Thursday, June 04, 2009

Ngobrol (2)

Memang mudah untuk ngobrol dengan rekan sekerja atau teman dekat, karena tidak ada sekat pembatas, menjadikan suasana ngobrol menjadi lancar, mengalir dan menyenangkan. Sebaliknya ketika mencoba untuk ngobrol dengan keluarga terasa susah karena posisi sebagai orang tua terasa sekali dominant dalam proses ngobrol tersebut.

 

Dalam suasana sehari-hari  dalam keluarga yang sedikit memiliki waktu luang dan semua anggota keluarga berkumpul bersama, maka kesempatan ngobrol menjadi semakin sedikit, dan kalaupun ada hanya di akhir pekan saja.  Kalaupun bisa ngobrol lebih banyak dengan topic permintaan masing-masing anggota keluarga, bukan berbicara yang sifatnya ringan tetapi mampu membangun kebersamaan keluarga.

Terasa lebih sulit lagi ketika harus ngobrol dengan anak-anak usia remaja yang sedang mencari jati diri, kecenderungan hanya akan bicara seperlunya saja dan yang terkait dengan keinginannya.

Sayapun merasakan hal ini, ketika mencoba untuk mengajak ngobrol dengan anak sulung yang beranjak remaja dikala waktu senggang di rumah. Namun yang terjadi sering pembicaraan tidak tuntas, karena merasa orang tua mendominasi pembicaraan, sementara anak sulit untuk diajak berbicara dengan penuh rasa tanggung jawab.

 

Salah satu cara untuk dapat ngobrol secara bebas, adalah membangun suasana yang akrab antara anak dan orang tua, dan hal itu bisa dilakukan ketika sekeluarga liburan bersama.

Semenjak berangkat liburan, kami orang tua sudah mulai mencoba untuk membangun suasana yang santai dengan anak-anak, tanpa harus membicarakan permasalahan sekolah atau tugas dan tanggungjawab anak-anak, tetapi lebih banyak bicara berbagai hal yang sedang menjadi pembicaraan dikalangan anak-anak, mulai dari musik, majalah ataupun film.

 

Dengan mencoba memahami keinginan juga arah pembicaraan anak-anak, secara tidak langsung mulai terjalin komunikasi dua arah dan lebih banyak nuansa ngobrol dibandingkan komunikasi antara orang tua dengan anak. Kami merasa sejauh ini upaya untuk menghilangkan sekat antara orang tua dan anak mulai nampak karena sudah lebih banyak canda dan tawa bersama.

 

Ketika sampai ditempat tujuan untuk liburan, anak-anak kami bebaskan untuk melakukan aktivitas sesuai keinginannya, kami hanya mengikuti kegiatan mereka  sehingga hubungan menjadi semakin lancar.

 

 

Setelah makan malam, kami sekeluarga duduk-duduk didepan penginapan sambil memandang gemerlapnya bintang dikegelapan malam. Bercanda mengenai hal-hal kecil yang dulu terjadi ketika sikecil masih balita,  yang lucu dan menggemaskan. Suasana menjadi sangat cair dan ini waktu yang tepat untuk ngobrol dengan anakku yang mulasi beranjak remaja. Istri keberi tanda untuk masuk ke kamar dan kami berdua mulai ngobrol dengan ringannya.

 

Berbagai hal menjadi topik obrolan kami, mulai dari hal yang kecil mengenai kebiasaan makan, jenis makanan, teman juga masalah kedisplinan yang dimulai dari hal terkecil, misalnya tepat waktu dalam melakukan tugas. Juga bagaimana menghormati seorang wanita, dalam kehidupan kami, mulai dari ibu, adik wanita, juga masalah pacar.  Jadilah seorang pemuda yang bertanggungjawab dalam berteman dengan anak putri, mulai minta ijin keorang tua ketika mau jalan bersama, juga ketika pulang jangan pernah mengantar hanya sampai ditengah jalan tetapi sampai di rumah dan bertemu dengan orang tuanya.

 

Hingga akhirnya membuat komitmen untuk mulai merancang masa depan dengan lebih baik, yang diawali dengan sukses di bangku sekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi.

 

Tak terasa, kami ngobrol cukup lama, hingga mendekati tengah malam, dan baru kali ini saya dan anak lelaki saya bisa ngobrol bebas hampir 3 Jam.

 

Beberapa hal yang membuat kami bisa ngobrol antara lain :

1.                  Ciptakan suasana yang menyenangkan agar anak bebas untuk mulai pembicaraan.

2.                  Buatlah pembicaran tanpa ada sekat pembatas antara orang tua dan anak

3.                  Pembicaraan lebih bersifat membangun tidak ada rasa ingin memerintah dan tidak didominasi orang tua.

4.                  Biarkan anak untuk bebas berbicara dan sediakan waktu untuk mendengar sampai anak tuntas menyampaikan pendapatnya.

5.                  Menghargai pendapat anak, dan jika ada yang kurang tepat jangan langsung disalahkan tetapi arahkan kepada hal yang benar.

 

Selamat mencoba untuk ngobrol dengan anggota keluarga dan jangan hanya ngobrol dengan rekan sekerja saja.

 

No comments: