecil dalam sisi kehidupan masyarakat dimulai dari yang serba instan, bukan suatu hal yang mustahil, ketika kehidupan religinya juga bersifat instan. Supaya dilihat atasan, maka secara menyolok akan melakukan ritual agamanya, bukan pada keyakinan melakukan hal tersebut. Supaya dapat pujian masyarakat maka pada saat memberikan bantuan bencana dipublikasi besar-besaran.
Mungkin saat ini juga sudah banyak yang melakukan doa instan, nggak perlu berjamaah di masjid, nggak perlu datang kegereja atau tempat ibadah lainnya, karena doanya disampaikan secara instan, langsung minta pada Tuhan, dan berharap semua permintaannya dipenuhi dalam sekejap.

Betapa parahnya jika bidaya instan sudah mendarah daging dalam bangsa ini, jangan berharap banyak untuk terjadi perubahan budaya bangsa ini bila tidak dimulai dari diri kita sendiri.

Bandung, 28 Mei 2009

Belajar Makro2an




Ternyata akar anggrek yang menempel di pohon mangga, cukup menarik dijadikan obyek untuk belajar makro2an.
Juga kupu2 yang sedang hinggap saya coba jepret, jamur di sisa pokok batang pohon, tidak terlepas menjadi obyek.
Beralih ke rumpun bambu hias, butir buah hijau dan merah jadi obyek juga.
Tomat hijau dan pucuk daun merah menjadi pilihan akhir.

Silahkan dinikmati dan juga kritikan, maupun komentarnya....,
saya ucapken tengkyu sudah mampir.

Berpelukan

Jika kita masih punya anak kecil atau adik kecil yang senang nonton TV acara Teletubis, sering ada adegan berpelukan antara tingky, winky, pooh dan lala. Setelah berpelukan dilanjutkan loncat-loncat dan tawa riang. Jika hanya dilihat sebagai hiburan anak-anak, maka adegan berpelukan itu hanya sekedar ritual dan tidak ada maknanya, bahkan seringkali menjadi bahan bercanda dengan kata-kata : “berpelukan….”

Jika pembaca ditanya “ seberapa sering saudara memeluk suami/istri/anak saudara?”
Jika jawabannya sering, berapa kali dalam sehari berpelukan?
Jika lebih dari satu kali, pada waktu kapan paling nyaman dilakukan? Pagi hari, siang hari atau malam hari?
Jika jawabannya tidak pernah berpelukan, cobalah setelah selesai membaca tulisan ini untuk memulai memeluk istri/suami/ anak.
Tentunya jangan sampai salah sasaran dalam berpelukan .... he...he...he..
Atau pernahkan saudara mengucapkan ” Peluk aku dong?” baik kepada pasangan maupun pada anak saudara?
Atau mungkin malu untuk mengucapkan kalimat itu?

Bagi kami sekeluarga, rasanya sudah seperti resep makan obat saja, pagi hari bangun tidur, dan ketika anak mau berangkat sekolah/ kerja, juga malam hari sepulang kerja dan berangkat tidur. Bahkan Abi putriku, hampir setiap hari minta diselimuti dan dipeluk sebelum tidur.
Terlebih lagi apabila ada kegiatan diluar kota hingga tidak bertemu beberapa hari, maka anak2 dan istriku akan langsung memeluk ketika saya menginjak rumah.
Perasaanku menjadi semakin lega ketika memeluk mereka.

Mungkin akan timbul pertanyaan, apa sih manfaatnya dengan berpelukan?
Jawabannya adalah banyak manfaat yang diperoleh dari berpelukan.
Berpelukan bisa mencerminkan wujud kasih sayang kepada pasangannya, bisa juga mewujudkan rasa kasih kepada anak2.
Berpelukan bisa juga mengurangi rasa kegelisahan, bahkan juga bisa mengurangi rasa stress.
Manfaat berpelukan lebih detil silahkan lihat di sini pada situs ini http://forum.detik.com/showthread.php?t=932)

Satu hal yang ingin saya sharingkan ke rekans, khususnya yang mempunyai anak kecil yang sering marah2 karena berbagai kondisi, seperti kesulitan untuk belajar, kesulitan untuk menyampaikan pendapatanya, ingin selalu menang sendiri sehingga muncul ketegangan dan berakhir dengan kemarahan yang mungkin bisa membahayakan diri pada anak kecil itu.
Munculnya kemarahan ini diakibatkan tegangnya saraf pada anak2 karena keinginannya tidak bisa dipenuhi ataupun tidak bisa menyampaikan keinginannya secara jelas.

Dalam kondisi seperti ini, ada sebagian orang tua yang sabar menghadapi anak yang mudah marah, namun ada juga yang tidak sabar bahkan ikut marah-marah.
Cobalah bersabar dan peluklah anak itu dengan lembut dan usaplah punggungnya dengan lembut dan teratur, maka emosi anak tersebut akan mereda karena pelukan dan usapan lembut dipunggungnya akan membuat anak itu merasa tetap disayangi dan ketegangan sepanjang punggung akan berkurang dan yang muncul rasa nyaman.
Pelukan yang lembut dan usapan lembut dipunggung merupakan salah satu cara relaksasi bagi anak yang dipeluk, selain itu bagi orang tua akan lebih sabar dan lebih sayang.

Akan lebih baik lagi apabila menjelang tidur, peluklah anak kita kemudian suruh berbaring tertelungkup dan usaplah punggungnya sambil diajak bicara atau cerita maka ia akan merasa nyaman dan segera tidur nyenyak.

Secara perlahan dan pasti, akan terjadi perubahan yang mencengangkan karena sifat anak yang pemarah itu berubah total, menjadi semakin manis dan lebih pengertian terhadap kondisi lingkungan dan prestasi bejalarpun membaik.

Jika anak atau adik kecilmu mudah marah, cobalah untuk dipeluk dan usaplah punggungnya secara lembut, pasti akan terjadi perubahan, karena saya telah membuktikan.

Ayooo, budayakan berpelukan dalam keluarga kita.

Salam Teletubis........., berpelukan!

Ketika Sakit Tiba

Beberapa minggu yang lalu, kami berkunjung ke beberapa kenalan kami yang sudah lanjut usia sedang menjalani perawatan di rumah sakit maupun yang baru pulang dari rumah sakit. Meskipun kunjungan itu hanya sebentar namun sangat berarti bagi mereka juga bagi kami karena ada jalinan silaturahmi juga saling menguatkan dan doa untuk kesembuhan mereka.

Semua orang ingin tetap sehat dan dapat menjalankan semua aktivitasnya dengan baik dan lancar, namun terkadang ketika semuanya lancar dan kondisi kesehatan prima, seringkali membuat seseorang lupa betapa berharganya nilai kesehatannya. Hingga lupa waktu untuk beristirahat ataupun meluangkan waktu untuk berolahraga agar badan tetap sehat. Ujung-ujungnya adalah terkurasnya tenaga dan pikiran untuk mencapai target tersebut dan jatuh sakit karena keletihan yang sudah menggunung.

Akhirnya sadar, setelah sakit menimpa dan mengharuskan untuk istirahat total dalam jangka waktu tertentu. Masih beruntung apabila ternyata sakitnya hanya karena kelelahan, sehingga dengan istirahat maka kondisi badan akan menjadi kembali lebih baik. Namun ada kalanya sakit tersebut berujung pada sakit yang permanent seperti stroke, yang berakibat pada kelumpuhan sehingga tidak bisa bisa sembuh seperti sediakala.

Sehat dan sakit bagi seseorang tentunya bisa terjadi kapan saja, dan semuanya membawa hikmat bila kita mampu memahami betapa Tuhan Yang Maha Kasih selalu menyertai kita dikala sehat maupun di kala sakit. Bersyukur untuk segala kondisi yang kita terima karena semuanya membawa kebaikan buat kita.
Memang seringkali ketika sakit tiba, akan membuat banyak orang merasakan sebagai penderitaan karena secara ekonomi akan mengeluarkan banyak biaya untuk proses perawatan dan penyembuhan, selain itu juga membawa kesedihan bagi keluarga dekatnya.

Namun dibalik penderitaan itu, ada juga hikmah yang diperoleh bagi sipenderita maupun bagi keluarga. Berbagai macam hikmah bisa tumbuh ketika sakit tiba seperti hal sebagai berikut :
• Ketika seorang ibu yang sudah renta harus dirawat dirumah sakit, akhirnya bisa mengumpulkan semua anak2nya yang selama ini kurang begitu rukun karena masing-masing punya pendirian yang sangat berbeda, namun tegur sapa juga pengertian kembali terjalin manakala bisa berkumpul dan menghadapi persoalan yang sama, yaitu bagaimana supaya ibu cepat sehat kembali.
• Pertemuan antar keluarga yang selama ini jarang terjadi karena masing-masing anggota mempunyai kesibukan sendiri, bisa terjalin kembali manakala ada anggota keluarga ada yang terbaring di rumahsakit.
• Ketika terbaring di tempat tidur dan tidak bisa beraktivitas, memungkinkan adanya perenungan diri tanpa terganggu rutinitas, terasa lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Pemurah. Berdoa, memuji Tuhan dengan sepenuh hati dan lebih memaknai arti kehidupan.
• Ketika sakit, kita mulai sadar akan banyaknya potensi berkurangnya kesehatan karena berbagai hal yang disebabkan pola hidup yang tidak sehat, maka timbul semangat untuk merubah pola hidup menjadi pola hidup sehat.

Jadi, ketika kita sedang sehat, bersyukurlah untuk kesehatan yang Tuhan berikan buat kita serta jangan lupa untuk menjaga kesehatan tersebut. Sebaliknya ketika sedang sakit, bersyukurlah karena Tuhan memberi kesempatan kita untuk beristirahat juga mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha kasih.

Ternyata hal ini juga terjadi pada keluargaku, 8 hari putriku harus terbaring dirumah sakit karena DB, dan kami jalani semuanya dengan rasa pasrah dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Puji Tuhan putriku sudah kembali sehat, dan selama berbaring di rumah sakit, kami sekeluarga selalu ngumpul bareng.

Jadi, bersyukurlah senantiasa dalam sehat maupun dalam sakit, karena Tuhan Yang Maha Kasih selalu melindungi kita dan memberikan yang terbaik buat kita sesuai dengan kehendak-Nya.

Salam Sehat.


3 Maret 09

Sunday, October 10, 2010

Pernikahan

Hampir setiap pasangan yang sudah berpacaran lama dan serius menjalin hubungan, mengharapkan dapat melangkah ke jenjang pernikahan. Seolah masa pacaran akan segera berakhir diganti menjadi hubungan sebagai suami dan istri. Ketika pernikahan di tetapkan, mereka saling berjanji untuk saling setia dan mengasihi baik dalam suka maupun duka.
Impian yang selalu indah pada masa pacaran, mungkin tidak sepenuhnya dapat menjadi kenyataan, karena semasa pacaran lebih banyak kebaikan dan kelebihan calon pasangannya yang diketahui, sementara setelah bersatu dalam keluarga, semakin banyak mengetahui sikap yang membuat kesal dan berbagai kekurangan yang ada. Perbedaan sudut pandang dalam menghadapi persoalan maupun kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang sangat bertolak belakang, semakin mewarnai kehidupan dalam rumah tangga. Sebagai contoh, sang suami sangat menikmati hari liburnya di rumah dengan semaunya, seperti membaca surat kabar pagi hari ditemani secangkir kopi dan kaki naik diatas meja, sementara lembar-lembar yang lain berserakan dilantai. Bila sang istri mempunyai kebiasaan yang serba teratur, mungkin tidak bisa menerima kondisi seperti ini.
Apabila bersikukuh dengan perasaan dan kemauan masing-masing, maka mulai muncul persoalan yang sebenarnya sepele tetapi dapat menjadi masalah yang besar. Namun sebaliknya, jika masing-masing memahami bahwa dalam berkeluarga, sebenarnya dapat menjadi keluarga yang baik bila memahami akan kekurangan dan kelebihan pasangannya karena akan saling menguatkan satu sama lainnya.
Perkawinan ibarat menyatukan dua buah meja menjadi satu meja yang lebih besar atau lebih panjang. Tidak mungkin terbangun satu meja yang sempurna kalau dua meja hanya diimpitkan saja, teapi harus ada pengorbanan untuk menghilangkan sepasang kaki meja agar dapt disatukan menjadi satu meja yang panjang dengan empat kaki meja. Kehilangan sepasang kaki meja itu dapat dibaratkan pengorbanan dari masing-masing pasangan agar tetap menjadi satu meja yang lebih besar dan utuh.
Pernikahan bukan menjadi tujuan akhir dari masa pacaran, karena setelah melalui pernikahan, sebenarnya merupakan awal pondasi untuk membangun kehidupan berkeluarga. Ibaratnya setelah menikah memulai untuk menyusun satu-persatu “batu bata kasih” untuk membangun rumah tangga yang penuh kasih. Perlu kesabaran, ketekunan, saling percaya saling mengasihi, saling mambantu dan lebih dari itu, selalu ada tempat untuk memaafkan.
Seperti ibarat bangunan, kekuatan utama adalah pada pondasi dasarnya, semakin kuat dan besar pondasi bangunan maka, bangunan yang berdiri diatasnya akan tetap berdiri kokoh apabila menghadapi berbagai cuaca yang sering berubah, bahkan sekalipun angin badai yang menerjang bangunan itu. Kesetiaan dan kepercayaan kepada pasangannya menjadi pondasi yang kuat dalam berumah tangga. Semakin hari akan dapat membangun kehidupan penuh kasih dan sayang diantara mereka, terlebih lagi bila sudah mendapat karunia dari Tuhan Yang Maha Kasih, dalam diri anak-anak mereka.
Ketika penulis menghadiri undangan syukuran dan perayaan ulang tahun perkawinan yang ke 25 tahun, ada satu hal yang menarik untuk menjadi contoh, yaitu ketika Pastur menanyakan satu kalimat “Pernahkan terpikir oleh masing-masing untuk berpisah setelah mengarungi kehidupan berumah tangga?” Jawabannya “tidak”, dan Pastur menyampaikan kalau hal itulah menjadi penguat dalam berumah tangga. Berawal dari pikiran, dan dibumbui dengan selalu melihat kekurangan pasangan, dapat menyebabkan goyahnya perkawinan, bahkan dapat terjadi perceraian. Itulah sebabnya mengapa penting adanya kesetiaan dan kepercayaan kepada pasangan, agar tidak pernah terpikirkan untuk berpisah.
Ketika usia semakin tua, perubahan fisik terjadi pada pasangannya, seperti rambut yang mulai jarang, perut yang semakin buncit, wajah yang mulai berkerut, lengan tangan mulai kendur, dan berbagai kekurangan fisik lainnya yang membuat tidak lagi sedap dipandang mata. Biarlah secar fisik berubah menjadi tidak indah lagi, namun kesetiaan dan kepercayaan tetap tumbuh sepanjang hari, maka kekurangan fisik itu menjadi tidak berarti lagi bagi pasangannya.
Akan menjadi lebih indah lagi, bila melihat pasangannya bukan dengan mata sebagai indra penglihat, tetapi lebih dari itu melihat dengan mata hati pasangannya, maka segala sesuatu yang ada dipasangannya menjadi lebih indah dari aslinya. Ibaratnya seorang arkeolog, yang selalu mengagumi akan sesuatu yang sudah berumur ratusan tahun, sesuatu yang wujudnya sudah jelek, tetapi tetap menjadi satu hal yang sangat dikagumi dan disayangi, maka jadilah seorang arkeolog bagi pasangannya yang selalu menjaga, menyayangi, memelihara, mengasihi meskipun secara fisik sudah tidak seindah pada masa pacaran dulu.
Tetaplah membangun “batu bata kasih” setiap hari untuk memperkuat ikatan perkawinan dengan saling percaya dan setia. Ucapkan kata mesra sperti sewaktu pacaran dulu “ I luv u”, “terima kasih yang”, “saya memaafkanmu” sebagai perekat “batu bata kasih”.
Umur semakin tua, fisik tidak sedap dipandang mata, tetapi bila pasangan tetap saling percaya dan setia, maka pernikahan itu akan tetap ada, dan berakhir ketika maut memisahkan mereka.

Semoga!

Memberi

Ketika aku masih kecil, ibuku sering berkata “lebih baik tangan di atas dari pada tangan dibawah”, secara tidak langsung ibuku sudah menanam benih hasrat untuk selalu memberi. Sikap memberi, benar-benar ditanamkan kepada anak-anak, meskipun bila dilihat dari segi ekonomi, keluarga kami dapat dikatakan keluarga yang akrab dengan masalah kesulitan ekonomi. Namun ibu selalu mengajarkan agar kami bisa memberi kepada sesama. Mungkin akan timbul pertanyaan, bagaimana mungkin keluarga yang hidup serba kekurangan tetapi mengajarkan untuk dapat memberi?
Adalah suatu hal yang aneh bila dilihat dari kondisi sekarang, bagaimana mungkin dalam kondisi serba kekurangan tetapi mampu memberi.
Ya, memang apa yang kami berikan bukanlah dalam bentuk materi yang besar jumlahnya, bahkan mungkin tidak ada artinya bila dibandingkan dengan nilai uang.

Memberi bukan selalu dalam bentuk materi, tetapi banyak hal dapat diberikan kepada sesama kita, seperti sikap melayani, memberi perhatian, ringan tangan terhadap kesulitan orang lain, bahkan mungkin memberi tenaga atau saran kepada orang lain yang membutuhkan , merupakan wujud nyata dari sikap memberi. Satu hal yang mungkin jarang terjadi di jaman ini, ketika ada orang kemalaman dan kelaparan, dengan ringan tangan ibuku mengambil sepiring nasi untuk diberikan kepada orang asing yang tidak kenal asal usulnya. Memberi tanpa pamrih, memberi tanpa ada maksud tersembunyi, memberi tanpa mengharap kembali.

Perubahan telah terjadi sedemikan cepat dalam segi-segi kehidupan saat ini, dimana ukuran keberhasilan lebih banyak dinilai dari materi, sehingga dalam hal memberipun, muncul kecenderungan pada berapa besar seseorang akan memberikan sesuatu kepada orang lain. Sementara dari sisi noo-materiil, mulai jarang dijumpai karena hampir semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, kalaupun ada dan terjadi, itu lebih banyak karena orang tersebut sudah kenal, atau ada hubungan kerja atau kerabat.

Ketulusan memberi, mungkin sudah mulai pudar, karena pada jaman modern ini, sifat memberi itu menjadi sifat musiman. Mengapa sifatnya musiman? Banyak orang berbondong-bondong memberikan bantuan ketika ada saudara kita yang tertimpa bencana, dan pada saat memberikan bantuan, disertai pasukan untuk mengabadikan moment pemberian bantuan. Dan keesokan harinya muncul gambar disurat kabar kalau si Anu sudah memberikan sumbangan.
Selang beberapa hari kemudian, si Banu datang juga sambil membawa atribut partai tertentu untuk memnyerahkan bantuan. Tidak lupa memberikan sambutan dan foto kesana kemari, untuk menarik simpati. Lalu datang si Canu seorang pejabat dengan protokoler juga memberikan bantuan, untuk menunjukkan sikap empati kepada para korban.
Juga terjadi peningkatan ketika menjelang bulan-bulan perayaan keagamaan, sementara dihari-hari biasa, akan jarang ditemui orang yang memberikan bantuan kepada sesama.

Mengapa hal ini terjadi? Mudah diterka jawabannya, karena ketika memberi, seseorang berharap akan ada balasan dari orang yang diberi, atau juga berharap supaya kelihatan oleh orang lain kalau sudah memberi dan diakui keberadaannya.

Namun ada juga orang yang suka memberi kepada orang yang sebenarnya tidak perlu meneriman bantuan, karena dari segi ekonomi dan posisi jauh lebih tinggi dari yang memberi. Tentunya pemberian ini juga ada maksud, secara terang-terangan atau terselubung, hal semacam ini bukan sikap memberi, bahkan terkadang menyuburkan sifat tidak terpuji, seperti KKN.

Apa manfaatnya memberi kepada orang yang mampu, jika nantinya orang tersebut akan memberikan sesuatu kepada kita lagi?

Ibuku pernah berkata “jika kamu memberi dengan tulus, maka kami tidak akan pernah berharap sesuatu dari orang yang menerima pemberian, ibaratnya ketika kita membuang sesuatu di sungai, maka tidak mungkin barang itu kembali lagi”

Jadi, jika seseorang ketika memberi diperlihatkan kepada orang lain, atau berharap kepada orang yang diberi, sebenarnya itu bukan memberi tetapi sedang bertransaksi untuk memperoleh keuntungan sendiri. Maka belajarlah untuk memberi dengan tulus, tidak perlu mengharap balas, tidak perlu orang lain tahu, karena Yang Maha Memberi mengetahu isi hatimu ketika memberi dengan tulus.

Smoga.

Menjadi Orang Asing

Seringkali orang tua berpesan kepada anaknya agar tidak mudah bergaul dengan orang asing, karena kita tidak pernah tahu bagaimana perilaku orang asing tersebut yang sebenarnya . Kekhawatiran ini cukup beralasan, karena seorang anak tentunya tidak bias membedakan secara jernih mengenai kemungkinan bahaya yang akan mengancam jiwanya. Sampai saat ini, pesan tersebut masih sangat relevan dalam kondisi bermasyarakat saat ini yang cukup rawan dengan tindak kejahatan.

Seseorang akan merasa nyaman dan aman bila bergaul dengan orang yang sudah dikenalnya, karena bukan orang asing. Jadi agar merasa nyaman dengan lingkungan, maka janganlah menjadi orang asing dilingkungan tersebut.

Namun ada kalanya, seseorang akan ”menjadi orang asing” dilingkungannya, bila orang tersebut terlalu memusatkan segala sesuatunya hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, dan menghiraukan kebutuhan orang lain.
Situasi sepertinini sebenarnya sudah banyak terjadi pada sebagian keluarga diperkotaan. Kesibukan sudah menjadi menu utama sehari-hari bagi setiap anggota keluarga, sehingga sangat sulit untuk dapat berkumpul bersama untuk menjalin kehangatan bagi seluruh anggota keluarga.

Menjadi orang asing dirumah sendiri? Pernyataan ini akan mengejutkan bagi banyak orang, karena hampir setiap orang setuju dengan kata ”home sweet home”. Pada situasi ini, semua anggota keluarga merasa betah dan nyaman dirumah dan seringkali situasi ini menjadi impian banyak orang.
Namun pada kenyataan saat ini sudah banyak terjadi dan dialami oleh salah satu anggota keluarga menjadi orang asing di rumah sendiri.

Menjadi orang asing di rumah sendiri, tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi melalui proses yang cukup lama dan karena sudah terbiasa, perubahan ini tidak pernah disadari oleh anggota keluarga tersebut. Kejadian ini lebih banyak terjadi pada kepala keluarga dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain.

Sebagai penanggung jawab kelangsungan hidup berkeluarga, seorang kepala keluarga akan berusaha keras dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga tidak terasa setiap hari menabung sedikit demi sedikit, kekurangan waktu untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan anak istrinya.
Meningkatnya kebutuhan keluarga, juga tuntutan pekerjaan yang semakin berat, akhirnya akan mencurahkan sebagian besar tenaganya untuk urusan kantor dibandingkan dengan urusan keluarga.

Berangkat kantor pagi-pagi, dan pulang larut malam, bahkan terkadang pulang pagi hari ditambah lagi sering melakukan perjalanan luar kota. Dalam kurun waktu yang cukup lama, maka lengkaplah perubahan seorang kepala keluarga menjadi orang asing di rumah sendiri. Tekanan pekerjaan di kantor membuat seorang kepala keluarga bisa menjadi sangat sensitif bila menanggapi sesuatu yang disampaikan oleh anak atau istrinya. Suasana rumah akan berubah total, tidak lagi ada sendau gurau, pelukan hangat dan rasa nyaman. Semua menjadi serba kaku, dan kalaupun ada waktu bersama di rumah, lebih banyak kepala keluarga menghabiskan waktunya untuk istirahat memulihkan staminanya yang terkuras habis karena tuntutan pekerjaan. Akhirnya keluarga hanya mendapat sisa-sisa waktu yang tidak pernah jelas kapan itu datangnya.

Secara fisik, memang hampir setiap hari anggota keluarga akan bertemu ketika pulang ke rumah, komunikasi juga terjadi antar anggota keluarga, namun ada satu hal yang hilang dari komunikasi itu, yaitu komunikasi hanya formalitas belaka, namun tidak tercipta perasaan yang sama dalam mengungkapkan isi hati masing-masing.

Dalam kondisi seperti ini, yang diperlukan adalah ”pengertian” dan ”pengorbanan” dari semua anggota keluarga. Tuntutan berlebihan kepada kepala keluarga akan menambah parah keadaan, namun sebaliknya, kasih dan perhatian serta memaafkan dan koreksi yang disampaikan secara tepat waktu akan sangat bermanfaat untuk mengembalikan sosok orang asing di rumah menjadi, sosok pelindung keluarga yang hangat dan penuh kasih bagi anggota keluarga.

Jadi, sebelum terlanjut menjadi orang asing di rumah sendiri, aturlah waktu dengan baik, perlu keseimbangan antara kerja dan keluarga, manfaatkan waktu di rumah untuk bercanda, bercengkerama dan bermanja dalam kehangatan kasih dan perhatian.

Bila saat ini tanda-tanda akan menjadi orang asing sudah mulai nampak, buanglah tabungan kekurangan waktu untuk keluarga menjadi membangun kehangatan keluarga dengan meluangkan waktu untuk keluarga.

Semoga !

Menangislah

Betapa bahagianya seorang ibu yang telah berjuang dengan mempertaruhkan nyawanya dalam proses melahirkan, semua rasa sakit akan hilang seketika, manakala proses bersalin berjalan dengan lancer, …. Terlebih lagi bila mendengar suara tangis pertama bayi yang dilahirkan. Tangisan ini menunjukkan bahwa bayi tersebut adlam keadaan sehat.

Ketika malam hari terdengar tangisan bayi, maka orangtuanya akan segera dating menghampirinya, bahkan segera menggendong dalam pelukan penuh kasih saying. Tangisan ini menunjukkan kalau si bayi memerlukan pertolongan orang tuanya.

Bertumbuh dan berkembangnya anak, berubah juga arti dari tangisannya. Mulai dari keinginan yang tidak terpenuhi atau dicandai oleh temannya, atau mungkin rindu pada orangtuanya, bias diwujudkan dalam tangisannya.
Anak laki tidak boleh cengeng dan sering menangis, ini biasa terdengar bila ada anak laki sering menangis. Seolah menjadi hal yang tabu jika ada anak laki yang menangis tanpa sebab. Dementara menagis menjadi hal yang wajar bagi anak putri. Pernyataan ini terpaku secara kuat dalam diri seorang anak laki sehingga terbawa sampai dewasa.

Seorang wanita akan mudah dan sering menagis bila menghadapi hal-hal yang sulit dan menyakitkan hatinya. Terlebih lagi bila sangat mengganggu emosinya. Bahkan terkadang “menangis” menjadi senjata utama pertahanan kalau mulai bermasalah dengan pasangannya. Seolah menangis itu menjadi milik yang hakiki bagi wanita, sebaliknya seorang pria tidak boleh menangis.

Namun ada kalanya, seorang pria bisa menangis, ketika mengingat kembali betapa besarnya kasih sayang seorang ibu kepadanya. Kasih yang tulus, kasih yang tanpa pamrih, kasih yang selalu memberi. Dan betapa kepedihan ada dalam diri seorang pria ketika orang yang mengasihinya telah tiada, sehingga muncul rasa menyesal yang mendalam karena tidak ada kesempatan lagi untuk menyenangkan orang yang selama hidupnya selalu mengasihinya.

Seorang pria juga bisa menangis ketika sedang sujud dan bersimpuh dalam doa dengan khusuknya. Merenungkan betapa harus mengucap syukur pada Sang Khalik atas segala nikmat yang diterimanya, mengintrospeksi diri atas segala tingkah lakunya yang harus dipertangungjawabkan pada Yang Maha Kuasa. Mungkin juga merasa betapa hinanya ketika harus menghadap dalam doa, karena dosa yang diperbuatnya. Menyesali akan apa yang diperbuat kepada sesamanya, teman, keluarga, anak, suami atau istri, bahkan terhadap orang tuanya sendiri.

Menangis tersedu, bahkan lebih dari itu dengan suara tangis yang keras, maka pada kondisi seperti ini, seorang pria tidak lagi dianggap seorang yang cengeng, tetapi tangisan ini merupakan wujud ekspresi penyesalan yang mendalam, dan tangisan inipun tidaklah menjadi sesuatu yang tabu bagi seorang lelaki.

Jadi, menangislah dan jangan malu untuk menangis ketika berlutut dan bersujud dalam doa kepada Sang Khalik, karena menangis akan membawa kelegaaan dihatimu, karena menangis akan membawa dekat dirimu kepada Sang Khalik.
Menangislah hai kaum pria, dihadapan Sang Khalik.

Pelatihan


Rutinitas dan beban kerja yang cukup berat, membuat seseorang merasakan adanya keterbatasan waktu untuk menambah wawasan. Namun ada juga yang mampu menyiasati keterbatasan waktunya selalu membawa buku untuk dibaca, ketika ada waktu yang senggang. Baginya, buku menjadi teman yang akrab dalam setiap kesempatan bila ada waktu luang. Dan biasanya, salah satu tempat favorit yang dikunjungi adalah took buku atau perpustakaan.
Bagi perusahaan/ intansi sangat beruntung apabila banyak karyawannya yang mempunyai kebiasaan selalu belajar secara mandiri, melalui baca buku ataupun mengikuti pendidikan secara resmi.

Di beberapa perusahaan besar, sudah mempunyai program yang jelas dan terarah mengenai pengembangan kompetensi bagi karyawannya karena kualitas sumberdaya akan berpengaruh pada kemajuan perusahaan. Di antaranya ada yang mewajibkan untuk posisi tertentu harus mengikuti training/ pelatihan baik untuk level manajemen maupun operasional. Betapa beruntungnya karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.

Meskipun perusahaan telah mengalokasikan dana untuk pelatihan karyawannya, bukan berarti bahwa semua karyawan dapat mengikuti pelatihan, tetapi perusahaan akan membuat skala prioritas dalam pemanggilan maupun jenis pelatihan yang akan dilakukan. Program tersebut diselaraskan dengan tujuan perusahaan dan jenis pelatihan apa yang tepat dan diperlukan sehingga dapat meningkatkan kompetensi karyawan secar berkesinambunga.

Berbagai ekspresi dan respon yang ditunjukkan karyawan ketika mendapat panggilan untuk pelatihan. Diantaranya ada yang sangat antusias untuk ikut dalam pelatihan, ada juga yang biasa saja, mungkin juga ada perasaan yang tidak senang dengan pelatihan tersebut, bahkan ada yang menunda atau menolak panggilan pelatihan karena sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang ada juga yang tidak mau mengikuti pelatihan karena pelatihan akan menjadi beban baginya ketika harus meninggalkan kantor dalam waktu yanag cukup lama.

Meskipun sudah ada pemanggilan pelatihan, belum menjamin bahwa seseorang bias mengikuti pelatihan karena tergantung juga dari atasannya. Jika atasannya memahami pentingnya pelatihan, maka dengan segera akan menyetuji pemberangkatan pelatiha, bahkan terkadang ada atasan yang sangat mendukung hingga memberikan bantuan baginya. Sebaliknya terkadang adapula atasan yang tidak meperbolehkan stafnya untuk mengikuti pelatihan karena satu alasan yaitu “takut pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya tidak selesai” ketika staf tersebut harus mengikuti pelatihan. Hal seperti ini menunjukkan bahwa atasaan tersebut hanya ingin memenuhi targetnya saja, dengan mengorbankan kesempatan stafnya untuk mengikuti pelatihan yang akhirnya bila terjadi peningkatan pengetahuan bagi staf akan banyak membantu dalam menyelesaikan pekerjaan.

Seringkali timbul pertanyaan, apasih yang akan diperoleh dari pelatihan bagi karyawan?
Beberapa manfaat yang yang mungkin dapat diperoleh :
Kesempatan untuk meng-update ilmunya bila masih relevan dengan pekerjaan eksisting.
Memperkaya pengetahuan bila pelatihan itu merupakan hal yang baru.
Menjalin hubungan kerja dengan para peserta baik dari internal perusahaan maupun dari luar perusahaan.
Bila ditempat kerja lebih banyak memerintah dan berbicara, maka dalam pelatihan akan lebih banyak belajar mendengar.
Mungkin sebaliknya bila di tempat kerja lebih banyak diam dan mendengar maka ada kesempatan belajar berbicara di depan orang banyak.
Terlepas dari rutinitas dan target perusahaan
Refreshing !! Bila tempat pelaksanaan pelatihan belum pernah dikunjungi.


Akhirnya, nikmatilah kesempatan untuk mengikuti pelatihan karena anda beruntung dibandingkan yang lainnya, dan hasilnya apakah bermanfaat bagi anda atau tidak, kembali kepada kita masing-masing.

Smoga.

Pelatihan

Rutinitas dan beban kerja yang cukup berat, membuat seseorang merasakan adanya keterbatasan waktu untuk menambah wawasan. Namun ada juga yang mampu menyiasati keterbatasan waktunya selalu membawa buku untuk dibaca, ketika ada waktu yang senggang. Baginya, buku menjadi teman yang akrab dalam setiap kesempatan bila ada waktu luang. Dan biasanya, salah satu tempat favorit yang dikunjungi adalah took buku atau perpustakaan.
Bagi perusahaan/ intansi sangat beruntung apabila banyak karyawannya yang mempunyai kebiasaan selalu belajar secara mandiri, melalui baca buku ataupun mengikuti pendidikan secara resmi.

Di beberapa perusahaan besar, sudah mempunyai program yang jelas dan terarah mengenai pengembangan kompetensi bagi karyawannya karena kualitas sumberdaya akan berpengaruh pada kemajuan perusahaan. Di antaranya ada yang mewajibkan untuk posisi tertentu harus mengikuti training/ pelatihan baik untuk level manajemen maupun operasional. Betapa beruntungnya karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut.

Meskipun perusahaan telah mengalokasikan dana untuk pelatihan karyawannya, bukan berarti bahwa semua karyawan dapat mengikuti pelatihan, tetapi perusahaan akan membuat skala prioritas dalam pemanggilan maupun jenis pelatihan yang akan dilakukan. Program tersebut diselaraskan dengan tujuan perusahaan dan jenis pelatihan apa yang tepat dan diperlukan sehingga dapat meningkatkan kompetensi karyawan secar berkesinambunga.

Berbagai ekspresi dan respon yang ditunjukkan karyawan ketika mendapat panggilan untuk pelatihan. Diantaranya ada yang sangat antusias untuk ikut dalam pelatihan, ada juga yang biasa saja, mungkin juga ada perasaan yang tidak senang dengan pelatihan tersebut, bahkan ada yang menunda atau menolak panggilan pelatihan karena sibuk dengan pekerjaannya. Terkadang ada juga yang tidak mau mengikuti pelatihan karena pelatihan akan menjadi beban baginya ketika harus meninggalkan kantor dalam waktu yanag cukup lama.

Meskipun sudah ada pemanggilan pelatihan, belum menjamin bahwa seseorang bias mengikuti pelatihan karena tergantung juga dari atasannya. Jika atasannya memahami pentingnya pelatihan, maka dengan segera akan menyetuji pemberangkatan pelatiha, bahkan terkadang ada atasan yang sangat mendukung hingga memberikan bantuan baginya. Sebaliknya terkadang adapula atasan yang tidak meperbolehkan stafnya untuk mengikuti pelatihan karena satu alasan yaitu “takut pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya tidak selesai” ketika staf tersebut harus mengikuti pelatihan. Hal seperti ini menunjukkan bahwa atasaan tersebut hanya ingin memenuhi targetnya saja, dengan mengorbankan kesempatan stafnya untuk mengikuti pelatihan yang akhirnya bila terjadi peningkatan pengetahuan bagi staf akan banyak membantu dalam menyelesaikan pekerjaan.

Seringkali timbul pertanyaan, apasih yang akan diperoleh dari pelatihan bagi karyawan?
Beberapa manfaat yang yang mungkin dapat diperoleh :
Kesempatan untuk meng-update ilmunya bila masih relevan dengan pekerjaan eksisting.
Memperkaya pengetahuan bila pelatihan itu merupakan hal yang baru.
Menjalin hubungan kerja dengan para peserta baik dari internal perusahaan maupun dari luar perusahaan.
Bila ditempat kerja lebih banyak memerintah dan berbicara, maka dalam pelatihan akan lebih banyak belajar mendengar.
Mungkin sebaliknya bila di tempat kerja lebih banyak diam dan mendengar maka ada kesempatan belajar berbicara di depan orang banyak.
Terlepas dari rutinitas dan target perusahaan
Refreshing !! Bila tempat pelaksanaan pelatihan belum pernah dikunjungi.


Akhirnya, nikmatilah kesempatan untuk mengikuti pelatihan karena anda beruntung dibandingkan yang lainnya, dan hasilnya apakah bermanfaat bagi anda atau tidak, kembali kepada kita masing-masing.

Smoga.

Dibalik Kemacetan Lalu Lintas

Di beberapa kota besar setiap hari Senin pagi, sudah menjadi hal yang rutin yaitu kemacetan lalu lintas dari arah perumahan menuju ke kota.
Semua berebut untuk dapat lebih dahulu mencapai tempat tujuan, namun karena ketidaktaatan berlalu lintas, akhirnya saling serobot jalur laju kendaraan dan ujung-ujungnya terjadi kemacetan.
Demikian pula di hari Jumat sore, kemacetan parah terjadi pada arah sebaliknya dari kota menuju perumahan karena semua orang berebut untuk segera sampai di rumah.

Namun ada tempat yang lebih parah lagi karena kemacetan bukan hanya terjadi di hari Senin dan Jumat, karena hari Sabtu dan Minggu juga terjadi kemacetan yang lebih parah di dalam kota. Bandung sekarang selalu dikelilingi dengan kemacetan karena di setiap weekend apalagi long weekend, serbuan kendaraan dari Jakarta mulai dari Pintu Tol Pasteur, Pasirkoja, Kopo, M Toha, Buah Batu maupun dari arah timur semua mengalir ke pusat FO dan jajanan di Dago, Riau, Cihampelas, Setiabudi dan jelas seputaran Gasebo macet total setiap hari minggu hingga sore hari.

Bagi banyak orang, kemacetan yang luar biasa akan meningkatkan emosi dan kemarahan karena berbagai alasan seperti kehilangan banyak waktu, capek, gerah dan mungkin juga gangguan dari orang yang minta-minta atau para pedagang asongan.
Namun bila kita harus menghadapi kemacetan setiap hari, apakah kita juga akan merasa tidak nyaman dengan keadaan ini? Bila tidak suka kemacetan, maka janganlah melawati jalur macet, atau lebih baik berangkat lebih awal supaya tidak terjebak kemacetan.

Jika memang jalur dan jadwal perjalanan selalu menghadapi kemacetan, maka nikmati saja kemacetan tersebut karena dalam kemacetan kita masih punya waktu yang dapat dimanfaatkan. Bila anda menggunakan kendaraan pribadi, pastikan dikendaraan anda selalu siap dengan buku bacaan, kaset/ cd yang dapat dimanfaatkan ketika mengalami kemacetan.

