Wednesday, December 14, 2005

Hujan

Ketika musim kemarau panjang berakhir…..,
Ditandai dengan datangnya awan hitam, semua orang akan memanjatkan syukur, karena kekeringan, panas terik, juga bencana kebakaran akan segera berakhir.
Titik-titik air yang turun dari langit seakan menghilangkan rasa gerah, haus dan akan menyejukkan hati di bumi ini.
Gerimis kecil diakhir musim kemarau akan menjadi berita yang besar ditempat yang mengalami kekeringan.
Gerimis secara pasti akan menjadi hujan yang membuat semua orang akan bersuka cita.
Hujan adalah anugerah bagi semua orang, untuk orang yang benar juga bagi orang yang salah.

Menginjak di akhir tahun, hampir seluruh daerah mengalami hujan yang cukup deras, terkadang dari pagi sampai esok harinya masih terjadi hujan dan seolah matahari enggan memancarkan sinarnya terhalang awan gelap.

Petani bersuka cita menyambut hujan untuk memulai masa tanam yang baru, tanah yang kering kerontang menjadi gembur dan mulai kelihatan hijau karena rumput telah tumbuh.
Di sisi lain, mulai banyak orang yang mengeluh karena hujan, karena harus siap mengungsi bila hujan besar akan terjadi banjir, jalanan macet karena lampu lalulintas tidak berfungsi, juga genangan air ada dimana-mana.
Sementara ada juga orang-orang yang tidak ambil pusing dengan hujan, karena tidak terpengaruh dengan hujan.

Hujan bagi sebagian orang identik dengan penderitaan, karena ancaman banjir dan longsor. Tidak sepenuhnya penderitaan itu sebagai akibat dari perilaku mereka, tetapi lebih banyak disebabkan oleh orang lain yang terlalu rakus secara duniawi karena penebangan hutan liar untuk memperoleh keuntungan yang besar, atau memanfaatkan lahan dengan tidak benar, seperti pembangunan perumahan, villa di tempat yang semestinya hanya diperuntukan sebagai tangkapan hujan.

Kemacetan dijalan raya karena banjir, yang lebih diakibatkan tidak tersedianya saluran pembuangan di kota, saluran/ got yang tertutup bangunan, dan yang menyedihkan lagi.... upaya untuk penyerapan anggaran dengan membuat saluran/ got dimusim hujan (membangun saluran air di musim hujan, sebenarnya suatu pekerjaan yang tidak masuk akal, tapi setiap tahun selalu terjadi), jalan menjadi sempit karena separuh badan jalan ditutup, dibongkar untuk dibuat saluran.
Mengapa tidak memperbaiki dan membuat saluran dimusim kemarau?
Betapa runyamnya perencanaan pembangunan saluran yang tidak memperhatikan waktunya, dan biasanya kualitasnya juga sepadan dengan perencanaanya. Sangat menyedihkan.

Terlebih lagi bila hujan sudah mulai mengguyur di pagi buta, sementara lokasi kerja atau tempat sekolah jauh dari rumah, dan rute yang harus dijalani selalu banjir dan macet, sungguh menjadikan hari itu menjadi kurang menyenangkan,

Lengkaplah sudah, kegalauan, kegelisahan, kekhawatiran dan penderitaan yang harus dihadapi oleh banyak orang karena hujan.
Kejadian ini selalu berulang setiap tahun, sementara untuk bisa mengembalikan alam seperti semula, sangat sulit untuk dilaksanakan, terlebih lagi bila tujuan untuk menumpuk materi sudah bermaharajalela maka keseimbangan alam menjadi sekedar angan-angan.

Tidak lagi bisa dinikmati jatuhnya rintik hujan yang membasahi bumi, baik tumbuhan, binatang juga manusia menjadi gelisah ketika hujan tercurah.

Lirik lagu anak-anak akan bisa berubah ” Tik tik tik bunyi hujan diatas genting, airnya turun tidak terkira, cobalah tengok daun dan ranting, pohon dan kebuh basah semua” menjadi kota dan desa banjir semua.
Pohon dan kebun sudah tidak ada, alam sudah rusak dan menyebabkan banjir dimana-mana.

Bisakah kita semua membantu mengurangi banjir?
Ya, pasti ! antara lain, jangan buang sampah disaluran air, jangan membangun dibantaran sungai, membuat sumur resapan, jangan membangun rumah atau beli rumah dilereng bukit dan banyak lagi yang bisa dimulai dari diri kita.

Sedia payung sebelum hujan, karena sekarang musim hujan
dan jangan lupa bersyukurlah semasih ada hujan yang turun karena hujan itu berkah.

Bandung, 15 Desember 2005

No comments: