Bagi banyak orang yang merayakan Hari Natal, menjelang awal bulan Desember, selalu melakukan ritual tahunan dengan menyambut Hari Natal.
Mulai dari lingkungan Keluarga, komunitas gereja, hingga ke Mall-mall di kota besar menyambut hari Natal dengan sangat meriah.
Berbagai aktivitas dilaksanakan dengan antusias untuk menyambut dan merayakan hari Natal,
Mulai membuka kotak penyimpan pohon natal yang mulai berdebu karena hampir satu tahun tidak dipasang.
Beramai-ramai dengan anggota keluarga untuk memasang dan menghiasi pohon Natal.
Mulai merencanakan pesta Natal, bagaimana acaranya, bagaimana hiasannya, bagaimana hidangan pestanya.
Mulai menyiapkan diri untuk tampil di acara Natal dengan pakaian terbaru, dan tampilan atau dandanan terbaru. Bahkan jika perlu dengan keluar masuk mall untuk memperoleh baju yang terbaik.
Mulai sibuk latihan Koor, latihan musik, latihan drama untuk perayaan natal, bahkan sampai kelelahan karena latihan yang intensif agar pada saat tampil bisa lebih baik.
Kesibukan membelenggu banyak orang, keluarga dan umat dalam menyiapkan Hari Natal dengan berbagai aktivitas yang sangat baik.
Namun dibalik itu, sering kali apa yang kita lakukan tidaklah sejalan dengan makna Natal yaitu kesederhanaan, kasih, pengampunan dan kedamaian.
Ketika seorang ibu sedang asyik menata pohon natal, lupa tersenyum manakala anak atau suaminya merasa lelah sehabis sekolah atau kerja, bahkan mungkin akan menghardik anaknya yang kecil ketika merengek untuk bermain.
Lebih fokus pada acara pesta Natal dan hidangannya, bukan pada makna persekutuan, ibadah dan saling menyayangi sesama.
Lebih fokus pada bagaimana ketika tampil dalam paduan suara atau musik atau drama, bukan pada makna puji kemulian bagi Allah melalui paduan suaranya.
Kesibukan yang dilakukan untuk menyambut Natal, sering kali terkait dengan motivasi seseorang bahkan identik dengan masa unjuk diri dengan berbagai hal yang dapat dilihat orang.
Maka ketika semua yang disiapkan ternyata tidak sesuai dengan harapan orang itu, yang muncul adalah rasa marah karena pestanya tidak baik, hidangan standar, acara membosankan.
Alangkah menyedikan, ketika semangat natal menggebu di awal Desember akhirnya berubah rasa kecewa.
Marilah kita menyiapkan Natal dengan hati yang sederhana, hati yang penuh kasih, hati yang penuh damai, hati yang penuh syukur....., agar kita juga selalu ingat masih banyak saudara kita yang menderita tertimpa bencana.
Menyambut Natal dengan hati yang sederhana...., semoga.
Selamat merayakan Hari Natal, Semoga Damai buat kita semua.
25 comments:
I would like 2 wish u a safe & peaceful Xmas
Sugeng Mengeti Riyaya Natal Kangmas
riyaya apa ya?
tks mbak ita
matur nuwun kang mas
riyaya = Hari Raya
postingan yg bagus banget. trimakasih atas tulisan ini. mengingatkan pentingnya sebuah makna perayaan daripada euforia itu sendiri.
Selamat natal juga..
sdh kuduga :-))
sudah kuduga bakal tanya .......... wkekekekekek
terima kasih, tulisan ini juga untuk cermin saya juga ..
lha iya kangmas, karena mbakyu Ita sudah lama dinegeri seberang
ane tidur dulu ya semuaaaaaaaaa, dah hampir jam 1 nih, besok mo potong rambut kita bertiga
***Lebih fokus pada acara pesta Natal dan hidangannya, bukan pada makna persekutuan, ibadah dan saling menyayangi sesama.***...ini harus ditulis yang gede dan dipasang didepan Rumah SBY!!!
Kebanyakan janji ngobrak abrik Yogja...bagaimana Rakyat bisa damai...dalam rangka Natal....bantuan yang dijanjikan dia kepada Masyarakat korban Merapi...dan dimanapun juga....damailah Indonesia tanpa Pemerintah yang penuh OKNUM Koruptor dan DPR Dewan Penipu Rakyat Indonesia...mataku jauh tetapi tak buta...
monggo2 selamat tidur, semoga nyenyak dan mimpi indah
"....damailah Indonesia" juga didunia buat semuanya ya pak Dhe
Ku mengharap dan selalu Optimis...
aku izin copas ya mas nanti.
Blessed Christmas kang...hanya 3 hari saja lagi..
terima kasih .... wajib diikuti... penuh harap dan optimis...
monggo-monggo
terima kasih Mel
selamat natal mas... ini terjadi juga di hari raya yang lain lho.. lebaran contohnya. "baju baru" sering lebih jadi acuan dibanding makna hari rayanya sendiri. idul adha... yang ngantri daging pada naik motor. lho berarti kalo mampu beli motor ya bukan kaum dhuafa dong?.. semoga tulisannya bisa jadi refleksi buat semua ya
Selamat Merayakan Hari Raya Natal Pak, Semoga Damai Natal memberi makna bagi umatNYA.
terima kasih mas....,
terima kasih bang Rud, semoga damai buat semuanya
Post a Comment