Musik yang ringan, bias mengiringi anda dalam kemacetan agar tidak mudah terpancing emosi karena kesemrawutan lalu lintas. Bisa juga dengan mendengarkan kaset yang berisi ilmu pengetahuan, atau juga dapat mendengarkan radio yang memiliki program tetap dan isi siarannya bersifat membangun. Biarkan saja kemacetan terjadi, karena pasti akhirnya akan lancar juga. Waktu untuk menunggu lalu lintas kembali lancer akan terasa sebentar dan ada manfaat yang diperoleh dari kemacetan tersebut.
Apabila sudah terjadi macet total, nikmatilah kemacetan itu, ibarat kita sedang parkir dan menunggu giliran untuk berangkat. Biasanya bila macet total, kendaraan tidak akan bergerak dalam waktu yang cukup lama. TIdak perlu disesali tetapi ambil buku yang anda bawa dan bacalah karena dengan membaca buku maka banyak manfaat yang dapat diperoleh seperti :
Waktu menunggu menjadi lebih pendek
Menjadi lebih sabar dengan menerima keadaan yang terjadi
Bisa menambah wawasan karena sempat membaca buku pengetahuan
Bisa mengerti dan memahami perjuangan seorang pedagang asongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bisa juga untuk berbagi kasih dengan orang lain
Bisa juga untuk mendekatkan diri pada Tuhan dalam kemacetan itu.

Jadi, jika terjadi kemacetan tidak perlu panil, tidak perlu emosi, tetapi manfaatkan dan nikmati kemacetan dengan bertindak positif.

Biarkan jalanan macet, tapi kemauan untuk selalu maju, jalan terus.

Smoga

KEGAGALAN

Dalam berbagai kesempatan ataupun pertemuan, kata yang sering diucapkan dan orang akan merasa senang mendengarkan adalah kata keberhasilan.
Ketika keberhasilan diperoleh, maka ucapan selamat akan mengalir tidak putusnya kepada seseorang yang memperoleh keberhasilan.
Namun sebaliknya cerita tentang kegagalan jarang sekali diceritakan oleh orang yang mengalami kegagalan.
Keengganan seseorang untuk menyatakan kegagalan, karena masyarakat secara umum berpandangan bahwa kegagalan adalah sesuatu yang memalukan, kegagalan menunjukkan ketidakmampuan, kegagalan juga seolah menunjukkan kekalahan.

Setiap orang pasti sudah pernah merasakan kegagalan, baik dalam sekala ringan maupun yang berat. Masing-masing orang akan berbeda dalam menyikapi kegagalannya, dan berbagai cara pula untuk melupakan kegagalannya.
Ada orang yang dengan mudah melupakan kegagalan, namun ada juga yang tidak bisa melupakan kegagalan, sehingga larut meratapi kegagalan, dan tidak bisa lepas dari belenggu ketakutan untuk mencoba lagi. Hal ini jelas akan merugikan diri sendiri, bahkan mungkin berdampak negatif bagi orang disekililingnya.

Tetaplah berpikiran positif terhadap setiap kegagalan yang kita alami karena kita akan selalu memperoleh hal yang baru ketika kita memahami arti dari kegagalan, sebab :
Kegagalan adalah suatu proses menuju tingkat yang lebih baik lagi, namun belum dapat diwujudkan pada saat yang diingini.
Kegagalan adalah suatu proses belajar, untuk memahami faktor-faktor apa saja yang berkontribusi.
Kegagalan adalah pengalaman untuk dapat memahami secara rinci setiap proses menuju akhir yang diharapkan.
Kegagalan bisa juga hanya masalah moment, yang tinggal menunggu waktu terjadinya.
Kegagalan juga bisa menumbuhkan ketekunan, dan timbul harapan untuk tetap berjuang menuju keberhasilan.
Belajar dari kegagalan akhirnya akan dapat mencapai moment keberhasilan.

Jadi segala sesuatu yang terjadi atas diri kita, hendaknya selalu berpikir positif dalam berbagai hal, baik ketika kita berhasil maupun mengalami kegagalan karena semuanya membawa kebaikan bagi kita, ketika kita memahami segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian.

Semoga kita senantiasa mampu belajar dari kegagalan untuk meraih keberhasilan.

NILAI

Pada setiap akhir tahun ajaran sekolah, kata yang sering diucapkan oleh orang tua, guru sekolah juga anak-anak adalah “Nilai”. Kata ini juga dapat mengakibatkan petaka sekaligus anugrah bagi pemilik Nilai tersebut. Jika nilai yang diperolehnya kurang dari standar yang diwajibkan, maka akan menjadi petaka, dan dicap sebagai kegagalan, sebaliknya apabila nilai melebihi standar, maka akan menjadi anugrah bagi pemiliknya karena dianggap suatu keberhasilan.
Seolah-olah kata Nilai menjadi sesuatu yang paling penting dalam hidup seseorang karena berbagai hal akan selalu terkait dengan Nilai, mulai dari menginjakkan kaki di TK, SD, SMP, SMA, Universitas, baik untuk jenjang pendidikan S1, S2 bahkan S3 sekalipun akan sangat tergantung dari Nilai. Ketika mulai bekerjapun, nilai akan mengikuti, bahkan dalam masalah promosi kerja kata nilai ini berperan penting.

Ketika segala sesuatu diukur dari nilai, maka orang akan berupaya untuk mendapatkan nilai tersebut dengan berbagai cara, mulai dari usaha keras dan jujur untuk mempersiapkan dan memperoleh nilai, sampai dengan cara melakukan kecurangan secara sistematis yang dilakukan secara bersama-sama demi sebuah nilai yang harus dicapai untuk memenuhi standarnya, dan dengan bangganya menyatakan bahwa itu suatu keberhasilan.
Jika kondisi ini terjadi secara merata di semua lini tingkat pendidikan, maka tinggal menunggu waktu akan hancurnya bangsa ini.

Lembaga pendidikan diadakan untuk menciptakan manusia yang memiliki “nilai kehidupan yang hakiki” yaitu diperolehnya pengetahuan untuk mengentaskan dari kebodohan. Nilai itu bukan hanya sekedar ditunjukkan dari angka-angka yang diperoleh sehingga memenuhi syarat untuk naik ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, namun lebih dari itu, Nilai kehidupan yang akan mengangkat harkat hidup bangsa ini dan menghindari dari kehancuran berbangsa.

Semenjak lama, bangsa ini sudah memiliki nilai kehidupan yang hakiki, mulai dari kejujuran, kebersamaan, tepo sliro saling menghormati, gotong royong juga sebagai bangsa yang pemaaf. Namun nilai hakiki ini sudah mulai luntur, karena keberhasilan pendidikan lebih ditekankan pada nilai ujian, nilai ulangan dan yang lebih memprihatinkan lagi adalah cara untuk memperoleh nilai tersebut dengan cara instant.

