Wednesday, November 30, 2005

Masih adakah.....

SALING SETIA DAN PERCAYA

Masih ingatkah ketika pertama kali bertemu dengan bekas pacar, yang sekarang mendampingi hidup anda?
Masih seringkah kita mengingat masa-masa perjuangan untuk mendapatkan dia?
Masih seringkah kita bercerita dengan pasangan mengenai masa-masa pacaran?
Betapa semua itu terasa indahnya ketika kita jatuh cinta, semua yang ada hanya rasa ceria, kangen dan rindu yang menderu bila tidak pernah bertemu.

Setelah mengucap janji dan sepakat untuk hidup berbagi suka dan duka, mulailah kita mengetahui betapa banyak kekurangan masing-masing pihak. Semakin meneliti kekurangan pasangan kita, maka semakin panjang daftar kekurangan dan kesalahan yang dibuat oleh pasangan kita.
Perubahan secara fisikpun terjadi dengan pasti, yang semulai semampai, kini sejalan dengan bertambahnya usia semakin subur bahkan cenderung ”SETULEGI” (Setengah Tuwo Lemu Ginak-ginuk).
Terlebih lagi dengan beban berat mengurus anak yang semakin besar dan pasangan yang ”semakin” berani (karena secara finansial jelas semakin mapan) secara perlahan dan pasti sangat kurang waktu untuk mengurus diri. Demikian juga dengan suami yang dulunya tegap gagah dan tegap, mulai melarrr dan sama menjadi SETULEGI juga.
Sementara sang suami sibuk dengan urusan kantor dengan lembur dan meeting serta barangkali juga ”mithing” lainnya (memeluk leher erat2 dengan dua tangan), sang istri tidak lagi merasakan keindahan seperti pada masa pacaran.

Sebaliknya ketika diawal pernikahan sudah memahami bahwa konsekuensi menjadi pasangan adalah ”menerima segala kelebihan dan kekurangan” masing-masing, akan sadar bahwa pernikahan itu dapat diibaratkan menyatukan dua buah meja, agar menjadi meja yang sempurna, maka masing-masing harus merelakan untuk berkorban dengan merelakan dua kakinya dihilangkan.
Kekurangan yang tidak pernah dilihat semasa pacaran, akan jelas terjadi karena setiap hari selalu bersama, namun bila dilandasi rasa setia, masing-masing akan berpandangan bahwa satu sama lain akan selalu menyempurnakan. Kelebihan yang satu akan menutup kekurangan yang lain dan sebaliknya.
Ingatlah ketika kita harus merangkak dari bawah, dalam membangun keluarga, betapa pasangan kita selalu setia menemani ketika kita harus menanggung beratnya beban hidup.
Kesetiaan pasangan selalu diiringi dengan rasa percaya kepada pasangannya. Ketika masih pacaran dan belum memahami sepenuhnya terhadap pasangan, sudah dilandasi rasa percaya untuk mempertaruhkan masa depannya dengan pasangan pilihan. Terlebih lagi setelah menikah dan bersama mengarungi badai kehidupan rasa percaya itu akan tumbuh subur.

Kemanapun, kapanpun pasangannya pergi untuk melakukan tugasnya, bahkan keluar kota sekalipun, sang istri tidak akan merasa ”was-was” mengenai suaminya. Karena ia sangat yakin, kesetiaan dan kepercayaannya tidak akan pernah sia-sia.
Juga sebaliknya sang suami akan selalu merasa tenang dalam melakukan tugasnya karena tiada rasa curiga, akan memegang kesetiaan dan kepercayaan yang diberikan pasangannya.
Ada kendali dan kontrol dalam hati nuraninya meskipun jauh dari istri ia akan selalu setia dan percaya dengan pasangannya.

Cobalah ingat kembali, masa-masa indah sewaktu pacaran, cita dan impian bersama untuk memupuk kembali rasa setia dan percaya.
Luangkan waktu berdua untuk mengulangi kenangan indah semasa pacaran, dengan melakukan hal-hal kecil atau yang membuat kita bisa tertawa.
Selalu berpikiran positif terhadap pasangan kita, karena kesetiaan dan kepercayaan dia yang mampu mendorong kita menjadi seperti sekarang ini.

Bersyukurlah pada Yang Maha Kuasa, karena anda telah mendapat pasangan yang terbaik, yang selalu setia dan percaya.
Smoga.

No comments: