Sunday, October 10, 2010

Memberi

Ketika aku masih kecil, ibuku sering berkata “lebih baik tangan di atas dari pada tangan dibawah”, secara tidak langsung ibuku sudah menanam benih hasrat untuk selalu memberi. Sikap memberi, benar-benar ditanamkan kepada anak-anak, meskipun bila dilihat dari segi ekonomi, keluarga kami dapat dikatakan keluarga yang akrab dengan masalah kesulitan ekonomi. Namun ibu selalu mengajarkan agar kami bisa memberi kepada sesama. Mungkin akan timbul pertanyaan, bagaimana mungkin keluarga yang hidup serba kekurangan tetapi mengajarkan untuk dapat memberi?
Adalah suatu hal yang aneh bila dilihat dari kondisi sekarang, bagaimana mungkin dalam kondisi serba kekurangan tetapi mampu memberi.
Ya, memang apa yang kami berikan bukanlah dalam bentuk materi yang besar jumlahnya, bahkan mungkin tidak ada artinya bila dibandingkan dengan nilai uang.

Memberi bukan selalu dalam bentuk materi, tetapi banyak hal dapat diberikan kepada sesama kita, seperti sikap melayani, memberi perhatian, ringan tangan terhadap kesulitan orang lain, bahkan mungkin memberi tenaga atau saran kepada orang lain yang membutuhkan , merupakan wujud nyata dari sikap memberi. Satu hal yang mungkin jarang terjadi di jaman ini, ketika ada orang kemalaman dan kelaparan, dengan ringan tangan ibuku mengambil sepiring nasi untuk diberikan kepada orang asing yang tidak kenal asal usulnya. Memberi tanpa pamrih, memberi tanpa ada maksud tersembunyi, memberi tanpa mengharap kembali.

Perubahan telah terjadi sedemikan cepat dalam segi-segi kehidupan saat ini, dimana ukuran keberhasilan lebih banyak dinilai dari materi, sehingga dalam hal memberipun, muncul kecenderungan pada berapa besar seseorang akan memberikan sesuatu kepada orang lain. Sementara dari sisi noo-materiil, mulai jarang dijumpai karena hampir semua orang sibuk dengan urusan masing-masing, kalaupun ada dan terjadi, itu lebih banyak karena orang tersebut sudah kenal, atau ada hubungan kerja atau kerabat.

Ketulusan memberi, mungkin sudah mulai pudar, karena pada jaman modern ini, sifat memberi itu menjadi sifat musiman. Mengapa sifatnya musiman? Banyak orang berbondong-bondong memberikan bantuan ketika ada saudara kita yang tertimpa bencana, dan pada saat memberikan bantuan, disertai pasukan untuk mengabadikan moment pemberian bantuan. Dan keesokan harinya muncul gambar disurat kabar kalau si Anu sudah memberikan sumbangan.
Selang beberapa hari kemudian, si Banu datang juga sambil membawa atribut partai tertentu untuk memnyerahkan bantuan. Tidak lupa memberikan sambutan dan foto kesana kemari, untuk menarik simpati. Lalu datang si Canu seorang pejabat dengan protokoler juga memberikan bantuan, untuk menunjukkan sikap empati kepada para korban.
Juga terjadi peningkatan ketika menjelang bulan-bulan perayaan keagamaan, sementara dihari-hari biasa, akan jarang ditemui orang yang memberikan bantuan kepada sesama.

Mengapa hal ini terjadi? Mudah diterka jawabannya, karena ketika memberi, seseorang berharap akan ada balasan dari orang yang diberi, atau juga berharap supaya kelihatan oleh orang lain kalau sudah memberi dan diakui keberadaannya.

Namun ada juga orang yang suka memberi kepada orang yang sebenarnya tidak perlu meneriman bantuan, karena dari segi ekonomi dan posisi jauh lebih tinggi dari yang memberi. Tentunya pemberian ini juga ada maksud, secara terang-terangan atau terselubung, hal semacam ini bukan sikap memberi, bahkan terkadang menyuburkan sifat tidak terpuji, seperti KKN.

Apa manfaatnya memberi kepada orang yang mampu, jika nantinya orang tersebut akan memberikan sesuatu kepada kita lagi?

Ibuku pernah berkata “jika kamu memberi dengan tulus, maka kami tidak akan pernah berharap sesuatu dari orang yang menerima pemberian, ibaratnya ketika kita membuang sesuatu di sungai, maka tidak mungkin barang itu kembali lagi”

Jadi, jika seseorang ketika memberi diperlihatkan kepada orang lain, atau berharap kepada orang yang diberi, sebenarnya itu bukan memberi tetapi sedang bertransaksi untuk memperoleh keuntungan sendiri. Maka belajarlah untuk memberi dengan tulus, tidak perlu mengharap balas, tidak perlu orang lain tahu, karena Yang Maha Memberi mengetahu isi hatimu ketika memberi dengan tulus.

Smoga.

No comments: