Monday, April 18, 2011

Antara Keinginan dan Kebutuhan

Sekitar awal bulan April 2010, anakku yang cowok Abam ngajak ngobrol mengenai kuliah dan harapannya masa depan. Dengan bekal kuliah di NHI. Abam bilang kalau dengan bekal yang dimiliki akan dapat menghadapi masa depannya, karena profesionalisme di setiap bidang akan menjadi hal yang penting dalam berkompetisi di masa mendatang. Disisi lain, dia bilang kalau seseorang hanya ahli disatu bidang tapi tidak memiliki pengetahuan yang luas, juga akan berpengaruh dalam kecepatan berkarir.

 

Ujung-ujungnya dari ngobrol ini, dia bilang “Pa, boleh nggak kalau aku kuliah lagi di UNPAR, untuk ambil manajemen?” 

 

Tidak langsung saya jawab pertanyaannya, tetapi saya balik bertanya “Mas, kamu ingin kuliah di UNPAR atau butuh kuliah manajemen?”

Kalau hanya sekedar “ingin”, banyak orang yang ingin kuliah dimana dia suka, tetapi beda bila dia merasa bahwa kuliah itu “kebutuhan”.

 

Jawaban Abam dengan mantab “ Saya membutuhkan ilmu manajemen untuk bekal saya dan sekaligus melengkapi keahlian saya yang diperoleh dari NHI”

Berbagai hal kami diskusikan mulai dari persiapan test masuk, pembagian waktu karena harus kuliah,  juga masalah transportasi, dan kesiapan mental karena dua lingkungan yang sama sekali berbeda.

Aku bilang pada Abam “Secara prinsip papa mendukung rencanamu, dan kewajiban papa untuk memenuhi kewajiban jika Abam diterima di UNPAR”

 

Untuk mengetahui seberapa jauh minat Abam untuk kuliah di UNPAR, saya bilang “Mas kapan mau ambil formulir? Dan apa yang disiapkan untuk test masuk?”

Jawab Abam :“Secepatnya dan Abam mau panggil guru les untuk persiapan selama satu bulan mendatang”

 

“Ok,papa setuju,” dan untuk menge-test keseriusannya, saya katakan : “Mas, segera beli formulir, cari guru les ….., kalau mas ada tabungan,  biaya pembelian formulir dan biaya guru les ambil dari tabungan mas,  mengenai biaya kuliah nanti papa yang penuhi? Bagaimana ? setuju?”

 

“Ya pah, saya akan ambil dari tabungan, untuk beli formulir dan biaya les tambahan”,  betapa terasa hati saya sangat dipenuhi dengan suka cita atas jawabannya. Puji Tuhan, karena Abam tahu apa yang menjadi kebutuhannya, bukan keinginannya.

 

Saya lihat kesungguhan hati Abam untuk masuk ke manajemen UNPAR,  dengan belajar giat meskipun seharian dia sudah cukup lelah melakukan aktivitas job di salah satu hotel di Bandung, dari pagi jam 07.00 s/d jam 15.00. Sore hari dilanjutkan aktivitas belajar dan tambahan les untuk pelajaran matematika yang selama ini sudah tidak pernah ditengok.

Dia juga bilang ke saya “Pah, aku akan gundul lagi jika diterima di UNPAR”

 

Ketika saya di Semarang pada sore hari tanggal 14 Mei  Mei 2010, Abam telepon saya dan bilang “Pah, saya sudah Gundul”,  Puji Tuhan, Abam diterima di UNPAR.

 

Satu pembelajaran dapat kita peroleh, seringkali kita punya banyak keinginan, dan seringkali kita tidak memahami dari banyak keinginan itu, mana yang sebenarnya menjadi kebutuhan kita?

 

Seringkali kita menyampaikan doa2 keinginan kita kepada Tuhan, namun karena kita juga tidak peka apa yang sebenarnya kita butuhkan, maka ketika doa2 keinginan kita belum /tidak dijawab oleh Tuhan Yang Maha Kasih, membuat kita jadi mengeluh mengapa doa-doa kita kepada Tuhan belum dijawab?

 

Kekurang pekaan manusia, kepada kehendakNya, dan berbagai keinginan manusia membuat hati tidak lagi jernih bahkan bisa menutupi nurani yang murni. Keserakahan manusia yang dibungkus dalam doa, bisa membuat seolah-olah berdoa seperti seseorang sedang berada di depan mesin ATM,  kapanpun dan berapapun yang dimauinya dapat diterima dari mesin ATM.

 

Sebenarnya Tuhan sudah mengajarkan kepada kita, untuk bersyukur atas apa yang Tuhan berikan, untuk berdoa dengan sederhana, dan menyampaikan kebutuhan bukan keinginan2 kita.

 

“……berilah kami pada hari ini makanan yang secukupnya….”

Friday, April 15, 2011

Negeri di atas awan (2)




Menikmati sunrise dari gardu pandang (km20) ke Dieng, dalam cuaca yang mulai mendung dipagi hari membuat suasana seakan berada di negeri atas awan.
Biasanya selalu menengadah ketika meihat awan berarak, kini dengan tunduk menyaksikan awan berarak.

Betapa indahNya pagi ini.

Monggo dinikmati

Serayu




Napak tilas dipinggir sungai Serayu, tempat favorit mancing ketika liburan tiba.
Jembatan gantung dari bambu sudah diganti kayu yang lebih kokoh, hijau sawah dan padi menguning disepanjang sisi serayu.

Tempat mancing favorit jadi tempat start arung jeram....
sudah jarang terlihat para pemancingnya....

Thursday, April 14, 2011

Dieng Lagi




Ketika mau mudik ke wonosobo, saya bilang ke temans "siapa mau ikut ke wonosobo, nanti saya antar ke Dieng"
Akhirnya ber4 yang mau bergabung : ii, ayu, thenmase, abadi
saya wajib nganter ke Dieng, untuk menikmati sunrise dan mengunjungi tempat wisata.

kapan lagi bisa ke Dieng ya.....

Wednesday, April 13, 2011

Nikmatnya Menu Ndeso




Diperbatasan Wonosobo dan Banjarnegara, terdapat satu warung makan yang sangat sederhana dengan menu Ndeso sebagai andalannya.
Terprovokasi cerita adikku mengenai oblok2 daun talas/ keladi, daun singkong dan tempe lombok ijo, meskipun sudah sarapan pagi serabi, saya ikut menuju ke perbatasan wonosobo - banjarnegara.
ternyata tidak sia-sia, dan benar2 nikmat.... sepiring nasi, oblok2 daun talas dan daun singkong serta tempe lombok ijo.
menu lainnya seperti oseng2 kacang panjang, oseng labu siam... dan ikan goreng dari sungai serayu... wis enak tenan.

siang hari menikmati semangkung es bubur kacang ijo dan soto daging sapi... plus tempe kemul.
enak tak terkira...biarpun menu Ndeso....