Banyak lembaga bimbingan belajar dan sekolah yang lebih menekankan pada cara untuk menjawab soal dengan cepat dan benar sehingga diperoleh Nilai yang tinggi. Sementara makna dari pengetahuan itu hanya sekedar pelangkap dibandingkan nilai yang dijadikan ukurannya. Keterbukaan, rasa kasih sayang, persaudaraan, sopan santun serta kejujuran menjadi hal sesuatu yang aneh dalam lingkungan pendidikan, dan terbukti dari banyaknya terjadi tindak kekerasan, kecurangan dan tidak terciptanya lingkungan sekolah yang harmonis.

Secara kumulatif setelah bertahun-tahun hal ini biasa terjadi maka ketika nilai yang hanya menjadi ukuran keberhasilan tanpa didasari nilai kehidupan yang hakiki, maka yang terjadi adalah kondisi kehidupan bangsa ini dalam ambang kehancuran karena tumbuh dan dibangun dengan batu-batu diatas kecurigaan, rasa amarah yang terpendam, ada kebencian yang akan meledak, kecurangan, penindasan, korupsi juga meningkatnya pola hidup yang serba instant untuk mencapai tujuan,

Jika pembaca merasa sebagai bagian dari bangsa ini, apakah rela bila bila bangsa ini hancur karena lunturnya nilai kehidupan yang hakiki.
Kehancuran yang akan terjadi bisa dicegah apabila dari diri kita masing-masing mulai menanamkam benih nilai kehidupan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga memulai dari tiap keluarga , maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar karena dibangun diatas pondasi nilai-nilai kehidupan yang hakiki.

Marilah kita berlomba menanam nilai kehidupan yang hakiki untuk msa depan bangsa ini. Smoga.

Membaca

MEMBACA

Sudahkah membaca menjadi bagian dari budaya bangsa ini?
Rasanya masih jauh jika dikategorikan sebagai bangsa yang memiliki budaya membaca. Di beberapa tempat masih ada masyarakat yang belum bisa baca, karena berbagai faktor seperti kemiskinan, tidak tersedianya sarana pendidikan, tidak ada kesempatan untuk belajar, juga lokasi yang terpencil.

Kalaupun sudah bisa membaca, ternyata membaca juga belum menjadi suatu kebutuhan karena secara ekonomi harga buku di Indonesia masih mahal, dibandingkan dengan kemampuan daya beli masyarakat.
Kalaupun sudah mampu secara ekomoni, membacapun belum menjadi kebutuhan, karena alokasi untuk membeli buku juga belum menjadi prioritas. Selain itu, sangat jarang hadiah atau oleh-oleh dari perjalanan dalam bentuk buku, tapi bentuk lain yang sifatnya lebih banyak ke urusan makanan atau cindera mata lain yang bisa dipandang.

Ketika penulis melakukan perjalanan keluar kota baik untuk urusan kedinasan maupun keluarga, ada satu hal yang menarik ketika berada diruang tunggu. Bagi beberapa turis asing, menggunakan waktu tersebut dengan membaca buku, namun banyak diantara calon penumpang domestic menghabiskan waktu dengan ngobrol dan nonton TV. Berbicara gossip, ngelantur dan tidak jarang akhirnya membicarakan masalah kekurangan atau kejelelekan orang lain.

Di kereta, bis, pesawat maupun kapal laut, pemandangan yang biasa kita lihat adalah kebiasaan membawa buku bacaan menjadi satu hal yang penting bagi turis asing. Sementara bagi kita urusan makan dan minum menjadi hal yang penting.
Dengan membaca maka waktu menunggu menjadi terasa sebentar, karena akan terpusat pada isi dari buku yang dibaca. Tidak ada rasa bosan karena menunggu, tetapi memanfaatkan waktu secara tepat dengan membaca dan…., lebih dari itu memperoleh ilmu yang akan membuat seseorang menjadi lebih berpengetahuan.
Banyak hal yang dapat diperoleh dengan budaya membaca, kita tahu bahwa ilmu yang diperoleh di pendidikan biasanya terbatas karena terkendala dengan waktu dan materi yang telah ditentukan, Sementara dengan meluangkan waktu atau memanfaatkan waktu yang sempit seseorang dapat memilih dan menentukan pengetahuan apa yang diinginkan dan bebas menentukan kapan untuk mempelajarinya.
Bukan hanya membaca buku yang diperlukan untuk menambah pengetahuan saja, sekali waktu membaca buku yang ringan dan untuk hiburan perlu dilakukan, namun jangan sampai lupa membaca kitab suci yang akan menumbuhkan iman kita sehingga terjadi kesimbangan pemenuhan kebutuhan dunia dan akherat.

Ketika bangun pagi, beberapa orang akan langsung mengambil Koran, membaca dan menikmati sarapan pagi untuk memperoleh informasi terbaru. Hal ini bagus, tetapi akan lebih sempurna apabila sebelum memulai aktivitas di hari itu diawali dengan membaca kitab suci sesuai dengan keyakinan masing-masing.
Kelihatannya susah untuk dilakukan karena banyak orang merasa ketika bangun pagi harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk menuju tempat kerjanya, sehingga tidak sempat untuk membaca kitab sucinya.

Memang pada awalnya, akan terasa berat untuk meluangkan waktu barang 10 – 15 menit untuk mengawali setiap hari dengan membaca kitab suci, namun ketika membaca kitab suci menjadi prioritas dan menjadi kebutuhan pribadi, maka bangun pagi lebih awal 10 - 15 menit dari kebiasaan akan terasa ringan dan menyenangkan.

Ada satu hal yang menarik bagi penulis, bahwa membaca & menulis menjadi kata yang tidak terpisahkan, karena semakin banyak membaca maka secara perlahan dan pasti kemampuan untuk menulis juga semakin meningkat.

Jadi, penulis berharap semoga tercipta budaya membaca bagi bangsa ini, karena akan dapat mengantar kepada bangsa yang kaya akan pengetahuan. Smoga.

Saturday, October 09, 2010

Siapa pemotong daun mawar ini?




Ketika melihat daun bunga mawar banyak yang terpotong rapi hampir setengah lingkaran, langsung dalam benak saya pasti banyak ulatnya.
Ternyata tidak terlihat satupun ulat yang hidup di bunga mawar.

Setelah saya tunggu beberapa waktu, terlihat seekor lebah terbang dan hinggap di daun mawar yang masih muda. Bertengger miring di daun dan terlihat mulutnya seperti gunting tajam yang memotong daun begitu rapinya.
Potongan daun dibawa terbang ke tempat lebah tersebut
Berulang kali lebah datang dan memotong daun mawar yang muda.

Baru sekali ini saya tahu, dan beruntung membawa kamera di halam depan rumah...., silahkan menikmati dan kritiknya.

Jambu Air




Jambu air merah, masih belum matang.
Berbuah cukup lebat hingga buah tumbuh dibatang pohon.
Sekitar 2 minggu lagi jambu akan memerah dan siap di petik.