Tuesday, September 26, 2006

Bola Karet vs Bola Krital

Dalam perjalanan pulang kerja yang sudah larut malam, terasa melelahkan dan sepi sepanjang jalan. Untuk mengurangi kesunyian yang mencekam...... saya bunyikan radio favorit "MAESTRO FM", dan ketika alunan musik berhenti, dilanjutkan dengan dialog antara dua orang sahabat yang membicarakan masalah karir pekerjaan dan bagaimana membangun keluarga yang baik.

Masa kini, ukuran keberhasilan seseorang sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam karir pekerjaan dibandingkan dengan keberhasilan yang sifatnya non materi seperti kehidupan keluarga yang harmonis.
Keberhasilan dalam karir juga menuntut orang untuk bekerja lebih keras dan banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan, sehingga boleh dikatakan tidak ada waktu untuk keluarganya.

Dalam kurun waktu yang lama, akan terakumulasi berkurangnya waktu untuk anak istri, berkurangnya canda dan tawa, berkurangnya belai kasih orang tua, dan yang lebih fatal lagi.....berkurangnya bimbingan rohani dari orang tua. Kondisi inilah yang akhirnya menciptakan generasi tanpa kasih sayang, generasi yang egois, generasi yang serba instan.
Dan terciptanya keluarga yang harmonis hanya impian, yang terjadi keluraga yang berantakan, bahkan bisa diakhiri dengan perceraian atau hancurnya masa depan anak-anak.

Karir seseorang sangat bervariatif, kadang bisa melesat dengan cepat mencapai puncak karir, namun kadang bisa turun lalu naik lagi. Tidak banyak berpengaruh secara signifikan terhadap diri pribadi dari orang tersebut karena ada kesempatan untuk maju, ada kesempatan untuk belajar, ada kesempatan untuk memperbaiki diri sejalan dengan berlalunya waktu.
Terlebih lagi bila orang itu sangat tahan banting, maka proses naik atau turun dalam karir tidak menjadi masalah, bahkan dapat diibaratkan sebagai bola karet yang kuat, lentur dan tahan banting.
Ya..., karir seseorang memang dapat dibaratkan seperti bola karet yang bisa naik atau turun tanpa banyak mengalami kerusakan.

Namun sebaliknya, keluarga yang harmonis dapat diibaratkan seperti bola kristal yang indah. Nilainya sangat mahal, namun sebanding dengan keindahannya dan harus dijaga dengan sangat hati-hati agar tidak pernah jatuh kelantai. Sekali jatuh maka akan terjadi kehancuran yang sangat hebat.
Dalam keluarga bila tiada canda tawa, tiada kasih, tiada perhatian, tiada sapa dan tiada pelukan..... keluarga tersebut bukan lagi sebagai bola kristal, karena sudah ada cacat-cacat dari pecahan kecil yang terjadi berulang kali.

Pilihan sangat tergantung dari kita masing-masing, masihkah tetap menjadi bola karet yang tahan banting, lentur dan flexible tetapi mengabaikan bola kristal rumah tangga? Atau menjaga bola kristal rumah tangga dengan sedikit mengurangi kelenturan bola karet?

Tanpa terasa malam itu menjadi terasa hangat di hati, dan terucap syukur kepada Yang Maha Kasih karena hal ini mengingatkan kembali apa sebenarnya tujuan hidup kita?

No comments: