Tuesday, October 28, 2008

BELAJARLAH PADA PETANI

Mungkin bagi banyak orang, apalagi jaman sekarang keahlian seorang petani sudah bukan menjadi impian atau cita2. (karena memang ceritanya selalu menyedihkan; sangat menyedihkan)

Bahkan tidak pernah terpikir kalau kita sedang makan nasi, bahwa yang kita nikmati merupakan hasil karya petani.

 

Dalam kehidupan nyata (dimasyarakat, di kantor), sebenarnya proses kehidupan, karier semua sudah ada jalannya masing-masing. Tinggal bagaimana kita menyikapi dan menikmati serta mensyukuri.

 

Sering terjadi, seseorang memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar pada suatu hal, dan dianggap oleh lingkungannya dia layak untuk dipromosikan, ternyata orang lain yang justru tidak pernah berkontribusi ternyata menduduki jabatan itu. Atau mungkin terjadi seseorang sudah dicalonkan dengan probabilitas lebih dari 90% akan jadi, ternyata orang lain lagi yang jadi.

Kondisi ini jelas akan sangat tidak kondusif, dari sudut pandang banyak orang, mungkin juga anda sewaktu membaca ini. Sangat tidak adil ketika seseorang memegang sendok untuk disuapkan ke mulut, ternyata disambar oleh orang lain, sangat keterlaluan !! (mungkin bisa dianalogikan semacam ini)

 

Namun apabila semua itu dipandang dari lubuk hati yang jernih, tentunya akan berbeda sama sekali.

 

Belajarlah pada petani, mungkin akan banyak orang berpendapat mana mungkin belajar dari petani.

 

Ketika sawah sudah selesai di panen, biasanya petani akan membiarkan sawahnya untuk tidak diolah, dibiarkan untuk tumbuh perdu dan rerumputan, dibiarkan tanah itu untuk bernafas.

 

Kemudian ketika musim hujan tiba, mulailah aktivitas membajak sawah yang dilakukan oleh ahlinya, dengan tekun dan rajin setiap jengkal tanah akan dicangkul dan dibajak tanpa tersisa. Ia lakukan semua ini dengan tulus dan tidak terpikirkan siapa yang akan menanam padi.

Bila semua jengkal dan sudut sawah sudah dibajak, maka dengan tulus ia menyerahkan kembali sawah kepada pemiliknya dan memperoleh upah.

 

Orang lain datang, dengan membawa benih untuk ditanam ditempat yang sama secara teratur batang-demi batang bibit padi di tanamkan dalam sawah yang berlumpur, berirama, teratur dan indah. Dari pagi hingga menjelang petang ia akan menanam semua benih padi hingga memenuhi sawah yang sudah di bajak, lalu ia serahkan kembali sawah kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Ketika bibit mulai tumbuh,  akan ada orang lain yang mulai membersihkan sawah, untuk memelihara bibit padi dengan membuang perdu atau rumput yang akan mengganggu tumbuhnya bibit padi. Ia akan taburkan pupuk untuk menyuburkan bibit, hingga setiap hari tumbuh.

Ia lakukan tugasnya setiap hari dengan tulus hingga bibit berubah menjadi pokok-pokok padi yang mulai berbunga dan berbuah, lalu ia serahkan kembali sawah dan pokok padi yang bulirnya mulai isi dan menguning kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Ketika musim panen tiba, burung beterbangan di sekitar sawah untuk ikut menikmati hasil sawah tersebut untuk beberapa butir padi. Dan datanglah beramai-ramai para pemetik padi untuk memanen sawah tersebut. Dilakukannya dengan tulus dan hati-hati agar tidak banyak padi yang tercecer pada saat dipanen. Lalu mereka menyerahkan padi yang dipanen kepada pemiliknya dan memperoleh upah yang menjadi haknya.

 

Apa yang bisa kita pelajari dari hal ini untuk diterapkan dalam kehidupan nyata kita :

1.                  Jalankan peran kita masing-masing dengan tulus karena kita akan menerima upah yang sepadan dengan usaha kita.

2.                  Lakukan dengan tulus dan syukurilah karena peran itu yang terbaik buat kita.

3.                  Jangan pikirkan kapan saya akan menuai hasilnya tapi pikirkan kapan tugas tersebut harus dapat kita selesaikan.

4.                  Jangan ingini peran yang memang bukan hak kita.

 

Diatas semuanya itu..... harusnya kita bersyukur untuk apa yang telah kita terima hari ini, karena itulah nikmat hidup. Dan ingatlah... peran kita dapat berubah setiap saat, mungkin saat ini jadi tukang cangkul sawah, besok jadi pemetik padi atau sebaliknya, karena rejeki itu datangnya dari Yang Maha Pengasih.  Bila rejeki dicari, dikejar dengan sekuat kemampuanpun tidak akan dapat kalau memang bukan rejeki kita, sebaliknya meskipun dihalangi, dipersulit oleh orang banyak, tapi kalau memang itu rejeki kita, pasti Tuhan Yang Maha Pengasih akan memberikan rejeki itu tepat dan indah pada waktunya

 

Belajarlah pada petani supaya kita lebih bijaksana dalam melakukan dan mensyukuri peran kita masing-masing.

 

 

Bandung,    1  Februari 2005

 

 

 

 

PURWADI  SISWANA

No comments: