Wednesday, November 30, 2011

Berani berkata tentang “Kebenaran” (2)

Terinspirasi oleh keberanian seorang anak SD yang menyatakan kebenaran bahwa “banyak teman sekelasnya mencontek ketika ujian berlangsung”, sempat iseng saya lontarkan kepada teman-teman bagaimana dengan kondisi di kita, apakah berbicara tentang kebenaran juga menjadi hal yang aneh?

Ada yang menjawab: “rasanya sih enggak”

Ada juga yang ngomong: ”nggak begitu amat sih”

Ada yang komentar: ”banyak yang nggak berani untuk berkata benar”

Ada yang bilang : ” kebenaran menjadi barang langka dinegeri ini lho”

Apasih kebenaran itu ?

Menurut kamus bahasa indonesia

(Referensi http://kamusbahasaindonesia.org/)

kebenaran adalah :
(1) keadaan (hal dsb) yg cocok dng keadaan (hal) yg sesungguhnya:

(2) sesuatu yg sungguh-sungguh (benar-benar) ada :

(3) kelurusan hati; kejujuran:

Dengan mengacu kata ”kebenaran” ini, sudah sewajarnya ketika seorang anak SD berkata tentang kebenaran, maka siapapun orangnya seharusnya tidak perlu marah, tidak perlu mesara disalahkan, karena dia menyampaian yang benar.

Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, ternyata sangat berbeda dengan apa yang diharapkan, karena lebih banyak orang yang berkata dan bertindak baik, dibandingkan dengan berkata dan bertindak benar.

Sikap menyenangkan atasan, atapun sikap hanya menyenangkan orang lain lebih dominan terjadi. Laporan dibuat dengan baik dengan maksud Asal Bapak Senang (ABS) dengan mengesampingkan fakta-fakta dilapangan. Menyampaikan hal yang baik meskipun hal itu tidak benar, karena kalau menyampaikan hal yang benar akan menyakitkan bagi orang yang terkait.

Dilingkungan pekerjaan, seringkali harus menghadapi dilema, ketika harus menyampaikan sesuatu, apakah hasil pekerjaan atau laporan kepada atasan. Jika kita mengatakan yang sebenarnya dan informasi ini tidak baik menurut pandangan atasan, mungkin atasan akan marah atau tidak menerima hasil kerja kita.

Jika kita hanya ingin menyenangkan atasan berarti secara tidak langsung kita sudah turut andil dalam hal yang tidak benar dan jika hal ini berlangsung dalam jangka yang cukup lama, kita berkontribusi untuk kehancuran tempat kita bekerja. Dimanapun anda bekerja, ketika semua orang berlaku ABS maka dampaknya secara kumulatif akan menggerogoti negara ini.

Jika kita berani menyatakan kebenaran dengan berdasarkan ketulusan hati, maka kita akan berani menerima resiko yang harus diterima, namun pada akhirnya hal ini akan memberikan kebaikan bagi semua bila telah menyadari bahwa terkadang kebenaran itu menyakitkan, terasa pahit seperti obat atau jamu yang menyehatkan.

Kalau kita tidak berani menyaatkan kebenaran? Siapa lagi?

Kalau tidak mulai sekarang menyatakan kebenaran? Kapan lagi?


Salam

No comments: